11 Penyebab Mata Merah dan Cara Mengobatinya

11 Penyebab Mata Merah dan Cara Mengobatinya

Share

Mata merah merupakan salah satu gangguan kesehatan yang sering terjadi dan biasanya tidak mengarah pada komplikasi yang serius. Namun, mata merah ini dapat berbahaya karena mengganggu aktivitas sehari-hari yang membutuhkan daya penglihatan sempurna, seperti berkendara. Untuk memahami penanganan terhadap mata merah, Anda perlu mengetahui berbagai penyebab mata merah.

Apa Itu Mata Merah?

Kemerahan yang terjadi pada mata merah berasal dari pembuluh darah di permukaan mata yang membesar karena masalah iritasi atau infeksi. Walaupun cukup umum terjadi, mata merah juga dapat menjadi indikasi adanya masalah-masalah kesehatan yang lain, bisa jadi masalah yang serius dan membutuhkan gawat darurat.

Berbagai Jenis Mata Merah dan Gejalanya

Tipe-tipe mata merah ini dibagi berdasarkan penyebab dan gejala yang muncul darinya. Berikut ini adalah tipe-tipe mata merah berikut tanda-tanda dan gejala-gejalanya.

1. Konjungtivitis

Kondisi ini disebabkan oleh berbagai penyebab yang berbeda-beda. Beberapa penyebab konjungtivitis adalah:

  1.     Virus

Penyebab paling umum konjungtivitis adalah adenovirus, tetapi dapat juga disebabkan oleh enterovirus, coxsackievirus, VZV (Varicella-Zoster Virus), Epstein-Barr virus, HSV (Herpes Simplex Virus), dan influenza. Kondisi ini ditandai dengan kemerahan pada mata, folikel limfoid (kantong-kantong kecil berisi kelenjar getah bening) pada bagian dalam kelopak mata, dan limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening).

Gejala dari konjungtivitis yaitu rasa sakit ringan pada mata yang kadang tidak terlalu terasa, hiperemi (volume darah berlebih) yang menyebar, rasa tidak nyaman pada mata dengan rasa gatal ringan, mata berair, dan fotofobia (tidak tahan cahaya) walaupun jarang. Kasus yang parah dapat menyebabkan opasitas kornea (pengurangan transparansi kornea).

  1.     Herpes Zoster Ophthalmicus

Penyebab konjungtivitis lainnya adalah virus Herpes zoster yang ditandai dengan adanya ruam-ruam berisi cairan, keratitis (peradangan pada kornea mata), dan uveitis (peradangan pada lapisan tengah mata).

Gejala-gejalanya adalah rasa sakit dan sensasi menggelitik mendahului ruam dan konjungtivitis, biasanya terjadi pada satu mata.

  1.     Bakteri (Akut dan Kronis)

Pada anak-anak, bakteri yang menginfeksi mata adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae non-type, sedangkan pada orang dewasa adalah Staphylococcus aureus. Bakteri lainnya adalah Staphylococcus species, Moraxella species, Neisseria gonorrhoeae, gram-negative organisms, seperti Escherichia coli, dan Pseudomonas species.

Tanda-tanda dari infeksi bakteri ini adalah pembengkakan pada kelopak mata, reaksi pupil normal, dan injeksi konjungtiva (peradangan dan pembesaran pembuluh darah di konjungtiva atau membran transparan yang melindungi bola mata dan mengandung pembuluh darah yang memberi nutrisi pada kornea).

Gejala-gejala yang mungkin muncul yaitu rasa sakit ringan hingga sedang dengan sensasi menyengat, mata memerah dengan adanya sensasi benda asing, hingga adanya sekresi lendir yang menyebabkan mata terasa lengket atau melekat ketika bangun tidur.

  1.     Bakteri (Hiperakut)

Kondisi konjungtivitis yang hiperakut ini disebabkan oleh bakteri N.gonorrhoeae yang menyebabkan terjadinya kemosis (peradangan) dengan adanya kemungkinan terjadi keterlibatan kornea.

Gejalanya terdiri dari rasa sakit yang parah, keluarnya cairan kental yang sangat banyak, dan berkurangnya daya penglihatan.

  1.     Chlamydial (Inclusion Conjunctivitis)

Disebabkan oleh Chlamydia trachomatis, konjungtivitis ini ditandai dengan bertahannya penglihatan, pupil yang sensitif terhadap cahaya, injeksi konjungtiva, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Gejala-gejalanya termasuk mata iritasi dan memerah, keluarnya lendir atau cairan kental, mata melekat pada saat bangun tidur, berkurangnya daya penglihatan.

  1.     Alergi

Dapat terjadi akibat debu serbuk bunga, serpihan kulit mati dari hewan, bulu, dan berbagai allergen lingkungan lain. Kondisi ini ditandai dengan bertahannya ketajaman penglihatan, injeksi konjungtiva, inflamasi kornea, kemosis, dan tonjolan-tonjolan besar di bagian dalam kelopak mata atas.

Gejala-gejala alergi adalah mata berair tanpa rasa sakit, gatal yang intens, kemerahan yang menyebar, garis tipis pada mata, dan keluarnya air dari mata.

 

Baca Juga: 6 Langkah Menjaga Kesehatan Mata

 

2. Mata Kering (Kerato-conjunctivita)

Kondisi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan pada kelenjar air mata, baik dalam produksi, distribusi, evaporasi atau penguapan, dan penyerapannya. Dapat pula terjadi karena obat-obatan antikolinergik (obat untuk menghambat aktivitas senyawa kimia tubuh), antihistamin, pil KB, dan sindrom Sjögren (kelainan genetik dengan kondisi mata dan mulut kering).

Kondisi ini ditandai dengan bertahannya ketajaman penglihatan, pupil yang bereaksi terhadap cahaya, hiperemi, dan tidak adanya inflamasi kornea.

3. Blepharitis

Kondisi ini diakibatkan oleh peradangan kronis pada kelopak mata (dasar dari bulu mata atau kelenjar meibomian) karena infeksi bakteri Staphylococcus. Tanda-tanda dari peradangan ini adalah serbuk-serbuk seperti ketombe pada bulu mata, tidak adanya bulu mata atau arah bulu mata yang tidak tepat, pembengkakan pada kelopak mata, serta perubahan sekunder pada konjungtiva dan kornea yang dapat menyebabkan konjungtivitis.

Gejala-gejala peradangan ini termasuk mata merah dan iritasi terutama pada saat baru bangun tidur, serta kelopak mata bersisik dan terasa gatal.

4. Abrasi Kornea dan Kontak Benda Asing

Abrasi atau goresan pada kornea ini terjadi biasanya akibat cedera langsung dari suatu benda, seperti jari tangan, kertas, tongkat, alat make up, benda asing berupa logam, dan lensa kontak. Kondisi ini ditandai dengan miosis (pengecilan pupil) yang reaktif, pembengkakan kornea atau kornea yang mengabur, sensasi adanya benda asing, dan ketajaman penglihatan yang berkurang akibat luka.

Gejala-gejala abrasi kornea ini adalah rasa sakit pada salah satu atau kedua mata, mata memerah dan berair, sensasi adanya benda asing, dan kedutan mata terus-menerus (blefarospasme).

5. Subconjunctival Hemorrhage

Kondisi ini menunjukkan penglihatan normal dan pupil yang tetap bereaksi terhadap cahaya, tetapi terdapat kemerahan pada selaput putih mata (sklera). Hal ini disebabkan oleh akibat spontan dari hipertensi, ketegangan ketika batuk parah, penyempitan pembuluh darah arteri (aterosklerosis), dan gangguan pendarahan. Dapat juga terjadi akibat trauma pada mata, benda asing yang masuk ke mata, dan cedera yang menusuk mata.

Gejala pada kondisi ini biasanya rasa sakit yang ringan, bahkan kadang tidak ada rasa sakit sama sekali. 

6. Episkleritis

Kondisi ini tidak diketahui penyebabnya dan ditandai dengan bertahannya ketajaman penglihatan, pupil tetap selaras dan reaktif terhadap cahaya, tapi terdapat pembengkakan pada episklera (jaringan ikat vaskular yang terletak di antara konjungtiva dan sklera), pembengkakan pembuluh darah di episklera, tarea injeksi terasa lunak, dan adanya bintik merah.

Gejala-gejalanya adalah rasa sakit ringan, kadang tidak ada sama sekali, dan mata berair.

 

Baca Juga: Konsumsi Wortel untuk Mencegah Mata Minus, Benarkah?

 

7. Keratitis

Penglihatan berkurang, opasitas kornea (berkurangnya transparansi kornea) atau bintik putih, noda yang terang di bawah lampu akibat ulkus kornea (luka terbuka pada kornea), pembengkakan kelopak mata, dan hipopion (peradangan di bilik mata depan) menjadi tanda-tanda dari kondisi mata merah ini. Penyebabnya adalah bakteri jenis Staphylococcus dan Streptococcus), virus, seperti HSV, VZV, Epstein-Barr, abrasi Cytomegalovirus dari benda asing, dan lensa kontak.

Gejala-gejala keratitis adalah mata merah yang terasa sakit, berkurangnya daya penglihatan, fotofobia, keluarnya lendir, sensasi benda asing pada mata.

8. Iritis

Tipe mata merah ini ditandai dengan berkurangnya penglihatan, pupil yang mengecil dan kurang reaktif, injeksi siliar atau perilimbal (kelainan pada kornea, iris, dan badan siliaris atau badan yang mengontrol lensa mata), adanya infeksi dari luka tusuk atau ulkus kornea, dan kondisi autoimun (gangguan sistem kekebalan tubuh).

Kondisi ini ditandai dengan adanya rasa sakit pada mata yang terus-menerus dan menyebar hingga kening dan pelipis yang biasanya semakin sakit setelah beberapa jam, mata merah dan berair, penglihatan mengabur, dan fotofobia.

9. Acute Angle-Closure Glaucoma

Pengurangan pada ketajaman penglihatan, pupil yang membesar dan kurang bereaksi terhadap cahaya, munculnya kemerahan, bola mata terasa lunak dan kaku terhadap palpasi (pemeriksaan lewat sentuhan tangan) menjadi tanda-tanda dari kondisi ini. Penyebabnya adalah gangguan pada aliran cairan bilik mata yang meningkatkan tekanan bola mata.

Gejalanya berupa rasa sakit berdenyut yang parah dan akut, serta muncul lingkaran (halo) pada penglihatan ketika sedang berada di sekitar sumber cahaya.

10. Luka Bakar akibat Bahan Kimia

Bahan kimia yang umum seperti semen, bubuk plester dinding, pembersih oven, dan sejenisnya dapat menyebabkan luka bakar pada mata. Luka bakar ini dapat menyebabkan berkurangnya daya penglihatan dan inflamasi pada kornea.

Gejala akibat luka bakar ini adalah mata memerah yang sakit parah dan fotofobia.

11. Skleritis

Kemerahan yang menyebar, penglihatan yang berkurang, mata terasa lunak, pembengkakan sklera, dan ulkus kornea merupakan tanda-tanda dari skleritis. Penyebab dari kondisi ini adalah penyakit sistemik, seperti rematik, granulomatosis Wegener (peradangan dan berkumpulnya pembuluh darah di area tertentu), artritis reaktif (peradangan yang dipicu oleh infeksi), sarcoidosis (peradangan sel tubuh), inflammatory bowel disease (penyakit peradangan di saluran pencernaan), sifilis, dan tuberkulosis.

Komplikasi pada Mata Merah

Mata merah umumnya tidak akan mengarah pada komplikasi yang serius. Walaupun begitu, masalah pada mata biasanya akan mengganggu aktivitas keseharian Anda dan dapat berakibat pada cedera akibat kecelakaan. Misalkan saja, apabila Anda harus berkendara ketika Anda mengalami mata merah.

Sekalipun mata merah cukup umum terjadi, mata merah yang tidak mendapatkan penanganan juga dapat menyebabkan kerusakan permanen pada mata, bahkan mengakibatkan hilangnya daya penglihatan. Oleh karena itu, segera hubungi dokter apabila Anda merasakan gejala-gejala berikut ini:

  • Gejala-gejala mata merah berlangsung lebih lama dari waktu 1 minggu;
  • Anda mengalami perubahan pada daya penglihatan;
  • Rasa sakit pada mata;
  • Mata menjadi sensitif terhadap cahaya;
  • Salah satu atau kedua mata berair;
  • Anda tengah mengkonsumsi obat-obatan pengencer darah, seperti heparin atau warfarin;
  • Mata merah setelah kecelakaan;
  • Sakit kepala dan penglihatan buram mengikuti mata merah;
  • Anda mulai melihat lingkaran putih, atau halo, di sekitar cahaya;
  • Terdapat gejala mual dan muntah mengikuti mata merah.

 

Baca Juga: 6 Prosedur Operasi Mata untuk Gangguan Penglihatan

 

Pertanyaan Seputar Mata Merah

Apa yang Harus Dilakukan Jika Mata Merah?

Kalau Anda mengalami mata merah dengan kondisi ringan, Anda dapat melakukan pengobatan sendiri di rumah. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat Anda lakukan di rumah untuk meredakan di rumah:

  1. Lakukan kompres dingin. Kompres dingin di mata merah yang ditutup beberapa kali per hari bisa membantu gejala-gejala, seperti merah dan bengkak.
  2. Mengkonsumsi obat-obat bebas, seperti antihistamin (anti alergi) dan dekongestan (obat untuk gejala pilek) dapat membantu meredakan mata merah.
  3. Menggunakan obat tetes mata yang dapat mengurangi merah pada mata dan membersihkan zat yang mengiritasi mata.
  4. Mencuci tangan secara teratur untuk mencegah tangan yang kotor menyentuh mata.
  5. Hindari penggunaan make up atau lensa kontak.
  6. Kurangi menonton layar televisi, computer, atau telepon selular.

Apa Obat Terbaik untuk Mata Merah?

Ada beberapa obat-obat yang umum digunakan untuk mengobati mata merah, yaitu:

  • Antihistamin untuk mata merah yang disebabkan oleh alergi;
  • Dekongestan untuk mata merah akibat pembuluh darah pada sklera melebar. Obat ini dapat mengurangi pelebaran pembuluh darah tersebut;
  • Air mata buatan atau artificial tears untuk mata merah akibat sindrom mata kering. Fungsi dari air mata buatan ini adalah mengembalikan kelembaban mata. Obat tetes mata juga dapat mengandung zat yang mirip dengan air mata alami Anda;
  • Antibiotik untuk mata merah yang disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti konjungtivitis, keratitis, atau skleritis.

Bagaimana Mencegah Mata Merah?

Mata merah terjadi akibat infeksi atau paparan dari zat-zat yang dapat mengiritasi mata. Oleh karena itu, menjaga higienitas atau kebersihan dapat mencegah mata merah. Berikut ini hal-hal yang dapat Anda lakukan untuk mencegah mata merah:

  • Mencuci tangan secara teratur, terutama apabila Anda baru saja melakukan kontak dengan orang yang mengalami infeksi mata;
  • Bersihkan sisa make up dari mata setiap hari;
  • Jangan memakai lensa kontak lebih dari waktu yang dianjurkan, ketika berenang, dan ketika tidur;
  • Bersihkan lensa kontak secara teratur apabila Anda mengenakan lensa kontak;
  • Hindari aktivitas yang dapat menyebabkan ketegangan pada mata;
  • Hindari kontak dengan zat-zat yang dapat mengiritasi mata. Apabila terjadi kontak, bersihkan mata segera dengan obat tetes mata atau air kalau Anda tidak memiliki obat tetes mata.

Dengan mengetahui berbagai penyebab mata merah di atas, Anda dapat segera melakukan penanganan yang tepat. Anda dapat berkonsultasi di rumah dengan dokter melalui layanan telekonsultasi Kavacare di nomor 0811 – 1446 – 777.

Sumber:

  1. Diagnosis and Management of Red Eye in Primary Care. https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2010/0115/p137.html diakses pada tanggal 19 Januari 2023
  2. Mata Merah. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1374/mata-merah diakses pada tanggal 19 Januari 2023
  3. Red Eye. https://www.mayoclinic.org/symptoms/red-eye/basics/definition/sym-20050748#:~:text=Definition,-By%20Mayo%20Clinic&text=Red%20eye%20is%20a%20common,form%20of%20irritation%20or%20infection diakses pada tanggal 19 Januari 2023
  4. What You Need to Know About Eye Redness. https://www.healthline.com/health/eye-redness#prevention diakses pada tanggal 19 Januari 2023
Avatar
Reviewed by:
Ditinjau oleh:

Dr. Eddy Wiria, PhD

Co-Founder & CEO Kavacare