Gender Dysphoria (Disforia Gender): Gejala dan Penanganan

Gender Dysphoria (Disforia Gender): Gejala dan Penanganan

Share

Jenis kelamin terbagi dua yaitu ‘laki-laki’ dan ‘perempuan’. Akan tetapi, ada kondisi di mana seseorang merasa jenis kelamin yang mereka miliki sejak lahir tidak sesuai dengan identitas diri mereka. Kondisi ini disebut sebagai gender dysphoria atau disforia gender.

Kenali lebih jauh mengenai gender dysphoria serta penanganan yang tepat untuk mengatasinya.

Apa Itu Gender Dysphoria?

Gender dysphoria atau disforia gender adalah sebuah situasi di mana seseorang merasakan ketidaknyamanan akibat ketidakcocokan antara jenis kelamin biologis dan identitas gender mereka. Identitas gender, berbeda dari jenis kelamin biologis yang ditentukan berdasarkan alat genitalia yang dimiliki oleh seseorang, merujuk pada cara seseorang melihat dan mendeskripsikan diri mereka masing-masing terlepas dari jenis kelamin biologis mereka.

Disforia gender bukanlah sebuah penyakit mental, tetapi sebagian orang dapat mengalami gangguan kesehatan mental yang disebabkan oleh rasa tidak nyaman dan tertekan akibat kondisi ini. Hal ini terutama muncul karena misalnya rasa malu akan penerimaan orang lain terhadap dirinya atau kemarahan akan kondisinya sendiri. Rasa tidak nyaman ini dapat terasa sangat intens, dan dapat berujung pada munculnya gejala depresi dan kecemasan.

Faktor Risiko

Penyebab disforia gender tidak dapat ditentukan secara pasti, tetapi diperkirakan berasal dari gabungan antara faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosial yang kompleks.

Salah satu dari contoh faktor biologis yang telah terbukti adalah perempuan yang dilahirkan dengan hiperplasia adrenal kongenital (kelainan genetik yang memengaruhi produksi hormon pada kelenjar adrenal) seringkali berpakaian seperti lawan jenis dan memiliki perasaan bahwa mereka terjebak dalam jenis kelamin yang salah.

Selain itu, paparan ftalat pada ibu hamil dapat mengganggu pembentukan jenis kelamin sebelum bayi dilahirkan. Ftalat adalah bahan yang ditambahkan dalam pembuatan plastik untuk meningkatkan fleksibilitas plastik. Bahan ini dapat meningkatkan kadar testosteron dalam bayi, yang juga dapat meningkatkan risiko gangguan spektrum autisme dan disforia gender.

Disforia gender juga banyak ditemukan pada individu dengan gangguan kejiwaan, seperti skizofrenia dan autisme. Hanya saja, temuan ini masih perlu diteliti lebih lanjut. Terdapat beberapa penelitian yang tidak menyetujui hubungan antara gejala autisme dengan disforia gender.

Berdasarkan temuan dari berbagai penelitian, diperkirakan bahwa kekerasan, penelantaran, dan pelecehan fisik maupun seksual yang dialami oleh seorang individu semasa kecil dapat turut berkontribusi pada munculnya disforia gender.

 

Baca Juga: Autisme: Gejala dan Penyebab

 

Tanda dan Gejala

Seorang individu yang mengalami disforia gender dapat mengubah penampilan dan perilaku mereka sesuai dengan identitas gender yang mereka pilih, misalnya dengan cara menyembunyikan ciri-ciri fisik tertentu yang mencerminkan jenis kelamin biologis, seperti payudara atau bulu wajah. Hal ini terjadi karena mereka meyakini bahwa identitas gender yang mereka rasakan tidak sesuai dengan jenis kelamin biologis mereka. Selain itu, disforia gender juga dapat ditandai dengan berubahnya minat seseorang.

Beberapa jenis perasaan tidak nyaman dan tertekan juga dapat menjadi tanda dari munculnya disforia gender, antara lain:

  • Kurang percaya diri
  • Mengucilkan diri dari sekitar
  • Munculnya gejala depresi atau kecemasan
  • Mengambil keputusan-keputusan berisiko
  • Tidak merawat diri sendiri

Diagnosis

Disforia gender dapat didiagnosis melalui evaluasi kesehatan mental dan DSM-5. Evaluasi kesehatan mental akan dilakukan oleh tenaga medis dengan cara mengkonfirmasi adanya gejala disforia gender, serta mencatat bagaimana faktor-faktor stres yang disebabkan oleh prasangka dan diskriminasi terhadap identitas gender dapat mempengaruhi kesehatan mental pasien. Tenaga medis juga akan mengevaluasi dukungan yang diterima oleh pasien dari lingkungan di sekelilingnya.

Selain itu, tenaga medis juga dapat melakukan diagnosis menggunakan kriteria disforia gender sesuai yang tertera pada DSM-5 (​​Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) yang dipublikasikan oleh American Psychiatric Association.

Terapi dan Penanganan

Terapi dapat menjadi pilihan yang tepat bagi seseorang yang mengalami disforia gender untuk memahami identitas gender mereka dan menentukan peranan gender yang terasa paling sesuai dan nyaman bagi mereka. Melalui terapi, diharapkan bahwa tekanan dan rasa tidak nyaman yang disebabkan oleh disforia gender dapat berkurang.

Para tenaga medis harus mempertimbangkan kondisi individual setiap individu sebelum menentukan jenis terapi yang sesuai, karena apa yang berhasil untuk satu orang belum tentu cocok untuk orang lain. Pilihan terapi yang dapat dijalani untuk mengatasi disforia gender antara lain adalah perubahan dalam ekspresi gender, terapi hormon, bedah, dan terapi perilaku.

Terapi medis yang dapat diterapkan bagi individu yang mengalami disforia gender, antara lain:

  • Terapi hormon, seperti terapi hormon feminin atau terapi hormon maskulin
  • Bedah, seperti bedah feminisasi atau maskulinisasi untuk mengubah bentuk dada, alat genitalia baik internal maupun eksternal, fitur wajah, dan kontur tubuh

Terapi harus didasarkan pada tujuan, evaluasi dari risiko dan manfaat, serta pertimbangan pada kondisi sosial dan ekonomi pasien. Untuk beberapa individu, terapi hormon dapat menjadi solusi yang memadai dalam mengatasi disforia gender yang mereka alami, tetapi ada pula individu lain yang mungkin memerlukan tindakan bedah sebagai langkah yang diperlukan untuk mengatasi disforia gender mereka.

 

Baca Juga: 7 Jenis Teknik Pernapasan agar Lebih Rileks dan Fokus

 

Sebelum tindakan medis dilaksanakan, penting untuk melakukan evaluasi terlebih dahulu oleh tenaga medis dengan pengalaman dan keahlian dalam bidang pelayanan kesehatan transgender. Evaluasi-evaluasi yang dapat dilakukan, yaitu:

  • Riwayat kesehatan personal dan keluarga
  • Tes fisik
  • Tes laboratorium
  • Evaluasi terhadap kebutuhan skrining yang sesuai dengan usia dan jenis kelamin
  • Identifikasi dan pengelolaan konsumsi rokok serta penyalahgunaan obat dan alkohol
  • Pemeriksaan HIV dan infeksi menular seksual lainnya, beserta pengobatan jika diperlukan
  • Evaluasi terhadap keinginan untuk mengonservasi kesuburan dan rujukan jika diperlukan untuk kriopreservasi sperma, sel telur, embrio, atau jaringan ovarium
  • Dokumentasi mengenai riwayat pengobatan yang berpotensi berbahaya, seperti penggunaan hormon tanpa resep, penggunaan suntik silikon yang diperuntukkan untuk keperluan industri, atau tindakan bedah mandiri

Terapi perilaku juga dapat dilakukan untuk mengatasi gejala disforia gender yang dialami oleh seorang individu. Terapi ini tidak dimaksudkan untuk mengubah identitas gender seseorang, melainkan untuk membantu seseorang memahami dan merasa nyaman dengan cara mereka mengekspresikan diri sesuai dengan identitas gender yang dipilih.

Komplikasi

Individu dengan disforia gender dapat mengalami stigmatisasi dan diskriminasi dari lingkungan di sekitarnya, yang dapat berkontribusi pada citra diri yang negatif dan risiko munculnya gangguan kesehatan mental lainnya. Stigmatisasi dan diskriminasi tersebut menjadikan mereka lebih berisiko untuk menjadi sasaran kejahatan. Tingkat bunuh diri di antara individu yang mengalami disforia gender juga jauh lebih tinggi dibanding masyarakat pada umumnya. Selain itu, mereka juga dapat menghadapi kesulitan untuk mengakses perawatan kesehatan dan layanan asuransi yang sesuai.

Anak-anak dan remaja yang mengalami disforia gender memiliki risiko lebih tinggi untuk menjadi korban perundungan dan diskriminasi di sekolah, yang dapat berdampak sangat serius bagi kesehatan mental mereka. Intervensi sangatlah diperlukan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan mendukung bagi mereka.

 

Bava Juga: Prosedur dan Biaya Operasi Ganti Kelamin Wanita ke Pria [2024]

 

Pertanyaan Umum Seputar Gender Dysphoria

Kapan Harus Menemui Dokter?

Diagnosis dapat dilakukan baik pada anak-anak, remaja, maupun orang-orang dewasa ketika mereka mulai menunjukkan ciri-ciri kontradiksi antara jenis kelamin biologis dan identitas gender mereka selama paling tidak 6 bulan.

Ciri-ciri disforia gender yang dapat ditemukan pada anak-anak, seperti:

  • Ingin mengubah jenis kelamin atau bersikeras bahwa mereka adalah lawan jenis
  • Lebih suka bermain dengan teman lawan jenis
  • Lebih memilih peran-peran yang umumnya berkaitan dengan lawan jenis saat bermain peran
  • Lebih suka berpakaian menggunakan pakaian seperti lawan jenis
  • Lebih suka mainan atau aktivitas seperti lawan jenis
  • Tidak menyukai mainan atau aktivitas yang terkait dengan jenis kelamin biologis mereka
  • Tidak menyukai anatomi seksual mereka
  • Menginginkan ciri-ciri seksual yang sesuai dengan identitas gender mereka

Sementara itu, ciri-ciri disforia gender yang dapat ditemukan pada remaja dan orang-orang dewasa, antara lain:

  • Ingin menjadi lawan jenis
  • Ingin diperlakukan sebagai lawan jenis
  • Menyadari adanya perbedaan antara jenis kelamin biologis dan identitas gender yang dipilih
  • Menginginkan memiliki ciri-ciri seksual primer (yang berkaitan langsung dengan sistem reproduksi) atau sekunder (yang tidak berkaitan dengan sistem reproduksi) seperti yang dimiliki lawan jenis
  • Meyakini bahwa mereka memiliki perasaan dan reaksi khas seperti lawan jenis

Bila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai gender dysphoria, tenaga ahli Kavacare selalu siap untuk melayani dan menjawab seluruh pertanyaan Anda. Segera hubungi kami di 0811-1446-777 untuk berkonsultasi dengan dokter atau menggunakan jasa home care.

Sumber:

  1. Gender Dysphoria – StatPearls – NCBI Bookshelf. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532313/. Diakses 30 Juni 2023.
  2. Gender dysphoria – Symptoms and causes – Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/gender-dysphoria/symptoms-causes/syc-20475255. Diakses 30 Juni 2023.
  3. Gender dysphoria – NHS. https://www.nhs.uk/conditions/gender-dysphoria/. Diakses 30 Juni 2023.
  4. Psychiatry.org – What is Gender Dysphoria? https://www.psychiatry.org/patients-families/gender-dysphoria/what-is-gender-dysphoria. Diakses 30 Juni 2023.
  5. Gender Dysphoria: What It Is, Symptoms & Management. https://my.clevelandclinic.org/health/articles/22634-gender-dysphoria. Diakses 30 Juni 2023.
dr. Keyvan Fermitaliansyah
Reviewed by:
Ditinjau oleh:

dr. Keyvan Fermitaliansyah

Care Pro, Dokter Umum Kavacare