Stunting: Gejala dan Penanganan

Stunting: Gejala dan Penanganan

Share

Masalah stunting masih menjadi pusat perhatian di Indonesia karena kasus stunting yang masih cukup tinggi serta bahaya yang ditimbulkan pada kesejahteraan anak di masa mendatang. Hingga saat ini, pemerintah Indonesia masih memfokuskan diri pada intervensi gizi anak usia enam bulan hingga dua tahun serta ibu hamil dan menyusui.

Pelajari lebih jauh mengenai gejala stunting serta penanganannya yang tepat.

Apa Itu Stunting?

infografis stunting, ciri-ciri stunting
Infografis Ciri-ciri Stunting – Kavacare

Menurut WHO, stunting adalah kondisi badan yang pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang atau tinggi badan yang kurang dari 2 standar deviasi kurva pertumbuhan World Health Organization (WHO) akibat kurang nutrisi.

Sejauh ini, terdapat penurunan kasus stunting di Indonesia dari 24,4% pada 2021 menjadi 21,6% pada 2022. Namun, mengingat bahaya dari stunting sendiri, angka ini masih cukup tinggi. Kementerian kesehatan Indonesia masih berusaha mencegah stunting dengan intervensi gizi pada ibu sebelum dan selama hamil serta intervensi gizi pada anak-anak dari usia enam bulan hingga dua tahun.

Penyebab stunting hampir sama dengan penyebab malnutrisi atau kekurangan nutrisi pada anak-anak. Pada sebagian besar kasus, stunting terjadi pada periode 1000 hari setelah bayi lahir hingga tahun kedua mereka. Tiga penyebab utama stunting adalah kebiasaan makan yang buruk, nutrisi selama kehamilan yang buruk, dan sanitasi yang tidak mencukupi.

Penyebab-penyebab lain dari kasus stunting termasuk:

  • Riwayat keluarga dari anak yang stunting atau mengalami keterlambatan pertumbuhan;
  • Kekurangan hormon pertumbuhan;
  • Hipotiroid atau kekurangan hormon tiroid yang berperan dalam pertumbuhan sehingga kelenjar tiroid yang kurang aktif akan menyebabkan pertumbuhan anak terhambat;
  • Konsumsi obat-obatan tertentu selama kehamilan;
  • Anemia atau kurang darah;
  • Terdapat penyakit yang mempengaruhi seluruh tubuh, yang disebut juga penyakit sistemik atau kronis;
  • Kelainan bawaan;
  • Pubertas dini, dimana anak mengalami kematangan tulang yang cepat, lalu pertumbuhan berhenti pada usia dini;
  • Idiopatik atau kondisi yang terjadi tanpa diketahui penyebabnya.
  • Penyakit ginjal atau paru-paru.

 

Baca Juga: Panduan Gizi Ibu Hamil

 

Faktor Risiko

Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko stunting di Indonesia, di antaranya adalah:

  • Faktor sosio-ekonomi, yaitu kemiskinan yang menyebabkan masyarakat kurang mampu untuk mendapatkan makanan dengan gizi seimbang;
  • Pendidikan dan pengetahuan yang rendah soal cara memberi makan bayi dan balita;
  • Kurangnya protein hewani dalam MPASI;
  • Kurangnya kepedulian orang tua pada tumbuh-kembang anak;
  • Pengaruh budaya;
  • Persediaan makanan yang terbatas;
  • Penyakit jantung bawaan dapat memicu stunting;
  • Alergi susu sapi, salah satu pengganti makanan MPASI yang potensial;
  • Lahir dengan berat badan kurang;
  • Adanya kelainan metabolisme bawaan;
  • Infeksi kronik akibat buruknya kebersihan personal dan lingkungan dan/atau akibat penyakit-penyakit lain, seperti tuberculosis (TBC), difteri, pertussis, dan campak.

Gejala Stunting

Tanda dan gejala stunting biasanya tergantung pada penyebab yang mendasari hambatan pertumbuhannya. Anak-anak yang stunting bisa jadi memiliki gejala-gejala di bawah ini:

  • Mempunyai bentuk tubuh serupa dwarfisme, di mana ukuran lengan atau tungkai kaki tidak selaras dengan ukuran tubuh bagian atas;
  • Rendahnya tingkat hormon tiroksin, yang menyebabkan tubuh mudah letih, konstipasi atau sulit buang air besar, kulit kering, rambut kering, dan selalu merasa kedinginan;
  • Rendahnya tingkat hormon pertumbuhan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan wajah sehingga mereka tampak jauh lebih muda dengan cara yang tidak wajar;

Sebagai upaya mencegah stunting, penting bagi Anda untuk memeriksa grafik pertumbuhan anak secara teratur ke tempat-tempat pelayananan kesehatan terdekat, seperti dokter, bidan, posyandu, atau puskesmas.

Diagnosis

Untuk pemeriksaan stunting, dokter biasanya akan memulai dari mengumpulkan riwayat medis mendetail dari pasien, termasuk riwayat personal dan kesehatan keluarga. Di bawah ini merupakan riwayat yang diperiksa oleh dokter;

  • Kehamilan ibu kandung;
  • Panjang badan dan berat badan ketika lahir;
  • Tinggi badan anggota keluarga lainnya;
  • Informasi tentang anggota-anggota keluarga yang pernah mengalami hambatan pertumbuhan.
  • Dokter juga akan memeriksa grafik pertumbuhan anak selama enam bulan atau lebih. Sinar-X pada tangan dan pergelangan tangan dapat memberikan informasi pertumbuhan tulang berdasarkan usia anak. Ada pula tes darah untuk mengidentifikasikan masalah akibat ketidakseimbangan hormon atau membantu deteksi penyakit-penyakit tertentu dari perut, usus, ginjal, atau tulang.

 

Baca Juga: 6 Tanda Kehamilan dan Cara Tes Kehamilan

 

Penanganan dan Pengobatan

Pengobatan stunting sendiri tergantung pada penyebabnya. Kalau stunting terjadi akibat riwayat keluarga atau keterlambatan pubertas, dokter biasanya tidak merekomendasikan pengobatan atau intervensi apa pun. Untuk penyebab lainnya, pengobatan atau intervensi lainnya dapat membantu mereka tumbuh secara normal.

Berikut beberapa pengobatan yang biasa dilakukan untuk stunting.

Terapi Hormon Pertumbuhan

Apabila stunting terjadi akibat kekurangan hormon pertumbuhan, dokter akan merekomendasikan terapi hormon pertumbuhan yang dilakukan dengan cara suntik.

Biasanya terapi ini dilakukan di rumah oleh orang tua, umumnya sekali sehari, lalu dokter akan mengawasi keberhasilan terapi dan menyesuaikan dosisnya berdasarkan hasil terapi. Terapi ini juga digunakan bagi anak yang mengalami Turner Syndrome yang mengalami keterlambatan pertumbuhan.

Obat Pengganti Hormon Tiroid

Bagi anak yang mengalami stunting akibat kelenjar tiroid yang kurang aktif, maka dokter akan meresepkan obat pengganti hormon tiroid. Selama pengobatan, dokter akan mengawasi tingkat hormon tiroid anak secara teratur.

Beberapa anak dapat secara alami tumbuh dan mengatasi stunting dalam waktu beberapa tahun. Akan tetapi, ada juga yang harus melanjutkan pengobatan seumur hidup mereka.

Komplikasi

Komplikasi dari stunting termasuk: 

  • Meningkatnya kemungkinan morbiditas (perkembangan penyakit lain) dan mortilitas (kematian)
  • Perkembangan dan kapasitas belajar anak yang buruk
  • Meningkatnya resiko infeksi dan penyakit yang tidak bergejala
  • Meningkatnya risiko obesitas
  • Resistensi insulin dan risiko perkembangan diabetes yang lebih tinggi
  • Hipertensi
  • Dislipidemia

Di samping itu, anak-anak stunting yang mengalami kenaikan berat badan yang cepat setelah usia 2 tahun mempunyai risiko obesitas yang lebih besar.

Pertanyaan Umum Seputar Stunting

Bagaimana Cara Mencegah Stunting?

Pencegahan stunting terutama terfokus pada pemberian nutrisi yang tepat selama 1000 hari pertama masa-masa kehidupan anak sejak lahir hingga dua tahun setelahnya. Hal ini karena perkembangan otak terjadi dengan cepat pada masa ini dan menjadi penyokong dasar pada kemampuan kognitif dan sosial anak di masa mendatang.

Tidak hanya itu, penting pula untuk memperhatikan nutrisi yang optimal bagi ibu hamil dan menyusui. Ibu perlu didorong untuk menyusui anak selama enam bulan hingga dua tahun.

 

Baca Juga: Berbagai Makanan untuk Ibu Menyusui

 

Stunting merupakan kondisi yang dapat menyebabkan masalah serius dalam jangka panjang. Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu mengawasi tumbuh-kembang anak untuk mencegah anak mengalami stunting. Untuk berkonsultasi tentang gizi anak dan tindakan pencegahan stunting, Anda dapat menghubungi layanan telekonsultasi medis Kavacare di nomor 0811 1466 777.

Sumber:

  1. Mengenal Apa Itu Stunting. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1388/mengenal-apa-itu-stunting diakses pada 22 Agustus 2023
  2. Prevalensi Stunting di Indonesia Turun ke 216 dari 244. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230125/3142280/prevalensi-stunting-di-indonesia-turun-ke-216-dari-244/ diakses pada 22 Agustus 2023
  3. Apa Itu Stunting? https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1388/mengenal-apa-itu-stunting diakses pada 22 Agustus 2023
  4. Delayed Growth: Causes, Symptoms, and Diagnosis. https://www.healthline.com/health/delayed-growth-symptom#diagnosis diakses pada 22 Agustus 2023
  5. Early and Long-term Consequences of Nutritional Stunting: From Childhood to Adulthood. https://www.ncbi.mlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7975963/ diakses pada 22 Agustus 2023
  6. Stunted Growth: Causes, Symptoms, and Prevention. https://childhood-developmental-disorders.imedpub.com/stunted-growth-causes-symptoms-prevention.pdf diakses pada 22 Agustus 2023
dr. Keyvan Fermitaliansyah
Reviewed by:
Ditinjau oleh:

dr. Keyvan Fermitaliansyah

Care Pro, Dokter Umum Kavacare