5 Langkah Pertolongan Pertama saat Tenggelam

5 Langkah Pertolongan Pertama saat Tenggelam

  • Post category:Perawatan
Share

Musim liburan di Indonesia tidak hanya diisi dengan berita kemacetan di sepanjang area wisata keluarga, namun juga ada beberapa kabar duka akibat insiden yang tidak diinginkan, salah satunya adalah tenggelam. Indonesia sendiri memiliki banyak wisata pantai yang dapat dinikmati wisatawan dalam negeri maupun luar negeri. Meski begitu, edukasi seputar pertolongan pertama saat tenggelam masih sedikit dan kurang dimengerti masyarakat.

Pada artikel kali ini, Kavacare akan memberikan informasi seputar penyebab, akibat, hingga pertolongan pertama saat tenggelam yang dapat dilakukan. Untuk informasi lebih lengkapnya, simak penjelasan di bawah ini.

Penyebab Tenggelam

Tenggelam dapat terjadi pada siapa saja, tidak memandang jenis kelamin ataupun usia. Meski begitu, kasus tenggelam mayoritas adalah anak kecil, dengan rentang usia 1-10 tahun dengan berbagai kondisi dan riwayat kesehatan. 

Tenggelam merupakan kondisi di mana Anda kehilangan kemampuan bernapas saat berada di dalam air untuk jangka waktu yang lama. Selama tenggelam, tubuh Anda terputus dari oksigen hingga ke titik di mana sistem tubuh utama dapat mulai mati karena kekurangan aliran oksigen. Dalam beberapa kasus (terutama pada anak-anak), hal ini dapat terjadi dalam hitungan detik. 

Mayoritas kasus dikaitkan dengan kecelakaan yang mungkin terjadi di dekat atau di dalam air. Berikut beberapa penyebab paling umum, antara lain:

Kurangnya Penghalang

Penghalang, seperti pagar kolam, mencegah anak kecil mendapatkan akses ke area kolam tanpa sepengetahuan pengasuh atau orang tua. Pagar isolasi empat sisi dapat mengurangi risiko anak tenggelam hingga 83 persen dibandingkan dengan pagar garis properti tiga sisi.

Kurangnya Kemampuan Berenang

Banyak orang dewasa dan anak-anak melaporkan bahwa mereka tidak bisa berenang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keikutsertaan dalam pelajaran renang secara formal dapat mengurangi risiko tenggelam pada anak usia 1 hingga 4 tahun.

Kurangnya Pengawasan

Tenggelam dapat terjadi dengan cepat dan diam-diam di manapun ada air (seperti bak mandi, kolam renang, pantai, laut) bahkan di hadapan penjaga pantai. Ada baiknya melakukan pengawasan ketat terhadap orang yang tidak dapat berenang, terutama anak-anak, guna menghindari risiko tenggelam.

Kegagalan Memakai Jaket Pelampung

Pada beberapa kasus, tenggelam dapat diakibatkan insiden yang mengharuskan penumpang untuk terjun ke air dengan atau tanpa menggunakan jaket pelampung. Meski sudah disediakan jaket pelampung, tidak semua orang dapat menggunakan dengan baik dan benar. Beberapa kasus menunjukkan kegagalan pemakaian jaket pelampung dapat menjadi penyebab tenggelam, hingga menyebabkan kematian.

Lokasi

Orang-orang dari berbagai usia tenggelam di lokasi yang berbeda. Misalnya, mayoritas anak usia 1 hingga 4 tahun tenggelam di kolam renang rumah. Persentase orang tenggelam di perairan alami, seperti sungai, danau dan lautan, meningkat seiring bertambahnya usia. Lebih dari separuh kasus tenggelam fatal dan non-fatal di antara mereka yang berusia 15 tahun ke atas, terjadi di perairan alami.

Penggunaan Alkohol

Di antara remaja dan orang dewasa, penggunaan alkohol terlibat hingga 70 persen dari kematian yang terkait dengan wahana rekreasi air. Alkohol dapat mempengaruhi keseimbangan, koordinasi dan penilaian, dimana efeknya dapat diperparah oleh paparan sinar matahari dan panas.

Gangguan Kejang

Untuk orang dengan gangguan kejang, tenggelam merupakan penyebab paling umum dari kematian cedera yang tidak disengaja, dengan bak mandi sebagai tempat risiko tenggelam tertinggi di samping wahana rekreasi air.

 

Baca Juga: Pertolongan Pertama saat Kejang: Penyebab dan Langkah

 

Dampak Akibat Tenggelam

Berikut beberapa penyakit atau komplikasi yang disebabkan oleh insiden ini, antara lain:

Aspirasi Cairan

Laringospasme sering membatasi volume cairan yang diaspirasi. Perbedaan antara tenggelam di air tawar dengan di air laut dianggap penting karena adanya potensi pergeseran elektrolit, hemolisis serta pergeseran kompartemen cairan yang mungkin terjadi. Aspirasi dapat menyebabkan pneumonia, terkadang disertadi dengan pathogen anaerobic atau jamur dan edema paru.

Hipoksia

Hipoksia dapat mempengaruhi otak, jantung serta jaringan lain – kondisi henti napas yang diikuti dengan henti jantung dapat terjadi. Hipoksia otak dapat menyebabkan edema serebral dan, kadang-kadang, gejala sisa neurologis permanen. 

Hipoksia jaringan umum mampu menyebabkan asidosis metabolik. Hipoksia dapat terjadi akibat aspirasi cairan atau isi lambung, refleks laringospasme akut, atau keduanya. Cedera paru akibat aspirasi atau hipoksia sendiri dapat menyebabkan hipoksia tertunda.

Aspirasi, terutama dengan bahan partikulat atau bahan kimia, dapat menyebabkan pneumonia kimiawi atau pneumonia bacterial sekunder, serta mengganggu sekresi surfaktan dan dapat mengganggu sekresi surfaktan aveolar – yang menyebabkan atelektasis.

Atelektasis yang luas dapat membuat area paru yang terkena menjadi kaku dan berpotensi menyebabkan kegagalan pernapasan dengan hiperkapnia serta asidosis pernapasan. Perfusi area paru-paru yang berventilasi butuk dapat memperburuk hipoksia. Hipoksia alveolar dapat menyebabkan edema paru nonkardiogenik.

Hipotermia

Paparan air dingin memicu hipotermia sistemik yang dapat menjadi masalah kesehatan serius. Hipotermia dapat menurunkan kebutuhan oksigen jaringan, mungkin dapat memperpanjang kelangsungan hidup dan menunda kerusakan jaringan akibat hipoksia. 

Pertolongan Pertama saat Tenggelam

Berikut beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk melakukan pertolongan pertama saat tenggelam.

Anak-Anak

Infografis Pertolongan Pertama pada Anak saat Tenggelam Kavacare
Infografis Pertolongan Pertama pada Anak saat Tenggelam Kavacare
  1. Apabila anak-anak tidak sadarkan diri dalam air, keluarkan secepat mungkin dengan tetap berhati-hati. Begitu berada di tanah kering, balikkan tubuh mereka, angkat dagu untuk membuka jalan napas.
  2. Apabila mereka tidak bernapas, mulailah melakukan resusitasi. Jika ada Automated External Defibrilator (AED) maka sebaiknya langsung gunakan alat tersebut. Jika tubuh anak-anak masih hangat dan belum lama berada di air, Anda mungkin mendapati mereka mulai sadar kembali dengan cepat. Jika ini terjadi, segera posisikan mereka ke posisi pemulihan guna membantu mengalirkan air dan muntah. Kemudian periksa apakah masih bernapas dengan baik. 
  3. Pada anak-anak atau bayi, mulailah dengan 30 kompresi hingga 2 napas buatan. Lakukan kompresi sebanyak 150x kompresi selama maksimal 2 menit, teruskan hingga anak mulai sadar.
  4.  Jika mereka mulai sadar kembali dengan cepat, tempatkan pada posisi pemulihan. Terus periksa apakah mereka dapat bernapas dengan baik.
  5. Pastikan Anda telah menghubungi layanan darurat di samping melakukan pertolongan pertama.

Dewasa

  1. Apabila mereka tidak sadarkan diri dalam air, keluarkan secepat mungkin dengan tetap berhati-hati. Begitu berada di tanah kering, balikkan tubuh mereka, serta angkat dagu untuk membuka jalan napas.
  2. Apabila mereka tidak bernapas, mulailah melakukan resusitasi. Jika ada Automated External Defibrilator (AED) maka sebaiknya langsung gunakan alat tersebut. Jika tubuh mereka masih hangat dan belum lama berada di air, Anda mungkin mendapati mereka mulai sadar kembali dengan cepat. Jika ini terjadi, segera posisikan mereka ke posisi pemulihan guna membantu mengalirkan air dan muntah. Kemudian periksa apakah masih bernapas dengan baik. 
  3. Pada dewasa, mulailah dengan melakukan 30 kompresi dada kemudian berikan 2 napas buatan. Lakukan berulang hingga kondisi dapat dikatakan aman dan mereka mulai sadar.
  4.  Jika mereka mulai sadar kembali dengan cepat, tempatkan pada posisi pemulihan. Terus periksa apakah mereka dapat bernapas dengan baik.
  5. Pastikan Anda telah menghubungi layanan darurat di samping melakukan pertolongan pertama.

 

Baca Juga: 5 Penyebab Pingsan dan Langkah Pertolongan Pertama

 

Langkah Pencegahan Tenggelam

Keamanan Berenang

Perenang harus menggunakan akal sehat dan menyadari kondisi cuaca dan air. Perenang harus didampingi oleh perenang berpengalaman atau berenang hanya di area yang berada dalam pengawasan. Berenang harus dihentikan apabila perenang terlihat atau merasa sangat kedinginan, karena hipotermia dapat mengganggu kesadaran saat berenang. 

Perenang laut harus belajar menghindari arus dengan berenang sejajar dengan pantai. Perenang harus menghindari berenang di dekat Pelabuhan pembuangan perahu yang dapat menyebabkan keracunan karbon monoksida.

Area umum harus diawasi oleh penjaga pantai yang terlatih dalam keselamatan air serta resusitasi dan teknik penyelamatan. Pelampung dan jaket pelampung harus tersedia di dekat tepi kolam renang. Peralatan saluran napas darurat, Automated External Defibrilator (AED) otomatis dan akses telepon langsung ke layanan medis darurat harus tersedia. 

Komunitas program pencegahan yang komprehensif harus menargetkan kelompok berisiko tinggi, mengajari anak-anak berenang sedini mungkin serta mengajarkan resusitasi kardiopulmoner (CPR) kepada sebanyak mungkin remaja dan orang dewasa. 

Pemilik kolam pribadi harus mematuhi undang-undang setempat mengenai keamanan kolam, memiliki akses telepon langsung ke layanan medis darurat serta mengetahui CPR setelah tenggelam.

Keamanan Air untuk Anak-Anak

Anak-anak harus memakai perangkat pelampung yang telah disetujui otoritas lain yang setara saat berada di dalam atau di sekitar air. Alat bantu renang berisi udara dan mainan busa tidak dirancang untuk mencegah perenang tenggeleam dan tidak boleh digunakan sebagai pengganti peralatan keselamatan.

Anak-anak harus selalu diawasi oleh orang dewasa saat berada di sekitar air, termasuk pantai, kolam renang dan danau. Bayi dan balita juga harus diawasi, idealnya dalam jarak lengan, saat berada di dekat toilet, bak mandi atau kumpulan air apapun.

 

Baca Juga: Waspadai 4 Penyakit Bayi saat Berlibur

 

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pelajaran renang formal mengurangi risiko tenggelam yang fatal di antara anak-anak usia 1 sampai 4 tahun; bahkan anak-anak yang telah diajari cara berenang membutuhkan pengawasan terus-menerus saat berada di dalam atau sekitar air. Kolam renang harus dikelilingi pagar yang dikunci dengan tinggi kurang lebih 1,5 meter.

Kavacare menyediakan layanan konsultasi dan dokter datang ke rumah untuk Anda yang memerlukan konsultasi maupun bantuan seputar pertolongan pertama saat tenggelam. Anda dapat berkonsultasi dengan dokter yang ahli di bidangnya secara mudah dan cepat di mana saja. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi kami melalui WhatsApp di 0811 1446 777.

Sumber:

  1. MSD Manual https://www.msdmanuals.com/professional/injuries-poisoning/drowning/drowning#:~:text=Drowning%20results%20in%20hypoxia%2C%20which,children%20and%20young%20people%20worldwide. Diakses 12 Maret 2023
  2. British Red Cross https://www.redcross.org.uk/stories/health-and-social-care/first-aid/five-things-to-know-about-drowning-in-open-water diakses 12 Maret 2023
  3. First Aid for Life https://firstaidforlife.org.uk/first-aid-drowning-adult-baby-child/ diakses 12 Maret 2023
dr. Keyvan Fermitaliansyah
Reviewed by:
Ditinjau oleh:

dr. Keyvan Fermitaliansyah

Care Pro, Dokter Umum Kavacare