Bell’s Palsy: Gejala dan Penanganan

Bell’s Palsy: Gejala dan Penanganan

Share

Apakah Anda pernah mendengar istilah bell’s palsy? Ya, jenis penyakit ini mungkin jarang Anda dengar. Namun tahukah Anda, bell’s palsy dapat diderita oleh siapa pun tanpa ada batasan usia. Sering kali dikaitkan dengan penyakit lain seperti stroke hingga tumor karena memiliki gejala yang mirip, seperti apakah penyakit ini?

Agar Anda dapat lebih waspada dan tidak salah dalam penanganan, berikut informasi selengkapnya.

Apa Itu Bell’s Palsy?

Penyakit bell’s palsy atau yang juga dikenal dengan kelumpuhan wajah idiopatik, adalah bentuk kelumpuhan atau kelemahan sementara pada satu sisi wajah. Dalam beberapa kasus, kelumpuhan ini hanya bersifat sementara, tapi dapat meningkat secara signifikan selama beberapa minggu. Penyakit ini juga didefinisikan sebagai kelumpuhan perifer yang paling umum dari saraf kranial ketujuh dengan onset yang cepat dan unilateral. Diagnosis hanya dapat dilakukan setelah pemeriksaan fisik.

Menurut data, terdapat 15 hingga 20 per 100.000 insiden tahunan dengan 40.000 kasus baru setiap tahunnya. Dari angka tersebut, tingkat kekambuhan adalah 8-12%. Sedangkan untuk sembuh total tanpa pengobatan bisa mencapai 70%.

Penyakit ini tidak memandang ras, jenis kelamin, maupun usia calon pendertainya. Namun sebagian besar kasus terjadi di usia 40 tahun dengan faktor risiko seperti diabetes, kehamilan, preeklampsia, obesitas, dan hipertensi.

Ketika Anda terkena bell’s palsy, maka Anda akan mendapati separuh wajah Anda tampak terkulai. Anda juga mungkin hanya dapat tersenyum di satu sisi bibir saja dan cukup kesulitan menutup salah satu mata pada sisi yang sama. Namun tak perlu khawatir, gejala dari penyakit ini biasanya akan membaik dalam beberapa minggu dan pemulihan total dalam waktu sekitar 6 bulan. Meski begitu, terdapat sejumlah kecil kasus  yang diderita seumur hidup. Maka dari itu, penanganannya sebaiknya dikonsultasikan dengan tenaga medis yang sudah berpengalaman.

 

Baca Juga: 6 Rekomendasi Rumah Sakit Berobat Saraf di Thailand

 

Gejala Bell’s Palsy

Perlu Anda waspadai, berikut beberapa gejala yang mungkin Anda rasakan:

  • Serangan cepat berupa kelemahan ringan hingga kelumpuhan total pada satu sisi wajah Anda. Gejala ini dapat terjadi selama beberapa jam hingga beberapa hari.
  • Wajah terkulai serta kesulitan untuk tersenyum dan menutup mata.
  • Mengiler.
  • Nyeri di sekitar rahang serta di dalam atau dibelakang telinga sisi yang sakit.
  • Semakin peka terhadap suara di sisi yang sakit.
  • Mati rasa.
  • Prubahan jumlah air mata dan air liur.
  • Bell’s palsy dapat memengaruhi saraf kedua sisi wajah Anda, tapi kondisi ini sangat jarang terjadi.

Penyebab Bell’s Palsy

Hingga kini penyebab pasti dari bell’s palsy belum diketahui. Namun, para ahli kesehatan menduga bahwa penyakit ini disebabkan oleh pembengkakan dan peradangan pada saraf yang mengontrol otot di satu sisi wajah

Kondisi ini bisa juga disebabkan oleh reaksi yang terjadi setelah infeksi virus. Sebuah sumber menyebutkan kemungkinan penyebab dari beberapa virus seperti virus herpes simpleks, virus varicella-zoster, dan virus Epstein-Barr. Namun karena cukup mirip, kemungkinan adanya salah diagnosis yang merujuk pada BP juga dapat terjadi.

Sebagian besar peneliti menganggap gangguan ini kemungkinan terjadi karena pengaktifan kembali infeksi virus yang sudah ada, tetapi tidak aktif. Tak hanya itu, menurunnya kekebalan tubuh akibat stres, kurang tidak, trauma fisik, penyakit ringan atau sindrom autoimun juga bisa menjadi pemicu.

Bagaimana Bell’s Palsy Dapat Terjadi?

Infeksi virus yang kemungkinan terjadi pada Anda dapat memunculkan reaksi seperti saraf wajah membengkak dan meradang. Hal itu menyebabkan tekanan di dalam kanal tulang yang dilalui saraf menuju sisi wajah Anda. Akibatnya, terjadi pembatasan darah dan oksigen ke sel saraf.

Sebagai informasi untuk Anda, beberapa kondisi lain yang juga menyebabkan kelumpuhan wajah, misalnya tumor otak, stroke, myasthenia gravis, dan penyakit Lyme. Jika tidak ada penyebab spesifik yang dapat diidentifikasi, kondisi tersebut dapat didiagnosis sebagai bell’s palsy.

 

Baca Juga: Aneurisma Otak, Pemicu Pecah Pembuluh Darah Otak

 

Diagnosis Bell’s Palsy

Karena terlalu banyak kemiripan dengan gejala penyakit lain, misdiagnosis dapat terjadi hingga 10,8%. Sehingga, anamnesis yang cermat dan pemeriksaan fisik pada pasien bell’s palsy sangat penting.

Dokter akan fokus apda pemeriksaan fisik, terutama otot dahi karena kelumpuhan saraf wajah perifer melibatkan otot dahi. Selain itu, tidak disarankan semua pasien dites penyakit Lyme, tapi hanya mereka yang memiliki riwayat gigitan kutu atau manifestasi ruam dan radang sendi. Pasien pun dapat dirawat di rumah secara medis dengan tindak lanjut yang ketat untuk memastikan perbaikan gejala.

Komplikasi Bell’s Palsy

Anda tak perlu khawatir, sebagian besar pasien dapat sembuh total tanpa ada komplikasi. Namun, komplikasi tetap dapat terjadi pada kasus yang cukup parah. Komplikasi yang dapat terjadi seperti:

  • Kerusakan pada salah satu saraf kranial yang berfungsi mengontrol otot wajah
  • Mata kering hingga menyebabkan infeksi mata, bisul, hingga kehilangan penglihatan;
  • Sinkinesis atau ketidaksadaran menggerakkan bagian wajah.

Pertanyaan Seputar Bell’s Palsy

Berikut beberapa pertanyaan umum seputar penyakit ini.

Apakah Bell’s Palsy Berbahaya atau Bisa Menyebabkan Kematian?

Secara umum, penyakit ini tidak berbahaya dan tidak dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini biasanya sembuh dalam beberapa waktu dan tidak menyebabkan komplikasi jangka panjang. Namun, tidak menutup kemungkinan komplikasi dapat terjadi jika kondisi cukup parah.

Bagaimana Pengobatan dan Penanganan Bell’s Palsy?

Kebanyakan kasus dapat membaik tanpa pengobatan. Namub, diperlukan waktu beberapa minggu atau bulan agar otot-otot di wajah Anda kembali normal. Berikut beberapa perawatan yang dapat membantu pemulihan Anda:

  1. Pengobatan. Ketika Anda merasakan gejalanya, sangat disarankan agar Anda menemui dokter untuk mengetahui penanganan yang tepat untuk kondisi Anda. Biasanya dokter akan merekomendasikan beberapa obat-obatan seperti obat untuk mengurangi peradangan, obat antivirus atau bakteri, obat anti-nyeri, dan obat tetes mata.
  2. Terapi alternatif. Beberapa orang mungkin memilih untuk menggunakan terapi alternatif dalam pengobatan bell’s palsy, seperti relaksasi, akupuntur, stimulasi listrik, pelatihan biofeedback, hingga terapi menggunakan vitamin. Namun, belum ada penelitian lebih lanjut apakah terapi alternatif ini dapat mempercepat pemulihan.
  3. Perawatan di rumah. Jika ingin melakukan perawatan di rumah, Anda dapat melakukan beberapa cara untuk memulihkan kondisi Anda. Seperti menggunakan eye patch atau penutup mata untuk mata yang kering, mengompres wajah dengan handuk hangat dan lembap untuk menghilangkan rasa sakit, memijat wajah, hingga latihan terapi fisik untuk merangsang otot-otot wajah Anda.
  4. Operasi. Pilihan operasi dapat dipertimbangkan bila tidak ada perbaikan gejala setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Salah satunya dengan menghadirkan pengeringan mata yang berkisar dari beban kelopak mata hingga transfer otot.

 

Baca Juga: Latihan Fisioterapi Paska Stroke    

 

Berapa Lama Bell’s Palsy Bisa Sembuh?

Kondisi ini biasanya mulai membaik dalam 2 minggu, tetapi bisa juga membutuhkan waktu 3-6 bulan untuk kembali normal. Jika tidak ada perbaikan atau jika ada gejala yang memburuk, maka Anda perlu memeriksakan diri lebih lenjut ke penyedia layanan kesehatan.

Bisakah Bell’s Palsy Dicegah?

Karena kemungkinan disebabkan oleh infeksi, penyakit ini biasanya tidak dapat dicegah. Sebab, kondisi ini juga kerap dikaitkan dengan virus herpes. Hal yang paling mungkin dapat Anda lakukan adalah mengurangi risiko terjadinya infeksi virus pada tubuh Anda dengan meningkatkan kekebalan tubuh. Misalnya dengan mengonsumsi makanan sehat dan vitamin, rutin mencuci tangan, serta beristirahat cukup.

Berdasarkan beberapa kasus, biasanya orang hanya akan terkena bell’s palsy satu kali seumur hidupnya, meskipun kadang-kadang bisa kambuh kembali. Peluangnya akan semakin tinggi jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan kondisi tersebut.

Bisakah Bell’s Palsy Sembuh Sendiri?

Kebanyakan pasien dapat sembuh total dengan ataupun tanpa pengobatan. Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit ini, tapi penyedia layanan kesehatan mungkin menyarankan obat atau terapi fisik untuk membantu mempercepat pemulihan Anda. Pembedahan juga jarang menjadi pilihan untuk bell’s palsy.

Jika Anda sedang merasakan gejalanya Anda dapat berkonsultasi terlebih dahulu mengenai tanda-tanda yang Anda alami pada tenaga medis dari Kavacare. Hal itu mengingat gejala dari penyakit ini kerap disalahartikan ataupun dikaitkan dengan penyakit lain. Selain itu, Anda juga bisa mendapatkan pengobatan dan terapi fisik di rumah bersama Kavacare agar pemulihan bell’s palsy Anda berjalan lancar. Silakan hubungi kami di nomor 0811 – 1446 – 777.

Sumber:

  1. Bell’s palsy. https://www.nhs.uk/conditions/bells-palsy/, diakses pada Senin, 26 Desember 2022.
  2. Bell’s Palsy Fact Sheet. https://www.ninds.nih.gov/bells-palsy-fact-sheet, diakses pada Senin, 26 Desember 2022.
  3. Bell’s palsy. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/bells-palsy/symptoms-causes/syc-20370028, diakses pada Senin, 26 Desember 2022.
  4. What Is Bell’s palsy?. https://www.healthline.com/health/bells-palsy#causes, diakses pada Senin, 26 Desember 2022.
  5. How to Prevent Viral Infections. https://www.carrushealth.com/2020/09/18/how-to-prevent-viral-infections, diakses pada Senin, 26 Desember 2022.
  6. Bell’s palsy. https://www.childneurologyfoundation.org/disorder/bells-palsy/, diakses pada Senin, 26 Desember 2022.
  7. Bell’s Palsy. https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/bells-palsy, diakses pada Senin, 26 Desember 2022.
  8. Bell Palsy. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482290/, diakses pada 1 Mei 2023.
Avatar
Reviewed by:
Ditinjau oleh:

Dr. Eddy Wiria, PhD

Co-Founder & CEO Kavacare