Sindrom Iritasi Usus: Gejala dan Faktor Risiko

Sindrom Iritasi Usus: Gejala dan Faktor Risiko

Share

Rasa nyeri dan gejala-gejala gangguan pencernaan seperti diare maupun kembung mungkin Anda alami jika memiliki sindrom iritasi usus atau Irritable Bowel Syndrome (IBS). Kondisi ini bisa ditangani dengan perubahan pola makan dan gaya hidup.

Berikut informasi yang telah dirangkum oleh Kavacare seputar gejala dan faktor risiko IBS.

Apa Itu Sindrom Iritasi Usus?

Sindrom iritasi usus atau IBS adalah sekelompok gejala yang mempengaruhi sistem pencernaan. Kondisi ini cukup umum dan menyebabkan masalah pencernaan yang tidak nyaman. Biasanya pengidap IBS mengalami kembung karena gas berlebih, nyeri perut, dan kram.

Sindrom iritasi usus termasuk kelainan gastrointestinal atau kelainan sistem pencernaan. Kondisi ini disebut pula kelainan pada interaksi pencernaan dengan otak. Maka penyakit ini terkait erat dengan proses kerja organ-organ pencernaan dan otak.

Masalah ini kemudian menyebabkan sistem pencernaan menjadi sangat sensitif. Hal ini juga mengubah bagaimana otot-otot usus meregang. Akibatnya timbul nyeri perut, diare, dan sembelit.

 

Baca Juga: 6 Langkah Pertolongan Pertama saat Anak Sakit Perut

 

Jenis Sindrom Iritasi Usus

Sindrom iritasi usus dapat dikategorikan berdasarkan gejala masalah sistem pencernaan yang terjadi. Setiap jenisnya memiliki penanganan berbeda termasuk obat-obatan yang diberikan.

Seringkali pengidapnya tidak mengalami gejala, tetapi pada hari-hari tertentu muncul gejala yang mengganggu.

Jenis IBS tergantung gejalanya yaitu:

  • Sindrom iritasi usus dengan konstipasi (IBS-C), saat buang air besar, feses cenderung keras dan sulit dikeluarkan
  • Sindrom iritasi usus dengan diare (IBS-D), saat buang air besar feses lebih encer
  • Sindrom iritasi usus dengan gejala campuran (IBS-M), di hari yang sama, pasien mengalami konstipasi dan diare

Gejala Sindrom Iritasi Usus

Gejala IBS meliputi:

  • Nyeri perut atau kram, biasanya terasa di bagian bawah perut
  • Kembung
  • Feses dengan konsistensi berbeda, lebih keras atau encer
  • Diare dan konstipasi yang bisa terjadi berganti-gantian
  • Gas berlebih
  • Feses berlendir, tampak berwarna putih

Wanita yang mengalami sindrom ini mungkin merasakan gejala muncul setiap haid. Gejala ini seringkali terjadi berulang-ulang, sehingga menyebabkan pengidapnya merasa stres.

Walau bisa muncul terus-menerus, gejala sindrom iritasi usus besar dapat ditangani. Ini bisa memperbaiki kondisi fisik maupun mental.

Penyebab Sindrom Iritasi Usus

Para peneliti belum menemukan penyebab pasti IBS. Ada beberapa hal yang kemungkinan mempengaruhi terjadinya IBS, yaitu:

  • Dismotilitas, masalah bagaimana otot-otot organ pencernaan meregang dan menggerakkan makanan sepanjang saluran pencernaan
  • Hipersensitivitas visceral, kondisi di mana saraf-saraf saluran pencernaan cenderung lebih sensitif
  • Disfungsi kerja otak dan pencernaan, adanya kesalahan komunikasi pada kinerja saraf-saraf otak dan sistem pencernaan.

Komplikasi Sindrom Iritasi Usus

Secara umum, sindrom iritasi usus tidak mengancam nyawa tetapi bisa mengganggu kenyamanan karena kondisi ini seringkali datang dan pergi.

Komplikasi yang mungkin terjadi adalah hemoroid atau wasir akibat konstipasi kronis maupun diare terus menerus. Selain itu IBS dapat mengganggu kualitas hidup karena kondisi yang datang dan pergi misalnya dapat mempengaruhi kehadiran kerja. Pengidap sindrom ini juga rawan mengalami gangguan suasana hati seperti depresi atau gangguan cemas.

 

Baca Juga: Apa Itu Serangan Panik: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi

 

Pertanyaan Seputar Sindrom Iritasi Usus

Apa Faktor Risiko Sindrom Iritasi Usus?

Risiko IBS lebih tinggi pada orang-orang dengan kondisi*:

  • Berusia muda, sindrom ini lebih sering terjadi pada mereka yang berusia di bawah 50 tahun
  • Wanita, di Amerika Serikat, sindrom ini lebih sering ditemui pada wanita. Terapi estrogen sebelum maupun setelah menopause juga meningkatkan risiko IBS
  • Riwayat keluarga dengan sindrom iritasi usus, genetika kemungkinan mempengaruhi kemungkinan seseorang mengalami sindrom ini, serta pengaruh lingkungan tempat tinggal keluarga
  • Memiliki riwayat masalah kesehatan mental, seperti gangguan cemas, depresi, atau trauma akibat kekerasan secara fisik dan seksual.

Apakah Ada Pantangan Makanan?

Makanan bisa menjadi pemicu terjadinya sindrom ini, walau perannya secara pasti pada kondisi ini belum dipahami. Alergi makanan secara umum jarang menyebabkan munculnya gejala, tetapi banyak orang-orang yang mengeluhkan perburukan gejala ketika mengonsumsi makanan tertentu.

Jika Anda mengalami sindrom iritasi usus dengan konstipasi, sebaiknya hindari makanan seperti:

  • Roti dan sereal dengan bahan baku biji-bijian olahan atau bukan biji-bijian utuh
  • Makanan yang melewati proses olahan panjang, seperti camilan keripik kentang dan kue-kue dalam kemasan
  • Kopi, minuman bersoda, dan alkohol
  • Terlalu banyak mengonsumsi makanan tinggi protein
  • Olahan susu terutama keju.

Sementara jika Anda mengalami gejala sindrom iritasi usus dengan diare, jenis-jenis makanan yang sebaiknya dihindari adalah:

  • Makanan dengan kadar serat terlalu tinggi, terutama jenis serat yang sulit dicerna (serat pada kulit buah dan sayur)
  • Makanan dan minuman mengandung cokelat, alkohol, kafein, serta pemanis buatan (fruktosa dan sorbitol)
  • Minuman bersoda
  • Porsi makan besar
  • Makanan berlemak dan makanan yang digoreng
  • Produk olahan susu, terutama jika Anda memiliki kondisi khusus tidak bisa mencerna laktosa (intoleransi laktosa)
  • Makanan mengandung tepung, terutama jika Anda alergi atau pernah mengalami reaksi tubuh yang buruk terhadap gluten.

Bolehkah Minum Susu jika Mengidap Sindrom Iritasi Usus?

Susu mungkin dapat memicu atau memperburuk gejalanya. Hal ini disebabkan susu mengandung laktosa yang perlu dicerna tubuh dengan bantuan enzim laktase. Kebanyakan pengidap sindrom ini memiliki kadar laktase yang lebih rendah, akibatnya jika mengonsumsi susu atau produk mengandung susu, tubuh kesulitan untuk mencerna.

Susu yang tidak dicerna dengan baik kemudian masuk ke usus besar dan difermentasi oleh bakteri dan menghasilkan gas. Pengidap sindrom ini sangat sensitif dengan kondisi abnormal di organ pencernaan, maka hal ini bisa memperburuk gejala-gejalanya. Bahkan mungkin menimbulkan rasa nyeri lebih kuat.

 

Baca Juga: 5 Manfaat Susu Sapi untuk Tulang

 

Bagaimana  Penanganan Sindrom Iritasi Usus yang Tepat?

Tidak ada terapi spesifik yang berpengaruh secara universal atau cocok untuk semua orang, namun pasien bisa berkonsultasi untuk menemukan jenis perawatan yang tepat. Dokter akan merancang perawatan khusus sesuai kondisi Anda.

Biasanya penanganan sindrom iritasi usus termasuk perubahan pola makan dan gaya hidup. Ahli gizi bisa membantu untuk menentukan pola makan yang paling tepat untuk pengidapnya.

Sementara untuk gaya hidup, pasien akan diarahkan untuk melakukan pola hidup sehat. Dianjurkan untuk rutin olahraga, menghindari rokok, rutin melakukan teknik relaksasi, mengubah porsi makan lebih sedikit tetapi sering, dan lebih memperhatikan apa saja yang dikonsumsi dalam sehari untuk menghindari kambuhnya gejala serta menjaga berat badan ideal.

Dokter mungkin memberikan obat-obatan tertentu untuk mencegah memburuknya gejala. Misalnya jika Anda mengalami depresi dan gangguan cemas di samping nyeri perut, dokter akan meresepkan antidepresan. Obat-obatan lain yang mungkin diberikan adalah untuk menangani diare, konstipasi, dan nyeri perut. Selain itu dokter mungkin menganjurkan Anda mengonsumsi probiotik.

Maka untuk mendapatkan penanganan tepat sindrom iritasi usus, Anda perlu melakukan konsultasi dokter. Anda bisa berkonsultasi dengan bantuan Kavacare. Hubungi kami di nomor 0811 1446 777 untuk mendapatkan informasi lebih lengkap seputar sindrom iritasi usus beserta penanganannya.

SUMBER:

  1. Irritable Bowel Syndrome: IBS, Symptoms, Causes, Treatment. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/4342-irritable-bowel-syndrome-ibs diakses 11 Februari 2023
  2. Irritable bowel syndrome. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/irritable-bowel-syndrome/symptoms-causes/syc-20360016 diakses 11 Februari 2023
  3. IBS Triggers and Prevention: Irritable Bowel Syndrome Food to Avoid & Triggers. https://www.webmd.com/ibs/ibs-triggers-prevention-strategies diakses 11 Februari 2023
  4. How Dairy Affects IBS (and What to Eat Instead). https://www.goodrx.com/conditions/irritable-bowel-syndrome/how-dairy-affects-ibs diakses 11 Februari 2023
Avatar
Reviewed by:
Ditinjau oleh:

Dr. Eddy Wiria, PhD

Co-Founder & CEO Kavacare