Posisi Litotomi: Definisi, Manfaat, dan Langkah

Posisi Litotomi: Definisi, Manfaat, dan Langkah

  • Post category:Homecare
Share

Mengatur posisi berbaring di tempat tidur adalah tindakan yang penting untuk mendukung pemulihan pasien. Posisi yang sesuai dan menimbulkan kenyamanan dapat membuat proses pulih pasien lebih singkat.

Salah satu posisi baring untuk pasien adalah posisi litotomi. Simak penjelasan mengenai definisi, kegunaan, dan cara menerapkan posisi tersebut berikut ini.

Apa Itu Posisi Litotomi?

Infografis Posisi Berbaring Litotomi Kavacare
Infografis Posisi Berbaring Litotomi Kavacare

Posisi litotomi adalah posisi di mana pasien berbaring dalam posisi telentang dengan wajah dan badan menghadap ke atas, dengan kaki diabduksi sekitar 30 hingga 45 derajat dari garis tengah. Tujuannya untuk keperluan prosedur pembedahan atau pemeriksaan kesehatan tertentu. 

Meja pemeriksaan dirancang khusus untuk dapat menopang pinggul dan lutut, yang biasanya difleksikan sekitar 90 derajat dengan menggunakan sanggurdi atau penahan kaki yang berbentuk seperti sepatu bot. Posisi ini memungkinkan akses yang lebih baik ke lokasi anatomi tertentu, seperti organ panggul dan perineum.

Posisi ini dinamakan litotomi karena merujuk pada penggunaannya sewaktu melakukan prosedur litotomi, yaitu prosedur yang digunakan untuk mengangkat batu kandung kemih. Meskipun masih digunakan untuk prosedur litotomi, kini posisi tersebut memiliki banyak kegunaan lain.

Kapan Posisi Litotomi Digunakan?

Posisi litotomi merupakan posisi melahirkan standar yang digunakan di banyak rumah sakit. Posisi ini sering digunakan ketika ibu mulai mengejan di kala dua, atau fase pembukaan empat hingga pembukaan lengkap.

Beberapa dokter biasanya memilih posisi ini karena memberikan akses yang lebih baik terhadap ibu dan bayinya. Namun, banyak rumah sakit yang kini tidak lagi menggunakan posisi berbaring pasien ini untuk ibu melahirkan dan memilih untuk menggunakan tempat tidur bersalin, kursi bersalin, atau posisi jongkok, demi kebutuhan dan kenyamanan ibu melahirkan. 

Selain untuk keperluan melahirkan, posisi litotomi umumnya digunakan selama pemeriksaan atau pembedahan ginekologi, rektal, dan urologi. Posisi ini, seperti yang telah disebutkan, memudahkan akses dan visibilitas pada struktur anatomi tertentu, dalam kasus ini contohnya organ sistem kemih, organ reproduksi, hingga rektum dan anus.

Selain itu, litotomi juga merupakan posisi yang umum yang digunakan dalam operasi uretra, operasi usus besar, dan pengangkatan batu kandung kemih. Operasi pengangkatan tumor rektum atau prostat juga dapat dilakukan dalam posisi ini.

Langkah-Langkah Posisi Litotomi

Untuk menerapkan posisi litotomi, berikut ini langkah yang harus dilakukan.

  1. Pasien dibaringkan telentang menghadap ke atas dan kepala ditopang oleh bantalan pemosisian pasien.
  2. Kaki pasien kemudian diangkat setinggi pinggul dan lutut ditekuk pada sudut 70 hingga 90 derajat.
  3. Kaki yang dinaikkan tersebut ditopang pada pijakan kaki yang empuk seperti sanggurdi kaki.

 

Baca Juga: 7 Teknik Memindahkan Pasien Bagi Caregiver

 

Ragam Variasi Posisi Litotomi

Pada posisi litotomi, pasien dapat ditempatkan pada posisi penyangga kaki model boot atau posisi sanggurdi. Terdapat beberapa variasi posisi ini berdasarkan jenis operasi yang dilakukan, seperti:

  • Posisi high lithotomy
  • Posisi standard lithotomy
  • Posisi low lithotomy
  • Posisi tilted lithotomy (Trendelenburg)
  • Posisi exaggerated lithotomy
  • Posisi hemi (split) lithotomy

Kontradiksi Penerapan Posisi Litotomi

Bila pasien harus melakukan posisi litotomi di meja pemeriksaan dalam waktu lama, terutama bila lebih dari dua jam, terdapat beberapa kemungkinan konsekuensi yang mesti diwaspadai oleh pasien.

Kompresi saraf, terutama pada saraf femoralis atau saraf peroneal komunis, merupakan efek samping paling umum dari posisi litotomi. Cedera pada saraf peroneal dapat terjadi karena saraf peroneal terletak di sekitar kepala fibula, yang bersandar pada penyangga kaki saat dalam posisi litotomi. 

Oleh karena itu, bantalan ekstremitas bawah biasanya digunakan untuk mencegah terjadinya cedera saraf. Selain itu, kehati-hatian harus dilakukan pada posisi kaki untuk mencegah cedera otot atau perfusi yang tidak memadai pada ekstremitas bawah, terutama pada prosedur yang berkepanjangan. Hal ini juga dapat menyebabkan sindrom kompartemen akut pada ekstremitas bawah.

Faktor risiko yang terkait dengan sindrom kompartemen ini berhubungan dengan obstruksi vena di ekstremitas bawah. Hal ini juga dapat berkaitan dengan fiksasi kaki atau peninggian kaki di atas ketinggian jantung untuk jangka waktu yang lama.

Perubahan hemodinamik (peningkatan aliran balik vena ke jantung dan akibatnya peningkatan curah jantung) pada prosedur bedah dapat diketahui jika meja pemeriksaan diposisikan miring dengan kaki pasien terangkat di atas kepala. Posisi ini, bila dilakukan dalam prosedur yang memakan waktu lama pada pasien yang memiliki beberapa penyakit komorbid, terutama pada sistem kardiovaskular, dapat menyebabkan edema paru dan kelelahan otot jantung.

Selain itu, belakangan diketahui bahwa posisi litotomi dapat menurunkan tekanan darah sehingga membuat kontraksi terasa semakin nyeri dan justru memperlambat proses persalinan. Sebagai gantinya, terdapat temuan yang menyebutkan bahwa posisi jongkok tidak terlalu menyakitkan dan lebih efektif selama kala dua persalinan.

Dalam posisi jongkok, gravitasi dan berat bayi membantu membuka leher rahim dan memperlancar persalinan. Posisi litotomi juga meningkatkan kemungkinan diperlukannya episiotomi, yaitu prosedur yang melibatkan pemotongan jaringan antara vagina dan anus, yang disebut juga sebagai perineum, untuk memudahkan bayi keluar.

Hal-hal Penting saat Menggunakan Posisi Litotomi

Selain berbagai efek samping posisi litotomi di atas, risiko yang dihadapi pasien dalam posisi litotomi untuk suatu prosedur dapat meliputi patah tulang, cedera saraf, dislokasi pinggul, cedera otot, cedera akibat tekanan, dan berkurangnya kapasitas paru-paru.

Saat memosisikan pasien dalam posisi ini, ahli bedah harus menghindari hiperabduksi pinggul pasien dan bersandar pada paha bagian dalam. Sanggurdi yang digunakan pada pasien dalam posisi ini harus menyebarkan dukungan dan tekanan pada area yang luas.

Komunikasikan selalu dengan ahli medis yang menangani kondisi Anda mengenai apa saja yang Anda rasakan, sehingga tenaga medis profesional dapat menentukan posisi berbaring yang paling tepat untuk Anda.

Apabila Anda memerlukan bantuan perawatan di rumah, tenaga medis tepercaya Kavacare siap membantu Anda. Segera hubungi kami di  0811-1446-777 untuk berkonsultasi dengan dokter atau menggunakan jasa home care.

Sumber:

  1. Anatomy, Patient Positioning – StatPearls – NCBI Bookshelf. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513320/. Diakses 1 Januari 2024.
  2. Lithotomy Position: What Is It and Its Uses | Osmosis. https://www.osmosis.org/answers/lithotomy-position. Diakses 1 Januari 2024.
  3. The Ultimate Guide to Lithotomy Position | STERIS. https://www.steris.com/healthcare/knowledge-center/surgical-equipment/lithotomy-position-guide. Diakses 1 Januari 2024.
  4. Lithotomy Position: Pictures, Birth, Surgery, and Complications. https://www.healthline.com/health/lithotomy-position. Diakses 1 Januari 2024.
dr. Keyvan Fermitaliansyah
Reviewed by:
Ditinjau oleh:

dr. Keyvan Fermitaliansyah

Care Pro, Dokter Umum Kavacare