Mengenal Delirium pada Lansia

Mengenal Delirium pada Lansia

  • Post category:Lansia
Share

Delirium adalah salah satu kondisi yang kerap dijumpai ketika seorang individu memasuki masa lanjut usia. Delirium pada lansia dapat dicegah dan diobati. Namun gangguan perilaku geriatri ini kerap disalahpahami sebagai kondisi psikogeriatri lain seperti demensia. Pemahaman terhadap delirium pada kalangan lansia diperlukan terutama oleh anggota keluarganya demi penanganan yang tepat.

Apa yang Dimaksud dengan Delirium?

Delirium adalah perubahan mendadak pada cara seseorang dalam berpikir dan bertindak. Orang yang mengalami delirium akan merasa bingung dan tak bisa menaruh perhatian pada apa yang terjadi di sekitarnya. Pikiran orang tersebut juga tak tertata. Kondisi yang muncul secara tiba-tiba atau bersifat akut ini bisa menimbulkan kekhawatiran pada orang yang mengalami delirium serta keluarga dan orang-orang di sekitarnya.

Delirium pada lansia bisa terjadi selama beberapa jam hingga berhari-hari. Tanda dan gejala yang terlihat datang dan pergi. Gangguan perilaku ini bisa dipulihkan dengan mengidentifikasi dan mengobati masalah medis yang melatarinya. Sebanyak 10-30 persen pasien lansia mengalami delirium dengan level bervariasi. Saat ada kondisi psikogeriatri ini, pasien tersebut bisa jadi harus lebih lama dirawat di rumah sakit. Kemungkinan dirawat di panti wreda dan risiko meninggal juga lebih besar.

Delirium umumnya terjadi pada lansia yang sedang dirawat karena masalah kesehatan tertentu baik di rumah sakit, panti wreda, maupun rumah sendiri. Karena itu, penting untuk menemukan apa penyebabnya. Penting pula bagi anggota keluarga dan perawat lansia tersebut untuk diberi edukasi tentang upaya pencegahan dan penanganan delirium, termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan lansia itu memerlukan pemeriksaan secepatnya.

Delirium bisa menyebabkan konsekuensi serius dan lama. Menurut sejumlah penelitian, ada hubungan antara delirium dan peningkatan angka kematian, risiko jatuh, serta penurunan fungsi kognitif dan fungsional dalam jangka pendek dan panjang.

Apakah Beda Delirium dengan Demensia, Gangguan Jiwa, dan Depresi

Delirium adalah salah satu jenis kondisi psikogeriatri. Karena kemiripan gejala, delirium sering disalahpahami sebagai demensia, gangguan jiwa, atau depresi. Ketiga masalah mental itu berhubungan, tapi berbeda satu sama lain. 

Demensia terjadi karena turunnya kemampuan fungsi otak secara bertahap. Artinya, gejalanya tidak muncul secara tiba-tiba layaknya delirium. Depresi adalah masalah mental yang membuat suasana hati menjadi murung, tertekan, sedih, dan kehilangan minat pada apa pun. Delirium bisa muncul karena demensia atau depresi.

Adapun gangguan jiwa mengacu pada berbagai kondisi yang mempengaruhi pikiran, perilaku, dan suasana hati seseorang. Jadi keliru jika menyebut orang yang mengalami gangguan jiwa pasti gila seperti orang-orang yang sering dijumpai berjalan tanpa tujuan di jalan. Delirium, demensia, dan depresi bisa digolongkan sebagai gangguan jiwa.

Satu perbedaan mendasar delirium dengan masalah mental lainnya adalah tak ada obat-obatan atau perawatan yang dirancang secara spesifik untuk delirium. Individu yang mengalami delirium karena penyakit tertentu akan dirawat untuk mengobati penyakit tersebut guna mencegah terjadinya delirium. Sedangkan jika mengalami delirium tanpa masalah kesehatan lain, lansia akan diminta mengambil langkah untuk mencegah gejala delirium, seperti tidur cukup, makan makanan bergizi, dan minum air putih cukup tiap hari.

Apa Saja Penyebab Delirium pada Orang Tua

Delirium dapat dipicu oleh satu penyebab, tapi dalam kebanyakan kasus ada beragam faktor yang berpengaruh karena bergantung pada interaksi antara faktor predisposisi (keadaan mudah terjangkit penyakit) dan presipitasi (pencetus). Penyebab delirium antara lain:

  • Penyakit kronis
  • Perubahan metabolisme
  • Operasi
  • Paparan terhadap racun tertentu
  • Obat-obatan
  • Berhenti mengonsumsi alkohol dan obat tertentu

Adapun faktor risiko delirium pada orang tua termasuk:

  • Berusia lebih dari 70 tahun
  • Pernah mengalami delirium sebelumnya
  • Ada penurunan kemampuan kognitif
  • Sedang dirawat karena penyakit serius
  • Kekurangan nutrisi
  • Dehidrasi
  • Banyak muntah atau diare
  • Ada masalah penglihatan atau pendengaran
  • Mengonsumsi lima atau lebih obat yang berbeda
  • Menggunakan mesin alat bantu napas

Menurut studi terbaru, infeksi SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 juga bisa memicu delirium pada lansia di ruang perawatan rumah sakit.

Bagaimana Mengenali Delirium

Untuk mengenali delirium pada lansia, perlu diketahui bahwa ada tiga sub-tipe delirium, yakni hipoaktif, hiperaktif, dan campuran. Sub-tipe ini bisa dikenali dengan melihat gejala dan tandanya. Delirium hiperaktif terjadi ketika individu merasa resah, gelisah, dan agresif. Gejalanya meliputi sulit tidur, kebingungan, halusinasi atau delusi, dan sulit dibujuk.

Sebaliknya, delirium hipoaktif membuat individu tersebut menarik diri, diam, dan mengantuk. Gejalanya antara lain sulit berkonsentrasi, tidak sadar akan sekitar, enggan bergerak, dan nafsu makan turun. Sedangkan delirium campuran adalah gabungan hiperaktif dengan hipoaktif. Gejalanya pun bervariasi antara dua subtipe tersebut sepanjang hari.

Jika tanda dan gejala itu terjadi, diperlukan pemeriksaan oleh tenaga medis profesional. Ada metode khusus untuk mendeteksi delirium yang disebut Confusion Assessment Method. Dengan metode ini, perawat atau dokter yang menangani pasien akan mengajukan sejumlah pertanyaan untuk mengetahui apakah pasien mengalami delirium atau tidak.

Bagaimana Mencegah Delirium

Delirium pada lansia dapat dicegah sebelum membawa konsekuensi yang lebih buruk. Langkah pencegahan itu antara lain dengan Hospital Elder Life Program (HELP) untuk menemukan enam faktor risiko yang kerap didapati pada lansia yang mengalami delirium:

  • Penurunan kemampuan kognitif
  • Kurang tidur
  • Imobilitas
  • Masalah penglihatan
  • Masalah pendengaran
  • Dehidrasi

Dengan mengetahui dan menangani faktor risiko tersebut, kejadian delirium pada lansia bisa dikurangi. Meski begitu, tingkat keparahan dan kekambuhannya tak dapat diturunkan. Langkah pencegahan yang bisa diambil antara lain sering melakukan reorientasi, yakni membiasakan diri pasien dengan kondisi di sekitarnya. Cara lainnya termasuk sering bergerak aktif, memastikan nutrisi dan hidrasi yang cukup, mengatur pola dan waktu tidur, menangani masalah penglihatan/pendengaran yang dialami, dan merawat penyakit yang diderita.

Terapi dan Perawatan Delirium dengan Perawatan Homecare

 

Terapi delirium pada lansia berbeda antara satu pasien dan pasien lain. Salah satu faktor penentu terapi adalah masalah kesehatan apa yang dialami pasien tersebut. Misalnya pasien mengalami infeksi saluran kemih, maka infeksi itu harus ditangani dulu. Yang pasti, pasien geriatri dengan gangguan perilaku delirium memerlukan perawatan khusus dari anggota keluarga atau perawat professional.

Kehadiran pendamping ini dibutuhkan untuk membantu pasien dalam kegiatan sehari-hari, termasuk memantau bila ada tanda dan gejala delirium yang butuh penanganan medis segera. Kavacare menyediakan pendampingan aktivitas sehari-hari sebagai perawatan homecare, termasuk mendampingi makan, minum, berpakaian, transfer dan mobilitas, toilet. Dengan didampingi, perawat pun dapat membantu dengan terapi tertentu untuk menciptakan suasana tenang dan nyaman agar suasana hati pasien tak terganggu.

Pencegahan delirium juga bisa dilakukan perawat dengan melatih kewaspadaan pasien terhadap segala hal di sekitarnya, memberikan obat-obatan secara aman, membantu pasien tidur lebih baik, dan rajin berkomunikasi dengan pasien. Perawat homecare memiliki peran penting dalam menilai kondisi pasien, mengidentifikasi faktor risiko dan gejala lebih dini, menerapkan strategi pencegahan, dan membantu penanganan delirium pada lansia. Hubungi Kavacare untuk mendapatkan perawatan homecare yang professional di Whatsapp 0811-1446-777.

Sumber:

Delirium: A Marker of Vulnerability in Older People. https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fnagi.2021.626127/full. Diakses 3 Maret 2022

Delirium in Older Persons: Evaluation and Management. https://www.aafp.org/afp/2014/0801/p150.html. Diakses 3 Maret 2022

Delirium in older adults: Diagnosis, prevention, and treatment. https://bcmj.org/articles/delirium-older-adults-diagnosis-prevention-and-treatment. Diakses 3 Maret 2022

Delirium in Older Persons: Advances in Diagnosis and Treatment https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5717753/. Diakses 3 Maret 2022

Differentiating Delirium Versus Dementia in the Elderly. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK570594/. Diakses 3 Maret 2022

Differentiating among Depression, Delirium, and Dementia in Elderly Patients. https://journalofethics.ama-assn.org/article/differentiating-among-depression-delirium-and-dementia-elderly-patients/2008-06. Diakses 3 Maret 2022

Delirium in elderly adults: diagnosis, prevention and treatment. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3065676/. Diakses 3 Maret 2022

Delirium. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/delirium/diagnosis-treatment/drc-20371391. Diakses 3 Maret 2022

Avatar
Reviewed by:
Ditinjau oleh:

Dr. Eddy Wiria, PhD

Co-Founder & CEO Kavacare