Polifarmasi dan Lansia: Apa Risikonya dan Apa yang Harus Dilakukan?

Polifarmasi dan Lansia: Apa Risikonya dan Apa yang Harus Dilakukan?

  • Post category:Lansia
Share

Dengan bertambahnya usia, umumnya bertambah pula risiko lansia terkena penyakit atau mengalami masalah kesehatan. Guna mengatasi atau mencegah kondisi yang sering disebut penyakit tua ini, lansia sering kali harus minum berbagai obat. Tapi hati-hati jika lansia mesti mengonsumsi banyak obat. Penggunaan obat-obatan dalam jumlah banyak alias polifarmasi mengandung risiko kesehatan bagi lansia.

Apa Itu Polifarmasi                          

Polifarmasi adalah penggunaan sedikitnya lima obat-obatan secara rutin. Praktik ini umum dijumpai di kalangan lansia. Polifarmasi lansia menjadi perhatian karena beberapa alasan. Lansia lebih berisiko mengalami reaksi obat yang merugikan (adverse drug reaction) karena perubahan metabolisme dan berkurangnya kemampuan membersihkan obat yang masuk ke tubuh terkait dengan penuaan. Makin banyak jumlah obat yang rutin dikonsumsi makin besar risiko ini.

Polifarmasi lansia bisa disebabkan oleh faktor pasien dan sistem terkait. Faktor pasien antara lain adanya komorbiditas atau penyakit penyerta yang ditangani oleh banyak dokter spesialis dan membutuhkan banyak obat. Lansia yang harus menjalani perawatan di rumah sakit dalam jangka waktu lama biasanya mendapat sejumlah obat untuk menangani kondisinya.

Pemahaman terhadap konsekuensi polifarmasi sangat penting karena berfungsi sebagai indikator penanganan medis. Polifarmasi dapat menyebabkan pasien butuh waktu lebih lama untuk kembali bekerja, menambah biaya obat, dan memicu interaksi obat yang berbahaya.

Pedoman klinis merekomendasikan penggunaan beberapa obat dalam kombinasi untuk satu penyakit. Karena itu, lansia yang memiliki kondisi komorbiditas sering kali membutuhkan layanan geriatri komunitas untuk merawat diri mereka yang rapuh.

Apa Itu Interaksi Obat                              

Pemberian obat bertujuan menyembuhkan pasien dan membuat pasien merasa lebih baik. Tapi kadang juga bisa timbul masalah yang bersumber dari interaksi obat. Ada tiga jenis interaksi obat:

  •       Reaksi di antara dua jenis obat atau lebih (drug-drug interaction)
  •       Reaksi antara obat dan makanan, minuman, atau suplemen (drug-food interaction)
  •       Reaksi yang terjadi ketika seseorang mengonsumsi obat selagi punya masalah medis tertentu (drug-condition interaction)

Interaksi obat bisa mengubah cara kerja obat-obatan di dalam tubuh. Salah satu akibatnya adalah obat yang dikonsumsi menjadi kurang efektif. Bahkan interaksi obat dapat menyebabkan efek samping yang berpotensi membahayakan. Risiko mengalami interaksi obat meningkat jika lansia menjalani terapi polifarmasi.

Kriteria STOPP-START                               

Untuk mengantisipasi reaksi obat yang merugikan dari polifarmasi lansia, ada metode STOPP-START yang pertama kali dipublikasikan pada 2008. STOPP (Screening Tool of Older Persons’ Prescriptions) and START (Screening Tool to Alert to Right Treatment) adalah kriteria yang digunakan sebagai alat oleh tenaga medis untuk meninjau pengobatan yang berpotensi tidak tepat pada orang dewasa dan lansia.

Pemberian resep obat yang tidak tepat pada lansia menjadi salah satu masalah global yang membutuhkan perhatian. Kriteria STOPP-START dapat dimanfaatkan untuk mengantisipasi dampak buruk praktik tersebut. Dengan kriteria ini, tenaga medis antara lain akan memeriksa apakah obat yang diresepkan benar dibutuhkan oleh pasien, apakah ada duplikasi obat dalam polifarmasi, dan apakah pasien sudah diberi obat sesuai dengan kebutuhan kondisinya. Walhasil, peresepan menjadi lebih tepat guna bagi pasien dan menekan risiko efek yang merugikan.

Apa Itu Pengkajian Geriatri Komprehensif                              

Pengkajian geriatri komprehensif adalah proses diagnostik dan pengobatan multidisiplin dalam kedokteran yang mengidentifikasi masalah keterbatasan medis, kejiwaan, sosial, dan fungsional para lansia. Tujuannya adalah menyusun rencana yang terkoordinasi untuk meningkatkan kondisi kesehatan lansia terkait dengan penuaan.

Di rumah sakit, pengkajian geriatri komprehensif menjadi standar emas untuk merawat para lansia yang relatif rapuh. Tak seperti kelompok usia muda, para lansia acap kali memiliki masalah kesehatan yang lebih kompleks seiring dengan bertambahnya usia dan penurunan fungsi tubuh. Lewat pengkajian geriatri, dokter dari berbagai bidang spesialisasi bisa mengevaluasi kondisi lansia dan merumuskan penanganan medis yang tepat sesuai dengan hasil evaluasi itu secara terkoordinasi. 

Peran Pengkajian Geriatri Komprehensif Bagi Kualitas Hidup Lansia dan Polifarmasi                           

Dengan pengkajian geriatri komprehensif, masalah medis yang mempengaruhi kualitas hidup lansia dapat diketahui lebih dini. Proses identifikasi dilakukan oleh dokter ahli dengan memeriksa kondisi pasien, tanya-jawab dengan pasien dan keluarganya, serta memanfaatkan peralatan medis tertentu.

Risiko jatuh pada lansia, misalnya, bisa dievaluasi dengan melontarkan pertanyaan seperti: “Apakah Anda pernah jatuh dalam setahun ini?” Kriteria STOPP-START dan metode lain dalam pengkajian geriatri komprehensif juga berguna untuk meninjau ketepatan polifarmasi pada lansia.

Temuan dari proses identifikasi dan evaluasi akan divalidasi guna menentukan tindakan intervensi terhadap pasien. Misalnya ada temuan potensi interaksi obat yang merugikan, maka resep obat bagi lansia itu akan diperbaiki. Pengkajian ini bisa dilakukan di rumah sakit ataupun lewat kunjungan ke rumah pasien. Demi hasil yang lebih baik, butuh beberapa kali kunjungan termasuk untuk mengidentifikasi masalah medis yang mungkin tersembunyi, seperti depresi pada lansia. Jika lansia mengalami kesulitan untuk hadir ke rumah sakit, dokter dapat melakukan homevisit untuk melakukan pengkajian geriatri. 

Peran Dokter Penanggung Jawab Sebagai Koordinator Rencana Terapi

Seorang pasien yang ditangani dokter mungkin memerlukan penanganan lebih dari satu dokter terkait dengan penyakit yang dialami. Karena itu, dokter-dokter akan bekerja dalam sebuah tim termasuk bersama perawat dan tenaga medis lain. Adapun dokter penanggung jawab adalah dokter yang memiliki wewenang utama atas seluruh penanganan penyakit pasien tersebut dari awal hingga akhir perawatan di rumah sakit, baik pasien rawat jalan maupun rawat inap.

Kewenangan itu termasuk sebagai koordinator rencana terapi bagi pasien. Keberadaan dokter penanggung jawab penting untuk memastikan penerapan standar pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit. Dokter inilah yang berhubungan dengan keluarga pasien, antara lain menginformasikan rencana terapi dan memberikan penjelasan lain yang dibutuhkan keluarga.

Kavacare memiliki dokter yang terlatih dalam pengkajian geriatri komprehensif. Dokter homevisit dapat mengoordinasikan penanganan medis untuk mendukung kesembuhan dan merancang rencana efektif dalam mengidentifikasi masalah kesehatan lansia. Tentu, keluarga juga berperan untuk memilihkan care plan yang sesuai. Hubungi Hubungi Kavacare di whatsapp 08111446777 untuk pendapatkan layanan homecare pengkajian geriatri.

Sumber:

Medication Safety in Polypharmacy. https://apps.who.int/iris/rest/bitstreams/1235792/retrieve. Diakses 28 Januari 2022

Reducing Your Risk of Adverse Medication Interactions. https://www.verywellhealth.com/drug-interactions-reducing-your-risk-1124111. Diakses 28 Januari 2022

Polypharmacy: A Global Risk Factor for Elderly People. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4295469/. Diakses 28 Januari 2022

STOPP/START criteria for potentially inappropriate prescribing in older people: version 2. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4339726/. Diakses 28 Januari 2022

STOPP & START criteria: A new approach to detecting potentially inappropriate prescribing in old age. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1878764910000112. Diakses 28 Januari 2022

What is Comprehensive Geriatric Assessment (CGA)? An umbrella review. https://academic.oup.com/ageing/article/47/1/149/4682984. Diakses 28 Januari 2022

Avatar
Reviewed by:
Ditinjau oleh:

Dr. Eddy Wiria, PhD

Co-Founder & CEO Kavacare