Kontraktur pada Lansia

Kontraktur pada Lansia

  • Post category:Lansia
Share

Dengan bertambahnya usia, bertambah pula risiko seseorang mengalami berbagai masalah kesehatan. Gangguan sendi adalah salah satu masalah yang sering terjadi pada kalangan lansia. Gangguan ini bisa datang dalam bermacam bentuk, termasuk kontraktur.

Serba-serbi Kontraktur

Kontraktur adalah kondisi ketika jaringan tubuh yang elastis tergantikan oleh jaringan non-elastis. Akibatnya, jaringan ini menjadi kaku dan sulit atau tak bisa digerakkan secara normal. Kontraktur sering kali terjadi pada otot, kulit, dan sendi. Jangkauan gerakan dan fungsi bagian tubuh tertentu menjadi terbatas akibat kontraktur.

Kontraktur sendi terjadi saat kapsul sendi yang menghubungkan dua tulang atau lebih menjadi kaku. Adapun kontraktur otot ditandai dengan adanya otot yang memendek atau kaku. Sedangkan kontraktur kulit terjadi tatkala kulit mengkerut karena luka. Kontraktur bisa terjadi pada segala usia. Tapi kondisi ini lebih kerap dijumpai di kalangan lansia. Pada lansia, kontraktur sering terjadi pada sendi. Kualitas hidup lansia bisa terpengaruh karena gangguan sendi ini. Misalnya, lansia jadi tak bisa menggerakkan tangan, meregangkan kaki, dan meluruskan jari sehingga sulit melakukan kegiatan sehari-hari seperti mengambil benda, makan dan minum, atau membersihkan diri.

Gejala utama kontraktur adalah berkurangnya kemampuan menggerakkan area tubuh yang mengalami kontraktur. Gejala lain termasuk rasa sakit dan peradangan di bagian tubuh yang terpengaruh.

Apa Penyebab Kontraktur?

Penyebab kontraktur bermacam-macam, tergantung jenis dan lokasi terjadinya. Pada lansia, kontraktur berupa gangguan sendi bisa terjadi karena artritis, fraktur, rematik, dan dislokasi. Lansia yang pernah terserang stroke juga rentan mengalami kontraktur sendi karena sistem sarafnya terganggu. Selain itu, kontraktur bisa terjadi karena komplikasi paska stroke.
Kadang perawatan berupa rehabilitasi paska stroke tidak dijalankan dengan tepat sehingga terjadi kontraktur. Misalnya pasien jarang bergerak secara aktif untuk melatih anggota tubuh yang terkena dampak stroke. Pasien penyakit tertentu yang harus lama menjalani tirah baring atau bedrest juga lebih mungkin terkena kontraktur karena jarang menggerakkan tubuhnya.

Secara umum, penyebab kontraktur antara lain:

  • Gangguan sistem otak dan saraf, seperti cerebral palsy dan stroke
  • Kerusakan saraf
  • Kelainan bawaan
  • Jarang menggerakkan bagian tubuh, misalnya karena luka, terkena penyakit, atau bergaya hidup pasif
  • Cedera traumatis atau luka bakar
  • Peradangan, contohnya rematik

Apa yang Bisa Dilakukan untuk Mencegah Kontraktur?

Upaya pencegahan kontraktur yang utama adalah menerapkan gaya hidup aktif, termasuk rutin berolahraga. Selain itu, berhati-hatilah ketika melakukan aktivitas yang berisiko menimbulkan cedera.
Bagi individu tertentu yang punya faktor risiko lebih tinggi mengalami kontraktur, terapi fisik juga bisa dilakukan untuk mencegah kontraktur. Misalnya pasien lansia yang menjalani perawatan paska stroke.
Penanganan luka secara tepat sehingga sembuh lebih cepat juga akan mengurangi risiko kontraktur yang mungkin terjadi ketika anggota tubuh terlalu lama tak digerakkan karena adanya luka. Bagi lansia, posisi juga mempengaruhi kemungkinan terkena kontraktur. Misalnya saat duduk kakinya harus memiliki pijakan yang rata. Bila kaki menggantung, bisa terjadi kontraktur pada ujung jari kaki. Tidur dengan posisi kaki menekuk juga bisa berujung pada kontraktur sehingga perlu ada bantal atau guling yang ditempatkan di antara kaki lansia saat tidur.

Bila Sudah Ada Kontraktur, Apa yang Bisa Dilakukan?

Dalam hal kontraktur, pepatah mencegah lebih baik daripada mengobati sangat relevan. Sebab, ketika sudah terjadi kontraktur, perlu proses lama untuk menyembuhkannya. Karena itulah lebih penting mengupayakan pencegahan daripada sudah telanjur kejadian.

Penanganan kontraktur bergantung pada jenis dan lokasinya. Untuk lansia, kehadiran perawat atau ahli terapi sangat penting untuk mencegah kontraktur makin membatasi pergerakannya yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup. Penanganan yang lazim dilakukan antara lain:
Pengaturan posisi: selain sebagai pencegahan, pengaturan posisi saat beraktivitas dapat dilakukan untuk mengurangi keparahan kontraktur.

Fisioterapi/terapi okupasi: terapi yang kerap menjadi bagian dari rehabilitasi paska stroke ini membantu meningkatkan jangkauan gerakan dan menguatkan otot.

Alat bantu: penggunaan gips (cast) atau belat (splint) membantu meregangkan jaringan di area yang bermasalah. Ada juga mesin continuous passive motion untuk menggerakkan bagian tubuh
yang mengalami kontaktur.

Terapi elektrik: terapi ini sering disandingkan dengan jenis terapi lain dengan tujuan mengurangi nyeri dan mencegah hilangnya kekuatan otot.
Obat-obatan: ada beberapa jenis obat yang dapat membantu mengurangi gejala nyeri dan peradangan. Misalnya botulinum toxin untuk mengurangi ketegangan otot.

Operasi: tindakan untuk memperbaiki bagian tubuh yang terkena kontraktur ini biasanya diambil ketika kualitas hidup sudah sangat terganggu akibat kontraktur.

Hidup Berkualitas dengan Kontraktur, Bagaimana Caranya?
Tak bisa dipungkiri, kualitas hidup akan terpengaruh ketika seseorang mengalami kontraktur. Pasien lansia paska stroke, misalnya. Gerak dan fungsi tubuh yang terbatas akibat serangan stroke menjadi kian terbatas jika terjadi komplikasi kontraktur.

Kualitas hidup lansia bisa dijaga dengan kehadiran perawat serta ahli terapi yang profesional dan terlatih. Lansia mungkin mengalami kesulitan mobilitas, oleh sebab itu bisa menggunakan ahli terapi homecare, atau fisioterapi homecare sehingga tidak menyulitkan. Dengan fisioterapi atau okupasi terapi homecare, lansia akan mendapat bantuan dalam menjalankan aktivitas harian sekaligus dilatih untuk engurangi gejala kontraktur dengan program yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan secara spesifik.

Terapi dan latihan yang konsisten di bawah bimbingan perawat/ahli terapi akan membantu lansia meningkatkan kemampuan gerak dan fungsi tubuhnya yang sebelumnya menurun, apalagi secara homecare. Sebab dengan terapi homecare, lansia akan mendapatkan dukungan dan perhatian dari keluarga terdekat. Peran keluarga juga dibutuhkan sebagai penambah motivasi agar lansia dapat secara rutin mengikuti latihan dan terapi yang dibutuhkan untuk kualitas hidupnya. Untuk mendapatkan layanan fisioterapi homecare atau okupasi terapi homecare, hubungi WA Kavacare Support di 0811 – 1446 – 777.

Sumber:

Everything You Need to Know About Contracture Deformity.
https://www.healthline.com/health/contracture-deformity. Diakses 4 Maret 2022
Joint contractures and acquired deforming hypertonia in older people: Which determinants?.
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877065718314829. Diakses 4 Maret 2022
Improved participation of older people with joint contractures living in nursing homes: feasibility of study
procedures in a cluster-randomised pilot trial.
https://trialsjournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13063-019-3522-1. Diakses 4 Maret 2022
Interventions for the prevention and treatment of disability due to acquired joint contractures in older
people: a systematic review. https://academic.oup.com/ageing/article/46/3/373/3052928. Diakses 4
Maret 2022
Contracture. https://www.drugs.com/cg/contracture.html. Diakses 4 Maret 2022

Avatar
Reviewed by:
Ditinjau oleh:

Dr. Eddy Wiria, PhD

Co-Founder & CEO Kavacare