Kenapa Kita Harus Tetap Aktif Meski Sedang Sakit?

Kenapa Kita Harus Tetap Aktif Meski Sedang Sakit?

Share

Ayo tetap aktif bergerak walaupun sedang sakit! 

Sebuah meta analisis yang terbit maret 2024 di BMC Geriatrics memberikan informasi berharga mengenai pentingnya bergerak, terutama bagi kelompok yang rentan terhadap penyakit.

Grup peneliti Henderson dan kawan-kawan, menekankan bahwa berkurangnya aktivitas akibat kondisi tertentu bisa mempengaruhi risiko memburuknya kondisi individu tersebut. Kondisi yang dimaksud  misalnya tidak bisa bangun atau keluar dari tempat tidur.

Sebelumnya juga sudah ada penelitian yang menunjukkan bahwa aktivitas yang terbatas pada kelompok rentan berhubungan dengan tingginya kebutuhan perawatan di rumah sakit, kematian, serta penurunan kognitif atau daya pikir. Kelompok rentan ini salah satunya adalah lansia.

 

Baca Juga Berbagai Aktivitas untuk Lansia Sehat dan Ceria

 

Dukungan dari lingkungan untuk membantu anggota keluarga yang sakit (bed rest) untuk bisa keluar tempat tidur bisa mempengaruhi perkembangan kondisi kesehatan orang terkasih. Misalnya, melakukan aktivitas sederhana seperti berjalan ke toilet, ke ruang keluarga, atau duduk di teras rumah.

Sebaliknya, menurunnya aktivitas dan mobilitas dari anggota keluarga secara tiba-tiba atau bertahap, menunjukkan adanya risiko penurunan kondisi, hospitalisasi, mortalitas, dan kognisi. Oleh karena itu, penting melakukan latihan atau fisioterapi di rumah yang disesuaikan dengan perkembangan mereka.

Bagi anggota keluarga yang kesulitan mendampingi aktivitas harian, perlu dipertimbangkan untuk menggunakan perawat profesional sebagai caregiver formal, misalnya perawat lansia, untuk terus menerus menstimulasi aktivitas dan melakukan evaluasi kondisi dari mereka yang rentan.

 

Dapatkan Layanan Perawatan Pribadi di Rumah

 

Penelitian ini mengumpulkan data dari lima database penelitian: MEDLINE (via Ovid), Embase (via Ovid), Web of Science, CINAHL, dan ASSIA. Para peneliti melakukan analisa dari populasi 65 tahun ke atas dengan aktivitas dibandingkan yang aktivitasnya rendah atau tidak ada aktivitas sama sekali.

Dari analisis ini mereka melihat keluaran jumlah yang dirawat di rumah sakit, kematian, dan penurunan daya pikir. Total, terdapat 8434 subyek penelitian dalam kisaran usia +/- 70-92 tahun, yang dirangkum dari 15 publikasi penelitian.

Walaupun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, hasil dari meta-analisis ini memberikan dasar yang kuat untuk menggunakan derajat aktivitas sebagai prediksi kondisi kesehatan seseorang.

Untuk artikel lengkapnya bisa dilihat di Henderson et al, The association between restricted activity and patient outcomes in older adults: systematic literature review and meta-analysis. BMC Geriatrics 2024; 24:316. 

Artikel lain yang menarik untuk dibaca:

  1. 1. Gill TM, et al. Taking to Bed at the End of Life. J Am Geriatr Soc. 2019;67(6):1248–52.
  2. Gill TM, et al. Restricted activ ity among community-living older persons: incidence, precipitants, and health care utilization. Ann Intern Med. 2001;135(5):313–21.
  3. Carles S, et al. Dynamic reciprocal relationships between cognitive and functional declines along the Alzheimer’s disease continuum in the prospective COGICARE study. Alzheimer’s Research & Therapy. 2021;13(1):148.
  4. Peel C, et al. Assessing Mobility in Older Adults: The UAB Study of Aging Life-Space Assessment. Phys Ther. 2005;85(10):1008–19.
Avatar
Reviewed by:
Ditinjau oleh:

Dr. Eddy Wiria, PhD

Co-Founder & CEO Kavacare