Luka Diabetes (Ulkus Diabetikum): Jenis, Penyebab, dan Penanganan

Luka Diabetes (Ulkus Diabetikum): Jenis, Penyebab, dan Penanganan

Share

Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang yang disebabkan oleh kurangnya kontrol tubuh terhadap kadar glukosa darah.  Salah satu komplikasi berbahaya yang dapat timbul dari penyakit ini yaitu luka diabetes. 

Luka diabetes dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian pada pasien. Komplikasi ini nyatanya bisa dicegah, karena seringkali penyebab luka diabetes adalah cidera minor.

Menyadari adanya luka kecil sedini mungkin pada pasien diabetes melitus bisa mengurangi risiko terjadi perburukan. Berikut informasi yang telah dirangkum Kavacare mengenai luka diabetes.

Apa Itu Luka Diabetes?

Luka diabetes adalah luka terbuka yang tidak kunjung sembuh yang dialami oleh pasien diabetes mellitus. Pada pasien diabetes, kelainan endokrin yang menyebabkan terjadinya kekurangan kadar insulin (diabetes tipe 1) maupun insulin yang tidak berfungsi dengan baik (diabetes tipe 2) bisa memicu hiperglikemia, atau kadar gula darah terlalu tinggi.

Ketika tubuh mengalami hiperglikemia terus menerus, pasien bisa mengalami komplikasi yang menyerang pembuluh darah besar maupun kecil. Jika komplikasi terjadi pada pembuluh darah besar, maka yang terdampak adalah fungsi sistem peredaran darah di jantung dan otak.

Sementara komplikasi pada pembuluh darah kecil akan memicu terjadinya gagal ginjal, kerusakan mata, dan gangguan saraf (neuropati).Berbagai komplikasi tersebut kemudian bisa menjadi faktor perlambatan penyembuhan pada luka.

Luka diabetes yang tidak mendapat perawatan tepat bisa menyebabkan kematian jaringan, bahkan semakin memburuk hingga bagian yang terdampak mungkin perlu diamputasi. Luka diabetes juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko kematian pada pasien diabetes.

Diperkirakan semua pasien diabetes memiliki risiko mencapai 25% untuk mengalami luka diabetes sepanjang hidup mereka. Luka diabetes paling sering terjadi pada area kaki, tetapi juga bisa muncul di bagian-bagian tubuh lainnya. Bagian paling rentan mengalami luka diabetes adalah bagian tubuh tempat menumpu berat badan, seperti tumit dan ujung-ujung jari kaki.

Klasifikasi Kaki Diabetes

Dari kondisinya, kaki diabetes dibagi menjadi dua yaitu kaki diabetes tanpa ulkus dan dengan ulkus. Berikut penjelasan lengkapnya.

1. Kaki Diabetes Tanpa Ulkus

Pasien diabetes yang tidak memiliki ulkus harus mendapat edukasi tentang pencegahannya. Edukasi tersebut meliputi:

  • Selalu gunakan alas kaki ketika berjalan di dalam atau luar ruangan
  • Kenakan kaus kaki setiap akan menggunakan sepatu
  • Hindari kaus kaki yang terlalu ketat, tinggi, atau berbahan kasar
  • Jika ada kalus (kapalan) atau kulit yang menonjol di kaki, segera ke layanan kesehatan untuk dipotong dan dibuang
  • Hindari penggunaan zat kimia atau plester khusus saat membuang kalus
  • Selalu mengecek bagian dalam sepatu sebelum digunakan
  • Hindari menggunakan sepatu yang terlalu sempit
  • Hindari menggunakan pelembab kaki pada sela-sela jari kaki
  • Mengganti kaus kaki setiap haris
  • Memotong kuku kaki secara lurus
  • Menginfokan pada layanan kesehatan jika terdapat luka di kaki

2. Kaki Diabetes dengan Ulkus

Terdapat klasifikasi khusus menurut kriteria Wagner pada kaki pasien diabetes dengan ulkus, yaitu:

  • Derajat 0: Kulit kaki intak yang bisa disertai perubahan struktur (deformitas) atau infeksi bakteri (selulitas)
  • Derajat 1: Luka pada kulit dan jaringan lemak
  • Derajat 2: Luka meluas ke otot atau sendi tanpa ada penumpukan nanah (abses) atau peradangan tulang (osteomielitis)
  • Derajat 3: Luka cukup dalam dengan disertai abses atau osteomielitis
  • Derajat 4: Luka gangrene pada kaki bagian depan atau tumit
  • Derajat 5: Luka gangrene di seluruh bagian kaki

 

Baca Juga Apa Itu Luka Gangrene? Jenis, Penyebab, dan Penanganan

 

Penyebab Luka Diabetes

Berdasarkan penyebabnya, terdapat 3 jenis umum luka diabetes, yaitu:

1. Neuropatik

Neuropatik adalah luka yang terjadi karena pasien mengalami neuropati perifer, yaitu kehilangan sensasi pada bagian tubuh dan tidak bisa merasakan sakit.

Kondisi ini paling banyak menjadi penyebab munculnya luka diabetes karena pasien tidak bisa merasakan sakit, sehingga luka cukup lama tidak tertangani dan semakin parah.

2. Iskemik

Iskemik adalah luka yang terjadi karena iskemia, yaitu bagian tubuh tertentu tidak mendapatkan aliran darah yang mencukupi.

Biasanya yang memicu kondisi iskemia adalah infark miokard atau serangan jantung. Luka diabetes yang terkait dengan kondisi iskemia meningkatkan risiko keparahan, bahkan memicu komplikasi kronis yang membahayakan pasien.

3. Neuroiskemik

Neuroiskemik adalah luka diabetes yang timbul karena faktor neuropatik dan iskemik.

Sementara faktor risiko umum timbulnya luka diabetes adalah:

  • Neuropati perifer pada saraf motor (peripheral motor neurophaty), kerusakan pada saraf yang mengatur otot-otot untuk bergerak bisa menyebabkan pergerakan abnormal pada kaki. Contohnya jari-jari kaki menjadi menekuk atau dislokasi pada sendi. Hal ini bisa menyebabkan tekanan tambahan pada permukaan kulit, kapalan, hingga luka.
  • Neuropati perifer pada saraf sensorik (peripheral sensory neuropathy), kerusakan pada saraf sensorik menyebabkan pasien tidak merasakan sakit. Dampaknya saat terdapat luka kecil, pasien tidak sadar hingga luka tersebut tidak segera dirawat.
  • Neuropati perifer pada saraf otonom (peripheral autonomic neuropathy), kerusakan pada saraf yang mengatur fungsi tubuh secara tidak sadar seperti gangguan pada fungsi untuk berkeringat bisa menyebabkan kulit menjadi kering dan lebih mudah luka.
  • Kelainan pada saraf dan tulang seperti penyakit Charcot, atau pergerakan sendi yang terbatas
  • Gangguan fungsi pembuluh darah, seperti gangguan fungsi jaringan dalam penyembuhan luka
  • Hiperglikemia dan berbagai masalah metabolik, kondisi diabetes melitus yang tidak terkontrol menyebabkan kondisi hiperglikemia, sehingga saat terjadi luka, risiko infeksi lebih tinggi.

Ciri-ciri Luka Diabetes

Luka diabetes umumnya tampak seperti luka terbuka, biasanya cukup dalam hingga terlihat jaringan di bawah kulit. Bahkan tulang bisa terlihat. Evaluasi pada pasien dengan indikasi luka diabetes umumnya dilakukan dengan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan radiologi.

Riwayat medis akan dilihat, seperti jenis diabetes yang diidap pasien serta riwayat pengobatan, penyakit penyerta. Akan dilihat pula gejala-gejala neuropati perifer serta gangguan pada aliran darah, sebab kedua kondisi ini yang umumnya menjadi pemicu luka diabetes.

Gejala neuropati perifer bisa terdeteksi, contohnya seperti area kulit yang menggelap, berkurangnya kemampuan merasakan panas atau dingin, rambut rontok di area terdampak, mati rasa, nyeri, dan kesemutan. Sementara gangguan fungsi vaskuler lebih beragam gejalanya, tetapi kebanyakan pasien tidak mengalami gejala khusus.

Pada pemeriksaan klinis, dokter juga akan melihat lokasi, ukuran, kedalaman luka, dan apakah ada cairan yang keluar dari luka. Dokter juga akan memeriksa apakah ada gejala infeksi seperti:

  • Pembengkakan
  • Kulit yang mengeras seperti kapalan
  • Kemerahan di sekitar lesi
  • Nyeri di sekitar luka
  • Adanya nanah atau cairan di luka.

Penanganan Luka Diabetes

Penanganan luka diabetes dilakukan sesuai dengan kondisi pasien. Langkah-langkah perawatannya tidak hanya dengan menangani luka, tapi dilakukan dengan pendekatan dari berbagai aspek seperti:

  • Perawatan luka, seperti memberikan obat topikal di area terdampak, membalut luka, dan pengangkatan jaringan mati. Luka yang dangkal bisa dibalut dengan perban anti air maupun perban yang lebih tipis. Sementara jika luka diabetes lebih parah, akan dibalut dengan perban khusus yang mengandung hyaluronic acid dan kolagen
  • Meningkatkan sirkulasi pada pembuluh darah, pasien akan diberikan obat-obatan antipembekuan darah. Jika dibutuhkan, pasien mungkin juga harus menjalani operasi
  • Mengatasi infeksi, penggunaan antibiotik hingga pengangkatan jaringan mungkin perlu dilakukan agar infeksi pada luka dapat terkontrol
  • Mengurangi tekanan pada area terdampak dilakukan untuk mencegah perburukan atau munculnya luka baru. Pasien mungkin perlu menggunakan alat bantu gerak seperti kruk dan kursi roda. Selain itu area dengan luka diabetes mungkin akan dipasang gips untuk mempercepat penyembuhan
  • Mengontrol gula darah sesuai dengan anjuran dokter. Kontrol gula darah disesuaikan dengan keparahan kondisi pasien, reaksi obat-obatan, termasuk respons tubuh pasien terhadap insulin
  • Edukasi pasien dan keluarga terutama tentang cara merawat luka dan mengontrol kadar gula darah dengan baik.

Penanganan luka diabetes yang tepat membutuhkan kerja sama tidak hanya pasien, tetapi juga keluarga. Penanganan pun mungkin perlu dilakukan secara berkelanjutan. Misalnya pada pasien yang harus rawat jalan.

Supaya luka diabetes tertangani dengan optimal, Anda bisa mempercayakan perawatan pada layanan homecare Kavacare. Hubungi kami di nomor Whatsapp  0811-1446-777.

SUMBER:

  1. Diabetic Ulcer https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499887/ diakses 23 Desember 2023
  2. Update on management of diabetic foot ulcers https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5793889/ diakses 23 Desember 2023
  3. Diabetic ulcers: Causes, symptoms, and treatments. https://www.medicalnewstoday.com/articles/diabetic-ulcers diakses 23 Desember 2023
  4. Diabetes-Related Foot Conditions: Symptoms, Causes, Treatment & Prevention. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21510-diabetic-feet diakses 23 Desember 2023
dr. Keyvan Fermitaliansyah
Reviewed by:
Ditinjau oleh:

dr. Keyvan Fermitaliansyah

Care Pro, Dokter Umum Kavacare