Apa Penyebab Alergi? 6 Jenis Alergi dan Penanganannya

Apa Penyebab Alergi? 6 Jenis Alergi dan Penanganannya

Share

Penyebab Alergi yang Umum

Alergi adalah respons parah atau berlebihan dari sistem kekebalan tubuh terhadap benda atau zat asing yang sebenarnya mudah ditemui di lingkungan sehari-hari, contohnya serbuk sari tumbuhan atau makanan tertentu. Zat asing yang memicu reaksi alergi ini disebut juga sebagai alergen.

Penyebab alergi yang paling umum antara lain:

  • Serbuk sari dari bunga
  • Kotoran kutu
  • Debu
  • Hewan peliharaan maupun hewan ternak
  • Racun dari gigitan atau sengatan serangga
  • Makanan
  • Obat-obatan
  • Logam
  • Bahan wewangian
  • Kapang/spora jamur (mold).

Reaksi yang ditimbulkan sistem kekebalan tubuh pada kondisi ini kerap dideskripsikan sebagai hipersensitivitas. Hipersensitivitas merupakan respons sistem kekebalan tubuh terhadap zat-zat yang tidak berbahaya, di mana normalnya tidak muncul reaksi tersebut. Hipersensitivitas ini bisa bermanifestasi dalam gejala ringan hingga berat.

Namun perlu diperhatikan jika hipersensitivitas tidak selalu terkait alergi. Walau gejala hipersensitivitas dan alergi seringkali mirip, kedua hal ini dapat dibedakan dengan pemeriksaan medis lebih lanjut.

Secara global, Organisasi Alergi Dunia (WAO) memperkirakan jika prevalensi alergi pada setiap negara berada di angka 10% – 40% dari keseluruhan penduduk. Alergi adalah kondisi yang sangat umum terutama di negara berkembang. Diperkirakan 20% populasi negara berkembang terdampak alergi.

 

Baca Juga: Cara Tepat Mengatasi Tenggorokan Gatal

 

Jenis-jenis Alergi

penyebab alergi
Infografis Penyebab Alergi – Kavacare

Setiap pengidap alergi tidak bereaksi sama pada alergen. Respons tubuh pun berbeda-beda tingkat keparahannya.

Berikut beberapa jenis alergi tergantung penyebabnya:

1. Alergi Musiman

Jika Anda merasakan reaksi alergi pada waktu-waktu tertentu, kemungkinan Anda memiliki alergi musiman. Contoh alergi musiman adalah reaksi yang timbul akibat serbuk sari pada musim bunga bermekaran.

2. Alergi Obat

Kandungan tertentu pada obat bisa menimbulkan reaksi alergi pada beberapa orang. Jenis obat yang paling umum menimbulkan reaksi alergi adalah antibiotik jenis penicillin, aspirin, obat untuk kemoterapi, obat terapi kekebalan monoklon, dan obat antikejang.

Reaksi alergi obat tergolong umum, tapi tingkat keparahannya akan berbeda pada setiap orang.

3. Alergi Makanan

Alergi makanan paling sering mulai terlihat saat pasien masih anak-anak, tetapi ada pula kasus gejala alergi makanan yang baru tampak pada pasien dewasa. Beberapa jenis makanan yang bisa memicu alergi adalah ikan, kacang-kacangan, dan kerang.

Alergi makanan berbeda dengan intoleransi. Reaksi alergi makanan terjadi karena sistem kekebalan tubuh merespons protein dari makanan yang dicerna. Gejala alergi bisa muncul segera setelah Anda mengonsumsi makanan alergen. Reaksi alergi makanan bisa cukup parah hingga mengancam nyawa.

4. Alergi Kapang

Kapang (mold) adalah spora jamur kecil yang bisa ditemukan di udara. Kapang berkembang cepat di lingkungan lembap, bisa tumbuh di rumah, gedung, maupun di luar ruangan. Tanpa disadari, semua orang pernah terpapar spora kapang. Namun hanya beberapa yang mengalami reaksi alergi

5. Alergi Hewan

Pemicu alergi yang berasal dari hewan adalah air liur, urine, dan sel kulit mati yang secara alami mengelupas dari tubuh hewan. Semua hewan berbulu bisa mengalami pengelupasan sel kulit mati, seperti kucing dan anjing.

6. Alergi Sengatan atau Gigitan Serangga

Tubuh dapat bereaksi setelah disengat atau digigit serangga. Adanya racun yang masuk direspons oleh sistem kekebalan tubuh. Namun jika Anda memiliki alergi, sistem kekebalan tubuh memberi reaksi berlebih. Sengatan atau gigitan serangga bisa menyebabkan reaksi alergi parah yang berbahaya.

Gejala dan Faktor Risiko Alergi

Faktor risiko alergi pada pasien seringkali terkait dengan genetik atau hubungan keluarga. Secara medis, hal ini disebut atopi (atopy). Seseorang akan memiliki alergi atau tidak tergantung pada berbagai hal, termasuk faktor-faktor lingkungan. Contohnya, alergi dan kondisi-kondisi yang terkait seperti asma berisiko lebih besar terjadi pada orang-orang yang terpapar polusi udara dan asap rokok.

Reaksi alergi umumnya terjadi pada bagian tubuh yang berkontak langsung dengan alergen. Namun, gejala ini mungkin tidak segera disadari sebagai reaksi alergi. Contoh gejala alergi yang umum adalah:

  • Hidung berair, batuk, dan bersin-bersin
  • Gangguan pernapasan
  • Mata berair
  • Gatal
  • Muncul ruam kemerahan
  • Membengkaknya membran mukosa
  • Gangguan pencernaan.

Maka untuk mengetahui secara pasti apakah gejala yang Anda alami merupakan reaksi alergi atau bukan, dibutuhkan tes alergi.

 

Baca Juga: Asma: Gejala dan Penanganan

 

Saat muncul pertama kali, gejala alergi umumnya ringan dan semakin parah seiring waktu. Kadang bisa menimbulkan gangguan kesehatan lainnya. 

Setelah bertahun-tahun, gejala yang dialami bisa jadi bertambah tidak hanya pada saluran pernapasan atas. Gejala ini bisa berisiko mempengaruhi paru-paru hingga menyebabkan asma. Alergi juga bisa meningkatkan risiko terjadinya eksim.

Komplikasi alergi yang lebih parah adalah reaksi anafilaksis. Anafilaksis alergi termasuk kegawatan medis, di mana muncul reaksi parah pada sistem pencernaan, saluran pernapasan, atau sistem kardiovaskular. Reaksi anafilaksis bisa menyebabkan gatal, bengkak, sakit perut, mual, muntah, linglung, kepala berputar, gangguan pernapasan, dan tekanan darah yang turun mendadak.

Bagaimana Cara Mengecek Alergi?

Cara mengecek alergi untuk mendapatkan diagnosis dilakukan oleh dokter. Tes alergi bisa dilakukan oleh dokter spesialis di bidang alergi, seperti spesialis kulit, THT, spesialis paru, dan dokter anak.

Mulanya dokter akan menanyakan gejala alergi yang Anda alami, gaya hidup secara umum, dan riwayat kesehatan. Setelahnya, Anda akan menjalani tes alergi. Beberapa tes yang bisa dilakukan untuk mengecek alergi adalah:

  • Tes Uji Tusuk Alergi: Tes ini dilakukan dengan meneteskan beberapa jenis alergen pada kulit lengan, kemudian permukaan kulit ditusuk agar alergen masuk ke dalam kulit. Jika kulit Anda kemerahan dan tampak bengkak seperti gigitan nyamuk, maka dipastikan Anda mengalami reaksi alergi
  • Tes Tempel: Dilakukan jika pasien diduga mengalami gejala alergi dalam kurun waktu 1-3 hari setelah kontak dengan alergen. Tes dilakukan dengan menempelkan semacam koyo dengan kandungan alergen tertentu. Koyo tersebut ditempelkan di punggung, kemudian dibiarkan selama 1-2 hari. Setelahnya akan dilihat apakah muncul reaksi alergi pada kulit, seperti kemerahan, bengkak, dan gatal
  • Tes Provokasi: Tes ini dilakukan dengan meletakkan alergen pada bagian tubuh untuk melihat apakah ada gejala alergi yang muncul. Contohnya jika pasien diduga mengidap rhinitis alergi, maka ekstrak dari alergen diletakkan pada dinding hidung menggunakan nasal spray. Jika terjadi pembengkakan, maka alergi dapat didiagnosis. Jenis tes ini dilakukan jika tes-tes sebelumnya tidak memberikan hasil yang jelas.

Selain tes di atas, diagnosis alergi mungkin membutuhkan pemeriksaan lain dengan uji laboratorium sampel darah untuk menemukan antibodi pada alergen tertentu. Hal ini mungkin diperlukan jika tes pada kulit terlalu berisiko atau hasil tes sebelumnya tidak jelas. Selain itu, semua alergen bisa diobservasi reaksinya melalui tes pada kulit.

Bagaimana Menangani Alergi dengan Benar?

Selain menghindari alergen, terapi untuk mengatasi gejala alergi yaitu:

  • Pemberian Obat-obatan: Misalnya antihistamin atau obat-obatan steroid. Terapi obat biasanya diberikan pada pasien rhinitis alergi dan pasien yang mengalami reaksi alergi pada mata. Obat-obatan alergi tersedia dalam bentuk tablet, semprotan hidung, suntikan, serta krim.
  • Imunoterapi Alergi: Cara ini merupakan pendekatan terapi yang melibatkan pasien berinteraksi dengan sejumlah kecil alergen. Prosesnya mirip vaksin, dengan menyuntikkan alergen di bawah kulit atau meletakkannya di bawah lidah dalam bentuk tablet dan tetes. Terapi ini dilakukan teratur. Hasil yang diharapkan adalah reaksi alergi pasien bisa dicegah. Imunoterapi paling sering dilakukan untuk mengatasi gejala alergi serbuk sari, debu, dan racun serangga.

 

Baca Juga: Penyebab Sakit Kepala Terus-Menerus dan Cara Mengobatinya

 

Pertanyaan Umum Seputar Alergi

Apakah Alergi Bisa Sembuh dengan Sendirinya?

Hingga saat ini belum ditemukan terapi untuk menyembuhkan alergi sepenuhnya. Namun gejala alergi bisa ditangani dengan obat-obatan dan perawatan yang dianjurkan oleh dokter. Namun seiring bertambahnya usia, ada kemungkinan gejala alergi akan semakin berkurang.

Adakah Obat Alami untuk Alergi?

Walau belum ditemukan obat untuk menyembuhkan alergi, ada beberapa obat alami yang bisa dicoba untuk meringankan gejala alergi, antara lain:

  • Cuci hidung dengan air saline untuk meredakan gejala alergi pada saluran pernapasan
  • Vitamin D, riset menujukkan jika suplemen vitamin D bisa mengurangi peradangan dan reaksi alergi
  • Jintan, satu riset menunjukkan pasien dengan rhinitis alergi melaporkan gejala alergi yang dialami seperti hidung tersumbat, gatal, berair, dan bersin-bersin berkurang setelah mengoleskan atau menghirup minyak jintan hitam. Riset lainnya menunjukkan meneteskan minyak jintan ke hidung dapat mengurangi gejala rhinitis alergi.

Apa Penyebab Alergi Tidak Sembuh-sembuh?

Normalnya alergi akan reda setelah mengonsumsi obat dan menjauhi alergen. Jika alergi Anda tidak kunjung sembuh, bisa jadi karena Anda masih berkontak dengan pemicu alergi, misalnya pada alergi debu atau serbuk sari. Selain itu, jika anda mengonsumsi obat yang salah, reaksi alergi juga tidak bisa reda.

Terkait gejala alergi yang tidak kunjung reda maupun penanganannya, Anda bisa berkonsultasi dengan menghubungi Kavacare support di nomor 0811 1446 777.

SUMBER:

  1. Alergi. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1737/alergi diakses 15 Juli 2023
  2. Allergies: Overview. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK447112/ diakses 15 Juli 2023
  3. Statistics and Figures. https://www.allergyuk.org/about-allergy/statistics-and-figures/ diakses 15 Juli 2023
  4. Allergy. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545237/ diakses 15 Juli 2023
  5. Types of Allergies. https://www.mountsinai.org/care/allergy-immunology/allergy-types diakses 15 Juli 2023
  6. 10 Natural Remedies for Allergies. https://www.verywellhealth.com/natural-allergy-remedies-89245 diakses 15 Juli 2023
  7. Why Aren’t My Allergies Improving? https://www.webmd.com/allergies/allergies-not-improving diakses 15 Juli 2023

 

dr. Keyvan Fermitaliansyah
Reviewed by:
Ditinjau oleh:

dr. Keyvan Fermitaliansyah

Care Pro, Dokter Umum Kavacare