Epilepsi: Gejala dan Faktor Risiko

Epilepsi: Gejala dan Faktor Risiko

Share

Epilepsi merupakan salah satu penyakit yang terjadi di otak ketika aktivitas otak menjadi abnormal, yang dapat menyebabkan kejangSiapapun dapat mengidap penyakit ini dan sejauh ini tidak dapat disembuhkan. Namun bukan berarti penyakit ini tidak dapat dicegah.

Dengan mengetahui penyebab, gejala dan faktor risikonya, penyakit ini dapat ditangani dengan baik. Di artikel ini, Kavacare menghimpun berbagai gejala, penyebab, faktor risiko hingga komplikasi epilepsi.

Apa Itu Epilepsi?

Epilepsi merupakan penyakit otak ketika sel saraf tidak memberikan sinyal seperti biasanya. Penyakit ini menyebabkan kejang berulang kali karena sinyal listrik abnormal diproduksi oleh sel saraf yang rusak tersebut. Meski begitu, tidak semua kejang berarti mengidap penyakit ini

Tipe-Tipe Epilepsi

Umumnya, epilepsi diklasifikasikan berdasarkan tipe kejang mereka yang berdasarkan pada tempat terjadinya keabnormalan saraf di otak yang menyebabkan kejang, tingkat kesadaran selama kejang, hingga kehadiran pergerakan otot selama kejang berlangsung. Maka dari itu, terdapat dua tipe kejang yang diketahui, yaitu:

Kejang Fokal

Kejang fokal atau focal onset seizures umumnya dimulai dari satu area, satu jaringan sel, atau satu sisi otak. Terdapat dua tipe kejang fokal, yaitu:

  1. Kejang fokal sadar: Kondisi di mana seseorang sadar dan terbangun ketika mengalami kejang. Kejang ini dapat mengubah emosi atau mengubah visual, bau, rasa, atau suara dari sesuatu hal. Selain itu, kejang ini juga dapat menyebabkan salah satu bagian tubuh tersentak tanpa disengaja, seperti tangan atau kaki. 
  • Kejang fokal dengan gangguan kesadaran: Kondisi di mana seseorang kebingungan atau kehilangan kesadaran selama kejang berlangsung. Kejang ini seperti mengalami mimpi, Anda mungkin termenung kosong dan tidak merespon dengan normal, atau melakukan gerakan repetitif, seperti menggosok tangan, mengunyah, menelan atau berjalan berputar-putar.

Kejang Umum

Kejang umum atau generalized seizures melibatkan seluruh bagian di otak. Terdapat enam tipe kejang umum, yaitu:

  • Kejang absans (absence seizures): Kejang ini membuat seseorang mengalami “tatapan kosong” (kehilangan kesadaran sebentar);
  • Kejang atonik (atonic seizures): Kejang ini berarti seseorang kehilangan kendali terhadap otot atau otot menjadi lemas selama kejang;
  • Kejang tonik (tonic seizures): Kejang ini menyebabkan otot tegang atau kaku;
  • Kejang klonik (clonic seizures): Kejang ini umumnya ditandai dengan gerakan menyentak yang berulang kali terjadi;
  • Kejang tonik-klonik (tonic-clonic seizures): Kejang ini merupakan kombinasi dari ketegangan otot (tonik) dengan gerakan menyentak yang berulang kali terjadi (klonik);
  • Kejang mioklonik (myoclonic seizures): Umumnya ditandai dengan sentakan atau kedutan singkat yang tiba-tiba dan biasanya memengaruhi tubuh bagian atas, lengan dan kaki.

 

Baca Juga: Pertolongan Pertama saat Kejang: Penyebab dan Langkah

 

Penyebab Epilepsi

Umumnya (hingga lebih dari 50% kasus), penyebab penyakit ini tidak dapat diketahui. Akan tetapi, ada beberapa kasus yang dapat diketahui penyebabnya, yaitu sebagai berikut:

  • Genetik: Beberapa tipe epilepsi dapat diwariskan secara genetik di dalam keluarga;
  • Trauma kepala: Umumnya trauma kepala karena kecelakaan atau cedera serius;
  • Abnormalitas otak: Abnormalitas di otak, termasuk di antaranya adalah tumor otak atau malformasi vaskular. Stroke juga menjadi salah satu penyebab utama penyakit ini pada kalangan usia di atas 35 tahun;
  • Infeksi otak: Infeksi ini termasuk abses otak (brain abscess), meningitis, encephalitis dan neurocysticercosis;
  • Cedera sebelum kelahiran: Sebelum lahir, bayi umumnya lebih sensitif terhadap cedera otak yang dapat dipicu beberapa faktor seperti infeksi pada ibu, nutrisi yang buruk, atau kekurangan oksigen;
  • Kelainan pada perkembangan: Kelainan pada perkembangan seperti autisme dapat diasosiasikan dengan epilepsi.

Komplikasi Epilepsi

Mengalami kejang berulang kali dapat membawa Anda ataupun orang lain ke dalam kondisi yang membahayakan. Beberapa hal yang menjadi komplikasi penyakit ini adalah sebagai berikut:

  • Jatuh: Jika jatuh selama kejang, kepala dan badan dapat mengalami cedera;
  • Tenggelam: Jika memiliki epilepsi, seseorang lebih mungkin tenggelam karena terdapat kemungkinan terjadi kejang ketika berenang;
  • Kecelakaan: Kejang dapat menyebabkan kehilangan kesadaran atau kendali yang dapat membahayakan ketika sedang dalam kondisi mengendarai kendaraan atau mengoperasikan alat-alat;
  • Komplikasi kehamilan: Kejang ketika kehamilan memicu bahaya bagi ibu dan anak, dan pengobatan anti-epilepsi dapat meningkatkan risiko cacat kelahiran. Maka dari itu jika mengidap penyakit ini, konsultasikan dengan dokter untuk merencanakan kehamilan;
  • Masalah kesehatan mental: Pengidap penyakit ini cenderung memiliki masalah psikis seperti depresi, kecemasan dan kecenderungan bunuh diri. Hal ini umumnya terjadi karena kesulitan berdamai dengan kondisi mereka, juga karena efek samping obat;
  • Status epilepticus: Kondisi ini terjadi ketika seseorang mengalami kejang hingga lebih dari lima menit atau kejang terus menerus tanpa pernah sadar. Status ini dapat meningkatkan risiko kerusakan otak permanen bahkan kematian;
  • Kematian mendadak tak terduga dalam epilepsi (SUDEP): Pengidap epilepsi juga memiliki risiko kecil terhadap kematian mendadak. Sebabnya tidak diketahui tapi riset membuktikan bahwa kemungkinan disebabkan oleh kondisi jantung atau pernapasan.

 

Baca Juga: 9 Rekomendasi Rumah Sakit Saraf di Luar Negeri

 

Pertanyaan Umum Seputar Epilepsi

Apa Faktor Risiko Epilepsi?

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengidap penyakit ini, yaitu:

  • Riwayat keluarga: Jika Anda memiliki riwayat keluarga pengidap epilepsi, Anda memiliki risiko yang lebih tinggi dalam perkembangan epilepsi;
  • Usia: Serangan epilepsi umumnya terjadi pada anak-anak dan orang tua;
  • Cedera kepala: Cedera kepala dapat menyebabkan epilepsi;
  • Stroke atau penyakit vaskular lainnya: Stroke dan penyakit pembuluh darah (vaskular) lainnya dapat memicu kerusakan otak yang berujung pada epilepsi;
  • Demensia: Dapat meningkatkan risiko epilepsi pada kalangan usia tua;
  • Infeksi otak: Seperti meningitis yang menyebabkan peradangan di otak Anda dapat meningkatkan risiko epilepsi;
  • Kejang di masa kecil:  Demam tinggi semasa kecil umumnya diasosiasikan dengan kejang.

Apa Pantangan Makanan Pasien Epilepsi?

Untuk mengurangi risiko kejang bagi pengidap penyakit ini, terdapat diet seimbang yang dapat dilakukan. Meski tidak banyak bukti diet ini memberikan efek langsung kepada kejang, yang terpenting adalah memberikan nutrisi penting dan mempertahankan level energi tetap stabil. Dietnya terdiri dari:

  • Karbohidrat;
  • Lemak;
  • Protein;
  • Sayur dan buah-buahan.

Sementara itu, terdapat juga diet yang dapat membuat kejang menjadi lebih dapat dikendalikan, yaitu dengan tidak memakan makanan yang memiliki gula dengan konsentrasi tinggi dan mulai memakan makanan yang alami, atau mengalami proses yang sedikit atau tidak melalui proses sama sekali. Disarankan pasien berkomunikasi dengan dokter spesialis gizi untuk menerapkan kebutuhan diet.

Apakah Penderita Epilepsi Boleh Berenang?

Boleh, dengan tindakan pengamanan yang benar. Ketika berenang, pastikan untuk berenang bersama seseorang yang mengerti cara untuk menolong Anda ketika mengalami kejang di dalam air. Berenang di kolam renang dengan penjaga keselamatannya juga lebih aman dibandingkan berenang di laut. 

Mengapa Epilepsi Bisa Kambuh Saat Tidur?

Kejang ketika tidur terjadi karena siklus bangun menjadi tidur. Selama tidur, banyak perubahan status yang terjadi, atau sering disebut tahapan tidur (sleep stages). Perubahan status inilah yang seringkali memiliki efek terhadap otak utamanya otak para pengidap penyakit ini.

Dipercaya bahwa kejang saat tidur dipicu oleh perubahan aktivitas listrik dalam otak ketika bergerak di antara tahapan-tahapan tidur, dan antara tahapan tidur menjadi bangun

 

Baca Juga: 6 Rekomendasi Rumah Sakit Berobat Saraf di Thailand

 

Bisakah Penderita Epilepsi Hidup Normal?

Meski tidak dapat disembuhkan, penyakit ini dapat dikendalikan dan sebagian kecil dapat dicegah. Untuk pengendalian kejang di dalam epilepsi, dapat menggunakan pengobatan anti-kejang. Selain itu, dapat juga melakukan beberapa hal seperti di bawah ini:

  • Tidur dengan waktu cukup;
  • Kelola stress;
  • Olahraga secara teratur;
  • Beritahu dokter bahwa Anda mengalami epilepsi agar dapat ditangani secara langsung;
  • Ketahui dan hindari pemicu kejang;
  • Makan makanan sehat
  • Kontrol rutin.

Pengidap epilepsi dapat hidup normal dengan berbagai syarat, bukan berarti tidak mungkin. Penyakit ini tidak bisa disembuhkan, namun bisa terkontrol dengan baik dan menjalani kehidupan seperti biasanya. Dengan target bebas kejang selama 2 tahun, maka pasien bisa lepas dari obat. 

Untuk mengetahui pengobatan dan cara yang diperlukan untuk menghadapi epilepsi, Anda dapat melakukan telekonsultasi dengan Kavacare di nomor WhatsApp  0811-1446-777.

Sumber:

  1. Epilepsy. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17636-epilepsy. Diakses pada 3 Februari 2023.
  2. Epilepsy. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/epilepsy. Diakses pada 3 Februari 2023.
  3. Epilepsy. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/epilepsy/symptoms-causes/syc-20350093. Diakses pada 3 Februari 2023.
  4. Nocturnal Seizures – Seizures during sleep. https://www.epilepsy.org.au/about-epilepsy/understanding-epilepsy/nocturnal-seizures-seizures-during-sleep/. Diakses pada 3 Februari 2023.
  5. Swimming and water sports. https://epilepsysociety.org.uk/living-epilepsy/sports-and-leisure/water-sports-and-epilepsy. Diakses pada 3 Februari 2023.
  6. Diet and nutrition. https://epilepsysociety.org.uk/living-epilepsy/wellbeing-and-epilepsy/diet-and-nutrition. Diakses pada 3 Februari 2023. 
  7. Nutrition and Seizure Control. https://www.epilepsy.com/lifestyle/diet-exercise/healthy-eating/nutrition-seizure-control. Diakses pada 3 Februari 2023.
dr. Keyvan Fermitaliansyah
Reviewed by:
Ditinjau oleh:

dr. Keyvan Fermitaliansyah

Care Pro, Dokter Umum Kavacare