Langkah Penanganan dan Perawatan Difteri

Langkah Penanganan dan Perawatan Difteri

Share

Difteri merupakan infeksi serius yang disebabkan bakteri, kemudian dapat memicu masalah pernapasan, gangguan ritme jantung, bahkan kematian. Penyakit ini sangat menular. Di Indonesia, kasus difteri masih ditemui di berbagai daerah, bahkan menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).

Jika ditangani dengan tepat, difteri bisa diatasi. Berikut informasi yang telah dirangkum Kavacare seputar perawatan difteri.

Fenomena Difteri

Di Indonesia, tepatnya di Garut, Jawa Barat, pada Februari 2023 muncul kasus penyakit difteri. Fenomena ini bahkan telah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Merebaknya difteri ini bahkan telah menyebabkan 8 warga Garut meninggal dunia.

Difteri disebabkan oleh bakteri jenis Corynbacterium diphtheriae. Jika menginfeksi, bakteri ini akan memproduksi racun yang menyebabkan penyakit difteri pada mereka yang terinfeksi.

Difteri bisa ditularkan dari satu orang ke lainnya, biasanya melalui droplet atau cairan saluran pernapasan yang keluar saat batuk maupun bersin. Penularan difteri juga bisa terjadi saat seseorang berkontak dengan luka terbuka pasien pengidap difteri. Maka orang-orang yang tinggal serumah atau sering berkontak dengan pasien difteri berisiko tinggi tertular.

Pasien yang mengidap difteri akan mengalami gejala-gejala tergantung bagian tubuh mana yang terdampak. Infeksi paling sering terjadi pasa sistem pernapasan, sehingga bisa menimbulkan sakit tenggorokan, demam, dan pembengkakan pada kelenjar area leher. Difteri juga bisa menginfeksi kulit dan menimbulkan luka terbuka.

Jika difteri menginfeksi saluran pernapasan, akan timbul ‘pseudomembrane’ pada tenggorokan pasien. Membran ini berbentuk lapisan tebal dengan warna keabuan yang menyelimuti jaringan di dalam hidung, tonsil, pita suara, dan tenggorokan.

Perawatan difteri harus segera diberikan pada pasien. Penyakit ini berisiko menimbulkan komplikasi serius seperti tersumbatnya saluran pernapasan, kerusakan otot jantung, kerusakan saraf, dan gagal ginjal.

 

Baca Juga: Difteri: Gejala dan Pencegahan

 

Kapan Disebut KLB Difteri?

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), kasus difteri dianggap sebagai KLB jika ada wilayah yang melaporkan temuan pasien diteri, walau hanya satu kasus. Satu kasus difteri di salah satu wilayah Indonesia akan segera dinyatakan sebagai KLB. Akan tetapi sebutan KLB ini merupakan peringatan, bukan menetapkan difteri sebagai wabah.

Setelah ditetapkan sebagai KLB, maka penanganan difteri akan segera dilakukan untuk mencegah penularan, terutama di wilayah dengan kasus terbanyak. Respons cepat yang dilakukan adalah Outbreak Response Immunization (ORI) atau langkah imunisasi pencegahan difteri di wilayah KLB.

Penanganan Difteri di Rumah

Biasanya diagnosis difteri bisa ditegakkan oleh dokter dengan melihat gejala-gejala pada pasien. Selain itu akan dilakukan pengambilan sampel dari pangkal tenggorokan atau hidung menggunakan swab. Sampel ini diperiksa di laboratorium untuk menemukan apakah terdapat bakteri penyebab difteri. Sampel juga bisa diambil dari luka.

Perawatan difteri harus segera dilakukan jika dokter mencurigai pasien mengidap difteri yang menyerang saluran pernapasan. Difteri termasuk penyakit serius, sehingga perawaan difteri biasanya dilakukan dengan intensif secepat mungkin.

Langkah awal biasanya dokter akan memastikan saluran pernapasan pasien tidak tersumbat maupun menyempit. Pada beberapa kasus, pasien mungkin memerlukan alat bantu pernapasan dengan memasukkan selang ke saluran pernapasan hingga inflamasi berkurang.

 

Baca Juga: Ketahui Perbedaan Mendasar Nasal Kanul dan Masker Oksigen

 

Penanganan difteri yang dapat dilakukan adalah:

1. Pemberian Antibiotik

Antibiotik seperti erythromycin membantu membunuh bakteri-bakteri yang menginfeksi dan menyebabkan difteri. Jika bakteri berhasil ditangani, maka infeksi akan mereda. Pemberian antibiotik ini juga mengurangi risiko penularan difteri dari pasien.

Pasien biasanya akan diberikan antibiotik untuk dikonsumsi selama 2 minggu. Setelah 24 jam selesai mengonsumsi antibiotik, dilakukan swab nasofaring dan tenggorokan. Seperti pada kondisi lainnya yang perlu pemberian antibiotik, pasien difteri tetap harus menghabiskan antibiotik yang diresepkan sesuai dengan petunjuk dokter untuk memastikan bakteri benar-benar telah hilang dari tubuh pasien.

2. Pemberian Antitoksin

Saat dokter mencurigai pasien terinfeksi difteri, pasien akan mendapatkan obat-obatan untuk melawan racun bakteri penyebab difteri dalam tubuh. Obat ini disebut sebagai antitoksin. Antitoksin diberikan dengan cara injeksi pada pembuluh vena atau otot.

Sebelum antitoksin diberikan, dokter akan melakukan tes alergi kulit pada pasien. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan pasien tidak memiliki alergi pada antitoksin. Jika pasien alergi, maka antitoksin tidak akan diberikan.

Baik pasien dewasa maupun anak-anak yang mengidap difteri seringkali harus menjalani perawatan di rumah sakit. Kemungkinan besar pasien akan diisolasi pada ruang perawatan intensif karena difteri sangat mudah menular pada orang-orang yang belum mendapat vaksinasi.

3. Perawatan Difteri di Rumah

Perawatan difteri setelahnya bisa dilakukan di rumah, ketika pasien menjalani fase pemulihan. Pemulihan dari difteri membutuhkan banyak istirahat. Pasien dianjurkan untuk menghindari aktivitas fisik berlebihan terutama jika difteri mempengaruhi kondisi jantung. Selama perawatan difteri di rumah, berikut hal-hal yang perlu dilakukan:

  1. Pasien yang kesulitan menelan bisa mendapat nutrisi dari cairan atau makanan bertekstur lembut.
  2. Isolasi ketat perlu dilakukan selama pasien masih bisa menularkan difteri untuk mencegah penyebaran infeksi.
  3. Orang-orang yang tinggal bersama pasien harus menjaga kebersihan termasuk rutin mencuci tangan untuk menghindari bakteri berpindah ke orang lain.

Setelah pasien pulih sepenuhnya, untuk mencegah tertular difteri kembali umumnya pasien akan mendapatkan vaksinasi difteri. Berbeda dengan infeksi-infeksi lainnya, pernah mengidap difteri tidak menyebabkan seseorang kebal terhadap penyakit ini. Seseorang bisa mengalami difteri berulang jika tidak mendapat vaksinasi.

 

Baca Juga: Ketahui 5 Jenis Vaksin Haji dan Biayanya

 

Anjuran Makanan untuk Pasien Difteri

Makanan dan minuman yang diperlukan pasien difteri adalah jenis yang ringan serta mudah dicerna, di samping mampu memberikan asupan nutrisi yang dibutuhkan.

Perlu diperhatikan dalam memberikan makanan untuk pasien difteri. Dianjurkan untuk memberikan makan paling tidak setiap 4 jam. Selain itu jangan memaksa atau memberikan pasien makan berlebihan karena pasien difteri rentan mengalami muntah. Muntah pada kondisi ini pun dianggap membahayakan.

Selama terjadi masalah pada tenggorokan pasien, dalam perawatan difteri bisa diberikan kuah sup selama beberapa hari. Kuah sup mudah dicerna pasien, terutama jika tenggorokan bengkak atau terasa nyeri.

Cairan

Jenis-jenis minuman atau makanan cair yang bisa diberikan contohnya:

  • Susu, diberikan dengan hati-hati dan perhatikan respons maupun alergi pasien
  • Kuah sup daging
  • Kuah sup ayam

Makanan Lunak

Jika tenggorokan pasien tidak lagi bermasalah, banyaknya makanan serta kepadatannya bisa disesuaikan. Pasien bisa diberikan makanan lunak, bukan hanya kuah atau cairan. Jenis makanan yang bisa diberikan pada kondisi ini seperti:

  • Puding
  • Bubur
  • Buah lunak atau buah yang dikukus, seperti pisang
  • Sup dengan telur
  • Ikan, bisa diberikan setiap sehari atau 2 hari sekali.

Tentunya pemberian makanan selama perawatan difteri harus disesuaikan dengan kondisi pasien dan hasil konsultasi dengan dokter. Terkait perawatan difteri, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter profesional Kavacare. Anda juga bisa memesan layanan perawat ke rumah yang sesuai kebutuhan. Silakan hubungi kami di nomor 0811-1446-777.

SUMBER:

  1. Diphtheria. https://www.cdc.gov/diphtheria/index.html diakses 1 Maret 2023
  2. Diagnosis, Treatment, and Complications. https://www.cdc.gov/diphtheria/about/diagnosis-treatment.html diakses 1 Maret 2023
  3. Corynebacterium Diphtheriae. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559015/ diakses 15 April 2023
  4. Signs and Symptoms. https://www.cdc.gov/diphtheria/about/symptoms.html diakses 1 Maret 2023
  5. Ini Makna KLB Difteri. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20171210/4624035/ini-makna-klb-difteri/ diakses 1 Maret 2023
  6. Difteri Jadi KLB, Perhatikan Ciri-Cirinya. https://www.bandung.go.id/news/read/7703/difteri-jadi-klb-perhatikan-ciri-cirinya diakses 1 Maret 2023
  7. Pemdakab Garut Tetapkan Kasus Difteri sebagai Kejadian Luar Biasa. https://jabarprov.go.id/berita/pemdakab-garut-tetapkan-kasus-difteri-sebagai-kejadian-luar-biasa-8506 diakses 1 Maret 2023
  8. Diet In Diphtheria. https://chestofbooks.com/health/nutrition/Diet-Dietetics/Diet-In-Diphtheria.html diakses 1 Maret 2023
  9. Diphtheria. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/diphtheria/diagnosis-treatment/drc-20351903# diakses 1 Maret 2023
Avatar
Reviewed by:
Ditinjau oleh:

Dr. Eddy Wiria, PhD

Co-Founder & CEO Kavacare