Penyakit Kusta: Gejala, Komplikasi, dan Penanganan

Penyakit Kusta: Gejala, Komplikasi, dan Penanganan

Share

Penyakit kusta menjadi salah satu jenis penyakit kulit yang masih banyak ditemukan di Indonesia. Penyakit ini umumnya menyerang kulit akibat kontak bakteri penyebab penyakit kusta. Meski begitu, sosialisasi mengenai penyakit kusta masih rendah.

Dalam rangka peringatan hari kusta sedunia yang jatuh pada tanggal 29 Januari, Kavacare telah merangkum informasi seputar penyakit kusta, mulai dari gejala hingga penanganannya berikut ini.

Apa Itu Penyakit Kusta?

Kusta atau leprosy merupakan jenis penyakit menular akibat infeksi bakteri kronis dan progresif dari kontak bakteri Mycrobacterium leprae. Penyakit ini umumnya mempengaruhi saraf ekstremitas, kulit, lapisan hidung, serta saluran pernapasan bagian atas. Penyakit kusta juga dikenal sebagai penyakit Hansen atau Hansen’s Disease.

Penyakit ini menyebabkan munculnya borok kulit, kelemahan otot hingga kerusakan saraf. Apabila tidak segera ditangani, juga dapat menyebabkan kerusakan parah serta kecacatan yang signifikan pada penderitanya.

Kusta termasuk dalam salah satu penyakit tertua dalam sejarah, yakni diketahui penyakit ini sudah ada sekitar tahun 600 SM. Selama berabad-abad, orang-orang mengisolasi dan menghindari penderita kusta karena tidak memahami penyakit tersebut. Sekarang ini, dengan kemajuan pengetahuan, penderita kusta tidak lagi dikarantina dan mendapat pengobatan yang komprehensif.

Meski sudah tergolong langka, ternyata masih cukup banyak penderita kusta tersebar di seluruh dunia. Menurut World Health Organization, diperkirakan masih terdapat 208.000 penderita kusta di seluruh dunia, dengan jumlah penderita tertinggi ada di kawasan negara-negara berkembang, seperti Afrika dan Asia. Sedangkan di Amerika Serikat, diperkirakan 100 orang didiagnosa menderita kusta setiap tahunnya.

 

Baca Juga: Kulit Kering pada Lansia, Bagaimana Mengatasinya?

 

Penyebab Penyakit Kusta

Penyebab utama dari penyakit kusta yakni bakeri Mycobacterium leprae yang dapat menyebar melalui kontak dengan sekresi mukosa seseorang yang terinfeksi. Hal ini biasanya terjadi saat penderita kusta bersin atau batuk dan dapat menyebar ke sekitarnya.

Penyakit kusta sebenarnya tidak terlalu menular. Namun, kontak dekat dan berulang dengan penderita yang tidak diobati dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan penularan. Bakteri penyebab penyakit kusta berkembang biak dengan sangat lambat. Biasanya, inkubasi bakteri rata-rata (waktu antara infeksi dan muncul gejala pertama) adalah lima tahun.

Jenis Penyakit Kusta

Terdapat tiga jenis penyakit kusta yang umum ditemui, antara lain:

1. Kusta Tuberkuloid

Jenis yang pertama memiliki gejala yang cukup ringan pada penderitanya. Biasanya, hanya muncul lesi datar berukuran besar, disertai pembesaran saraf dan mati rasa. Kusta tuberkuloid juga disebut dengan kusta paucibacillary

2. Kusta Lepromatosa

Penderita kusta lepromatosa memiliki luka dan lesi (jaringan abnormal) meluas yang dapat mempengaruhi saraf, kulit, serta organ tubuh. Penderita kusta jenis ini memiliki respon imun yang buruk serta kusta yang diderita lebih menular. Kusta lepromatosa juga disebut dengan kusta multibasiler.

3. Kusta Ambang (Borderline Leprosy)

Kusta jenis ini merupakan campuran gejala kusta tuberculoid dan kusta lepromatosa. Kusta ini juga disebut dengan kusta dimorphus.

Selain ketiga jenis di atas, WHO juga membedakan penyakit kusta berdasarkan jenis serta jumlah daerah kulit yang terkena, yakni:

  • Pausibasiler: di mana terdapat lima atau lebih sedikit lesi, serta tidak ditemukan bakteri yang terdeteksi pada sampel kulit
  • Multibasiler: di mana terdapat lebih dari lima lesi dan bakteri terdeteksi di apusan kulit, ataupun keduanya

Di sisi lain, juga terdapat klasifikasi penyakit kusta menggunakan Klasifikasi Ridley-Jopling, yaitu:

KlasifikasiGejalaRespon Penyakit
Penyakit Kusta TuberkuloidBeberapa lesi datar, beberapa berukuran besar dan mati rasa pada kulit, beberapa menyerang saraf penderitaDapat sembuh dengan sendirinya, muncul dalam waktu yang lama, atau dapat berkembang menjadi bentuk yang lebih parah
Penyakit Kusta Ambang atau Borderline TuberculoidBentuk lesi serupa dengan tuberkuloid, namun muncul dengan jumlah lebih banyak dan lebih banyak menyerang saraf penderitaDapat muncul dalam waktu yang lama, gejala dapat menurun seperti tuberkuloid, atau dapat berlanjut ke bentuk lainnya
Penyakit Kusta Mid-BorderlineMuncul plak atau ruam kemerahan, mati rasa tingkat sedang, pembengkakan pada kelenjar getah bening dan lebih banyak menyerang saraf penderitaGejala dapat berkurang, muncul dalam waktu yang lama, atau berkembang ke bentuk lain
Penyakit Kusta Borderline Lepromatous Muncul banyak lesi – termasuk lesi datar, muncul tonjolan pada kulit, muncul ruam dan bintil pada kulit, serta lebih mati rasaGejala dapat muncul dalam jangka waktu yang lama atau dapat berkurang, namun juga dapat menjadi gejala yang lebih parah
Penyakit Kusta LepromatosaMuncul banyak lesi dengan bakteri terdeteksi, rambut mengalami rontok, menyerang saraf dengan lebih parah – hingga muncul penebalan saraf tepi, anggota tubuh melemah dan dapat menyebabkan kecacatanGejala tidak dapat berkurang atau menurun

Terdapat jenis penyakit kusta dengan gejala yang tidak menentu, dimana jenis ini tidak termasuk dalam klasifikasi Ridley-Jopling. Jenis ini dianggap sebagai bentuk paling awal dari kusta, dimana seseorang hanya akan memiliki satu lesi kulit yang sedikit mati rasa ketika disentuh.

Penyakit kusta jenis yang tidak menentu ini dapat sembuh ataupun berkembang menjadi salah satu dari lima klasifikasi dalam sistem Ridley-Jopling.

Tanda-Tanda Penyakit Kusta

Tanda-tanda atau gejala pada penyakit kusta dapat dibedakan dalam tiga tahap, antara lain:

  • Muncul luka tanpa rasa sakit atau luka bakar di tangan dan kaki
  • Bercak kulit yang berwarna kemerahan atau kehilangan pigmentasi (hipopigmentasi)
  • Mati rasa atau kesemutan di tangan, kaki, lengan serta tungkai
  • Bercak kulit dengan atau tanpa gejala
  • Kelemahan otot

Kemudian, tingkatan lanjut gejala penyakit kusta antara lain:

  • Mimisan
  • Kulit menjadi tebal atau kaku
  • Kehilangan bulu mata atau alis
  • Pembesaran saraf tepi
  • Hidung tersumbat

Apabila penyakit kusta telah di tahap lanjutan, gejala yang mungkin muncul adalah:

  • Kerusakan permanen pada tangan dan kaki
  • Kelumpuhan
  • Bisul kronis di bagian bawah kaki yang tidak kunjung sembuh 
  • Kehilangan kemampuan penglihatan
  • Pemendekan jari tangan dan kaki
  • Kerusakan pada hidung

 

Baca Juga: Apa yang Harus Dilakukan Ketika Mimisan

 

Komplikasi Penyakit Kusta

Diagnosis dan pengobatan yang tertunda pada penderita kusta dapat menyebabkan komplikasi serius, yaknil:

  • Rambut rontok, terutama pada alis dan bulu mata
  • Kebutaan
  • Infertilitas
  • Kelemahan otot
  • Kecacatan
  • Iritis, yakni peradangan pada iris mata
  • Ketidakmampuan menggunakan tangan dan kaki
  • Gagal ginjal
  • Disfungsi ereksi
  • Glukoma, yakni penyakit mata yang menyebabkan kerusakan saraf optik 
  • Hidung tersumbat kronis, mimisan dan kolapsnya septum hidung
  • Kerusakan saraf permanen di lengan dan kaki

Pertanyaan Umum Seputar Penyakit Kusta

Selain pengertian, gejala dan komplikasi di atas, kami juga merangkum beberapa pertanyaan umum seputar penyakit kusta.

Apakah Penyakit Kusta Berbahaya?

Meski termasuk penyakit menular, masa inkubasi bakteri penyebab penyakit kusta cenderung lambat. Yang membuat penyakit ini berbahaya adalah tidak adanya pengobatan atau keterlambatan diagnosa yang menyebabkan gejala semakin meningkat. Selain itu, pengobatan yang terlambat juga dapat membuat penyebaran kusta semakin cepat dan meluas. Perlu adanya tindakan cepat dan tepat pada penderita agar penularan tidak berbahaya.

Apakah Kusta Menular?

Penyakit kusta dapat menular. Sampai saat ini proses penularannya belum diketahui secara pasti, namun diduga bakteri penyebab kusta dapat berpindah dari penderita ke non-penderita melalui mukosa saluran napas atau air liur yang keluar saat penderita kusta bersin ataupun batuk. Selain itu, sistem imun yang lemah juga dapat mempercepat penyebaran penyakit ini.

Apa Bedanya Kusta Basah dan Kusta Kering?

Istilah ‘kusta kering’ maupun ‘kusta basah’ sebenarnya tidak ada dalam dunia medis. Namun, ini bisa jadi merujuk pada penyebutan kusta pausibasiler dan kusta multibasiler. Pada kusta pausibasiler (‘kusta kering’), bercak atau ruam mati rasa yang tidak terlalu luas, memiliki batas yang tegas, dan memiliki sedikit muatan bakteri.

Sedangkan kusta multibasiler (‘kusta basah’) mempunyai bercak mati rasa yang lebih luas karena terinfeksi lebih banyak muatan bakteri. Jenis ini disertai dengan gangguan saraf perifer atau saraf tepi. 

Bagaimana Penanganan Kusta?

Kusta dapat diobati menggunakan terapi multiobat atau multidrug therapy (MDT), yakni penggabungan beberapa jenis antibiotik dalam satu kali pengobatan. Dalam beberapa kasus, penyedia layanan kesehatan akan memberi resep dua hingga tiga jenis antibiotik pada waktu bersamaan. 

Hal ini untuk membantu mencegah resistensi antibiotik yang mungkin terjadi saat bakteri bermutasi dan dapat melawan obat yang dikonsumsi. Antibiotik yang umum digunakan yaitu klofazimin, dapson dan rifampisin.

Antibiotik yang diberikan tidak mampu mengobati kerusakan saraf saat mengalami kusta. Penyedia layanan kesehatan mungkin akan memberi obat antiinflamasi, seperti steroid, guna mengatasi nyeri saraf.

 

Baca Juga: Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS)

 

Berapa Lama Kusta Sembuh?

Proses pengobatan kusta rata-rata memerlukan waktu antara satu hingga dua tahun untuk dapat sembuh. Selama pengobatan, dokter akan terus memantau perkembangan Anda.

Bisakah Kusta Kambuh Kembali?

Pengobatan yang komprehensif diperlukan untuk menyembuhkan kusta, namun penyelesaian pengobatan diperlukan agar kusta tidak kembali kambuh setelah pengobatan. Penderita kusta diharapkan dapat mengikuti anjuran dan pengobatan sesuai arahan dokter hingga dikatakan sembuh untuk menghindari kambuh setelah pengobatan dilakukan.

Jika Anda merasa memiliki gejala penyakit kusta atau ingin mengetahui lebih lanjut, Kavacare menyediakan layanan konsultasi online dengan dokter dan tenaga medis ahli di bidangnya untuk menjawab pertanyaan Anda.

Kavacare merupakan homecare kesehatan yang menyedikana layanan konsultasi serta dokter datang ke rumah untuk membantu Anda mengatasi masalah kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut, segera kunjungi website resmi kami atau melalui kontak WhatsApp di 0811-1446-777.

Sumber:

  1. Everyday Health https://www.everydayhealth.com/leprosy/ diakses 7 Januari 2023
  2. Healthline https://www.healthline.com/health/leprosy#complications diakses 7 Januari 2023
  3. World Health Organization https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/leprosy diakses 7 Januari 2023
  4. Cleveland Clinic https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/23043-leprosy-hansens-disease diakses 7 Januari 2023
  5. Diagnosis and Management of Leprosy https://www.journalofmedula.com/index.php/medula/article/view/445 diakses 7 Januari 2023
  6. Diagnosis and Management of Leprosy https://e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/view/14163 diakses 7 Januari 2023
Avatar
Reviewed by:
Ditinjau oleh:

Dr. Eddy Wiria, PhD

Co-Founder & CEO Kavacare