Masih banyak orang-orang yang beranggapan bahwa antibiotika bisa dihentikan ketika pasien sudah pulih dari gejala sakit. Padahal, resistensi antibiotik dapat terjadi apabila antibiotik tidak dihabiskan sesuai dosis. Apakah resistensi terhadap antibiotik berbahaya?
Dari hasil perhitungan ahli kesehatan masyarakat, resistensi antibiotik berperan pada hampir 5 juta kematian di seluruh dunia di tahun 2019, dan angka itu diperkirakan masih terus meningkat hingga sekarang. Itu berarti resistensi antibiotik adalah salah satu ancaman kesehatan yang paling mendesak yang harus kita perhatikan.
Apa itu Resistensi Antibiotik?
Ketika seseorang mengalami sakit yang dicurigai disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter biasanya akan memberi obat. Antibiotik bisa jadi salah satu dari obat-obatan yang diberikan dokter. Fungsi antibiotik ini adalah untuk menangani atau mencegah berbagai macam infeksi oleh bakteri. Antibiotik bekerja dengan cara membunuh bakteri, atau mencegah bakteri supaya tidak menyebar dan berkembang biak.
Resistensi antibiotik adalah kondisi ketika kuman seperti bakteri dan jamur mengembangkan kemampuan untuk mengalahkan obat-obatan yang didesain untuk membunuh mereka. Artinya, kuman-kuman ini tidak mati ketika diberi antibiotik, dan terus bertumbuh.
Baca Juga: Bijak dalam Penggunaan Antibiotik
Bagaimana Antibiotik Bekerja pada Tubuh?
Antibiotik langsung bekerja sejak dikonsumsi, tapi pasien bisa saja belum merasa pulih kembali meskipun sudah 2-3 hari berlalu. Setiap orang memerlukan waktu yang berbeda-beda untuk mulai pulih dari kondisi sakitnya, dan hal itu dipengaruhi berbagai kondisi setiap pasien. Lamanya waktu pemulihan juga tergantung dari jenis infeksi yang ditangani.
Antibiotik mengatasi infeksi dengan cara membunuh bakteri, menghentikan, atau menghambat pertumbuhannya. Antibiotik melakukan hal itu dengan cara:
- Menyerang dinding sel atau pelapis yang menyelubungi bakteri.
- Mengganggu dan menghambat proses reproduksi bakteri.
- Menghalangi produksi protein pada bakteri sehingga bakteri tersebut mati karena bakteri tidak bisa bertahan hidup tanpa protein-protein yang mereka butuhkan.
Kebanyakan antibiotik dikonsumsi selama 7-14 hari. Namun dokter akan menentukan durasi konsumsi dan jenis antibiotik yang paling tepat untuk dikonsumsi pasien. Pada praktiknya, banyak pasien yang kadang-kadang justru menghentikan sendiri konsumsi antibiotika tersebut dalam periode yang lebih singkat dari waktu yang sudah ditetapkan oleh dokter.
Penyebab Resistensi Antibiotik
Pada dasarnya, antibiotik adalah pengobatan yang manjur untuk beberapa jenis penyakit yang spesifik. Hanya saja, belakangan ini beberapa jenis antibiotik menjadi kurang efektif dibandingkan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh resistensi antibiotik
Secara sederhana, resistensi antibiotik adalah kondisi ketika bakteri tidak dapat dikendalikan lagi oleh antibiotik. Dalam beberapa kasus, itu berarti tidak ada lagi pengobatan yang efektif untuk beberapa kondisi tertentu.
Ketika seseorang mengonsumsi antibiotik, bakteri yang lemah atau sensitif akan mati. Bakteri yang tidak mati ketika konsumsi antibiotik tersebut biasanya menjadi tidak mempan dengan serangan antibiotik tersebut. Jika bakteri yang tidak mati ini berkembang biak, maka akan menghasilkan bakteri-bakteri yang tahan terhadap bahan aktif antibiotika sejenis. Hal itulah yang menyebabkan resistensi antibiotik. Bakteri yang tidak mati itu biasanya punya karakteristik unik yang bisa mencegah antibiotik untuk berpengaruh pada mereka.
Berkembangnya resistensi antibiotik biasanya disebabkan faktor-faktor di bawah ini:
1. Penggunaan Antibiotik Secara Berlebihan
Ketika dokter tidak memberikan antibiotik saat seseorang sakit, itu berarti bakteri yang ada dalam tubuh orang tersebut tidak akan manjur dengan antibiotik tertentu, atau bisa juga orang tersebut tidak membutuhkan antibiotik karena sakit yang dideritanya akan sembuh dengan sendirinya. Seringnya, pasien bersikeras mengonsumsi antibiotik yang sebenarnya tidak dibutuhkan, hal inilah yang justru dapat mengakibatkan berkembangnya resistensi antibiotik.
2. Cara Konsumsi Antibiotik yang Tidak Tepat
Saat memberi antibiotik, dokter menyertakan aturan tentang kapan dan seberapa lama antibiotik itu harus dikonsumsi. Jika pasien tidak mengonsumsi antibiotik pada jadwal yang ditentukan, baik karena lupa ataupun tidak disiplin, atau berhenti mengonsumsi lebih awal dari waktu yang seharusnya, atau juga mengonsumsi antibiotik yang tidak tepat maupun sebenarnya diresepkan untuk orang lain, maka bakteri akan mulai berlipat ganda sebagai upayanya untuk berkembang biak di setiap kesempatan. Ketika berkembang biak, bakteri yang lolos dari antibiotika yang diberikan bisa bermutasi menjadi lebih tahan terhadap antibiotik tersebut.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Aturan Pakai Obat
3. Penggunaan Antibiotik dalam Peternakan
Bakteri pada binatang juga bisa mengembangkan resistensi antibiotik. Beberapa peternak kadang memberikan antibiotik yang tidak tepat maupun terlalu berlebihan pada hewan ternaknya demi menghindarkan hewan-hewan ternak itu dari penyakit, atau demi mempercepat proses pertumbuhan. Hal itu bisa menyebabkan resistensi antibiotik pada hewan. Padahal, resistensi antibiotik juga bisa disalurkan dari hewan ke manusia. Jika daging hewan ternak yang mengandung bakteri dengan resistensi antibiotik ini dimakan manusia tanpa proses pengolahan yang tepat, bakteri-bakteri dengan resistensi antibiotik itu bisa saja belum mati dan berpindah ke tubuh manusia. Hal itu menyebabkan manusia yang mengonsumsinya memiliki resistensi pada antibiotik yang sama dengan yang dikonsumsi hewan ternak dari daging itu berasal.
4. Resistensi yang Timbul Secara Spontan
Kadang, DNA bakteri berubah atau bermutasi sendiri tanpa penyebab yang pasti. Bakteri yang berubah itu menjadi tidak dapat dikenali oleh antibiotik sehingga tidak dapat dikendalikan sebagaimana mestinya, atau, perubahan DNA itu justru membantu bakteri untuk melawan efek antibiotik.
5. Resistensi yang Ditularkan
Seseorang bisa menularkan infeksi dari bakteri yang telah resistensi kepada orang lain. Jika itu terjadi, maka orang yang baru tertular tersebut juga mengalami infeksi bakteri yang resisten terhadap antibiotik.
Pencegahan Resistensi Antibiotik pada Individu
Hal yang mempercepat perkembangan resistensi antibiotik adalah penggunaan antibiotik yang salah atau berlebihan, dan juga pencegahan serta pengendalian infeksi yang buruk. Pencegahan yang dapat dilakukan secara individual adalah:
- Hanya mengonsumsi antibiotik ketika diberi resep oleh tenaga kesehatan yang profesional dan bersertifikat.
- Tidak memaksa meminta antibiotik jika dokter maupun tenaga kesehatan menyatakan bahwa kondisi yang dialami tidak membutuhkan antibiotik. Ini untuk mencegah supaya tidak berlebihan menggunakan antibiotika.
- Selalu mengikuti aturan, saran dan anjuran dokter ketika mengonsumsi antibiotik, termasuk bila jenis antibiotikanya perlu diganti atau dikombinasikan.
- Tidak membagikan maupun mengonsumsi kembali sisa antibiotik dari pengobatan sebelumnya.
- Mengonsumsi antibiotik yang tepat dan tidak mengonsumsi antibiotik yang diresepkan untuk orang lain.
- Mencegah infeksi dengan cara rajin mencuci tangan, menyiapkan dan mengonsumsi makanan secara higienis, menghindari kontak terlalu dekat dengan orang yang sedang sakit, menerapkan perilaku berhubungan seksual secara aman, dan melakukan vaksinasi dengan rutin dan tidak lupa untuk memperbarui dengan perkembangan vaksin terkini.
- Menghentikan penyebaran resistensi antibiotik jika memang sudah terjadi.
- Menyiapkan makanan secara higienis, mengikuti aturan WHO yaitu Five Keys to Safer Food (menjaga makanan tetap bersih, memisahkan antara makanan mentah dan matang, memasak hingga makanan matang sepenuhnya, menjaga makanan tetap dalam suhu aman, menggunakan air dan bahan-bahan mentah yang aman). Selain itu juga memilih makanan yang diproduksi bukan dari hewan yang diberi antibiotik.
Evaluasi resistensi antibiotik oleh dokter dan rumah sakit secara berkala juga diperlukan supaya pasien bisa diberi jenis antibiotika yang tepat sesuai kebutuhan dan kondisinya.
Pertanyaan Seputar Resistensi Antibiotik
Apakah Resistensi Antibiotik Bisa Disembuhkan?
Sembuh adalah istilah yang kurang tepat digunakan, karena resistensi antibiotik bukanlah suatu penyakit. Resistensi antibiotik adalah kondisi ketika suatu penyakit tidak bisa disembuhkan karena bakteri dalam tubuh tidak bisa dikendalikan antibiotik. Sehingga sembuh atau tidaknya adalah tergantung apakah penyakit awal itu bisa disembuhkan dengan metode lain atau tidak.
Resistensi antibiotik itu sendiri sulit dikembalikan pada keadaan semula, yaitu ketika suatu bakteri dapat dikendalikan dengan obat antibiotik tertentu. Oleh karena itu, resistensi antibiotik termasuk keadaan yang berbahaya dan bisa mematikan, terutama jika bakteri yang mengembangkan resistensi antibiotik tersebut adalah bakteri penyakit yang berbahaya. Dalam kondisi dan jangka waktu tertentu, bakteri tersebut bisa saja kembali sensitif terhadap efek antibiotik yang tadinya pernah resisten.
Jika seseorang mengalami resistensi antibiotik yang luas, maka dokter memiliki pilihan yang terbatas dalam menangani pasien tersebut. Masalah yang dapat ditimbulkan dari resistensi antibiotik adalah:
- Meningkatnya risiko suatu penyakit bertambah parah, semakin lama tidak sembuh, dan kematian.
- Efek samping dari pengobatan yang terlalu kuat karena dosisnya perlu ditambah, atau perlu menggunakan kombinasi beberapa antibiotika.
- Perawatan yang lebih lama di rumah sakit dan pemeriksaan atau evaluasi yang lebih sering oleh dokter dan tim medis.
- Peningkatan biaya pengobatan.
Baca Juga: Berbagai Posisi Berbaring Pasien yang Sering Digunakan dalam Perawatan Medis
Apa yang Harus Dilakukan Jika Mengalami Resistensi Antibiotik?
Jika suatu infeksi menunjukkan gejala resistensi antibiotik tertentu, dokter kemungkinan akan memberikan antibiotika jenis lain atau mengkombinasikan beberapa antibiotika sekaligus. Obat yang baru itu bisa saja memiliki efek samping yang lebih berat. Selain itu, mengonsumsi antibiotik yang berbeda pun akan meningkatkan risiko resistensi antibiotik terhadap antibiotik yang baru tersebut.
Oleh karena itu, jika Anda mengenali gejala resistensi antibiotik pada diri Anda maupun orang di sekitar Anda, silakan konsultasikan gejala tersebut pada Kavacare dengan menghubungi kami di nomor 0811 – 1446 – 777.
Sumber:
- About Antibiotic Resistance | CDC. https://www.cdc.gov/drugresistance/about.html diakses 4 Desember 2022
- Antibiotics – NHS. https://www.nhs.uk/conditions/antibiotics/ diakses 4 Desember 2022
- How Do Antibiotics Work? How Long They Take to Work & More. https://www.healthline.com/health/how-do-antibiotics-work diakses 5 Desember 2022
- Antibiotic Resistance: What Is It, Complications & Treatment. https://my.clevelandclinic.org/health/articles/21655-antibiotic-resistance diakses 5 Desember 2022
- Antibiotic resistance. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/antibiotic-resistance diakses 5 Desember 2022
- Actions to Fight Antibiotic Resistance | CDC. https://www.cdc.gov/drugresistance/actions-to-fight.html diakses 6 Desember 2022