Functional Medicine, Tren Baru Penanganan Medis

Functional Medicine, Tren Baru Penanganan Medis

Share

Ada berbagai pendekatan untuk menangani pasien secara medis. Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan adalah functional medicine, yang dikenal juga sebagai kedokteran fungsional atau pengobatan medis fungsional. Tenaga medis akan melakukan perawatan atau penanganan sesuai perspektif medis fungsional, yaitu fokus pada kebutuhan pasien.

Berikut penjelasan selengkapnya yang telah dirangkum Kavacare mengenai kedokteran fungsional.

Apa Itu Functional Medicine?

Setiap orang memiliki keunikan dan perbedaan dari segi genetik maupun biokimia. Prinsip ini dianut oleh functional medicine. Tujuan penanganan atau terapi bukan hanya mengobati penyakit, tetapi fokus pada kebutuhan pasien. Dokter-dokter yang menerapkan metode ini akan membantu pasien agar tubuh mereka merespons dan melakukan mekanisme penyembuhan untuk mengatasi penyakit yang diidap.

Functional medicine banyak diterapkan terutama untuk penyakit kronis. Pendekatan ini dilakukan untuk menemukan alasan pasien mengidap penyakit tertentu, contohnya penyakit autoimun, Alzheimer, dan demensia. Cara ini diharapkan membantu pasien mendapatkan langkah perawatan yang lebih personal, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan.

Maka pada functional medicine ketimbang menentukan obat-obatan apa yang perlu diberikan untuk menyembuhkan penyakit, dokter yang menerapkan metode ini akan mencari penyebab pasien mengeluhkan gejala-gejala yang dialami. Pendekatannya pun dilakukan untuk memperbaiki fungsi tubuh yang terganggu.

Model klinis functional medicine memungkinkan tenaga kesehatan mendapatkan dan menggunakan informasi klinis untuk perawatan personal dan fokus pada pasien, bukan pada penyakitnya. Baik konsep, praktik, dan fasilitas functional medicine telah berevolusi selama 30 tahun terakhir dan akan terus berkembang.

 

Baca Juga: Peran Dokter dalam Pelayanan Kesehatan Multidisipliner Berkelanjutan

 

Bagaimana Cara Kerja Functional Medicine?

Sistem kerja functional medicine adalah dengan prinsip biologi dan fokus mengidentifikasi penyebab penyakit. Pengobatan medis fungsional percaya jika setiap gejala atau diagnosis berbeda kemungkinan salah satu dari hal-hal yang menyebabkan seseorang mengalami penyakit tertentu.

Tenaga kesehatan akan memeriksa pasien, mendengarkan keluhan, dan menganalisis riwayat rekam medis pasien. Informasi-informasi ini digunakan untuk mengidentifikasi hal-hal yang mungkin menjadi penyebab penyakit. Termasuk apakah adanya pemicu seperti asupan nutrisi yang kurang baik, stres, racun, alergen, kondisi genetik, dan bakteri-bakteri pada organ pencernaan.

Sebelum berkonsultasi, biasanya pasien diminta untuk memberikan informasi terkait riwayat kesehatan melalui kuesioner yang harus diisi. Informasi dari kuesioner ini menjadi dasar para dokter untuk melakukan analisa hal-hal yang mungkin menyebabkan kondisi kronis pada pasien.

Kuesioner riwayat medis tersebut biasanya menanyakan informasi seputar:

  • Gaya hidup, termasuk pola makan pasien sehari-hari, bagaimana aktivitas rutin, pola kerja, hobi, dan hal-hal yang menyebabkan stres
  • Kondisi genetik, pasien perlu memberikan informasi terkait kondisi medis keluarga, baik adanya masalah fisik maupun mental
  • Lingkungan, termasuk apakah pasien pernah terpapar zat-zat beracun maupun pemicu alergi.

Saat konsultasi pertama dilakukan, pasien akan berdiskusi dengan satu orang dokter, tetapi mungkin pula dilakukan konsultasi secara berkelompok. Biasanya terdapat pasien lain, ahli gizi, dan pelatih kesehatan. Durasi konsultasi mungkin terbilang panjang, mencapai 3-4 jam.

Hal-hal yang dilakukan selama konsultasi adalah:

  • Melakukan pembahasan mendalam riwayat medis pasien
  • Pemeriksaan fisik
  • Meminta dilakukannya tes-tes laboratorium tertentu dan tes darah yang dianggap perlu
  • Menjelaskan pada pasien tentang peran makanan pada pengobatan
  • Mengetahui hal-hal yang diinginkan pasien terkait kesehatannya
  • Mendiskusikan penanganan dan perawatan setelahnya.

Rencana perawatan functional medicine mungkin melibatkan lebih dari satu prosedur terapi. Di dalamnya termasuk intervensi pola makan disertai perubahan gaya hidup dan fungsi nutrisi untuk mengatasi penyakit kronis. Pendekatan pola makan yang diterapkan kedokteran fungsional menekankan pentingnya nutrisi dalam perawatan.

Secara sains, faktor-faktor gaya hidup terbukti memiliki efek teraupetik. Hal ini terkait bagaimana asupan nutrisi, olahraga, tidur, dan manajemen stres setiap harinya.

Setelah dokter menelaah lebih jauh kondisi pasien dan melihat dari perspektif biologis, pasien akan mendapatkan penanganan pada fungsi-fungsi metabolisme, proses biologis tubuh, produksi energi, sistem kekebalan tubuh, dan regulasi hormon. Perawatan yang dilakukan mungkin dengan akupuntur, obat herbal, obat manual, serta terapi fisik dan mental.

Terdapat 5 komponen esensial dalam praktik functional medicine, yaitu:

  1. Mengumpulkan informasi dari cerita lengkap pasien untuk mengetahui faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi kesehatan pasien
  2. Meyakinkan pasien untuk menjalin hubungan erat dengan tenaga kesehatan yang menangani
  3. Mengidentifikasi dan menganalisa hal-hal yang mungkin menyebabkan masalah kesehatan pada gaya hidup dan lingkungan pasien, menemukan hal-hal yang bisa diubah dari faktor tersebut
  4. Menyusun apa saja ketidakseimbangan klinis yang dialami pasien dan penyebab-penyebab penyakit dalam kerangka kerja biologis
  5. Memberikan rekomendasi personal untuk memandu pasien meningkatkan kesehatan.

 

Baca Juga: Kapan Kita Perlu Mencari Second Opinion?

 

Penyakit Apa Saja yang Bisa Ditangani dengan Functional Medicine?

Setiap orang yang mengidap penyakit kronis bisa ditangani dengan pengobatan medis fungsional. Beberapa jenis penyakit yang bisa ditangani dengan metode ini antara lain:

  • Kelainan-kelainan adrenal
  • Alzheimer
  • Demensia
  • Autisme dan ADHD
  • Arthritis atau radang sendi
  • Asma
  • Penyakit-penyakit autoimun
  • Pencegahan kanker
  • Penyakit kardiovaskular
  • Diabetes
  • Kelainan pada sistem pencernaan
  • Fibromyalgia atau penyakit yang menyebabkan nyeri pada seluruh bagian tubuh
  • Alergi, baik karena lingkungan maupun makanan
  • Penyakit kewanitaan, seperti sindrom pramenstruasi (PMS), menopause, dan sindrom polikistik ovarium (PCOS)
  • Penyakit metabolik, indikasi pradiabetes, dan resistensi insulin
  • Kelainan kelenjar tiroid.

Kebanyakan kondisi yang ditangani dengan pendekatan ini adalah masalah-masalah medis kompleks dan multifaktor. Selain penyakit-penyakit yang telah disebutkan, pendekatan ini juga bisa diterapkan untuk menangani depresi dan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh peradangan.

Apa Bedanya Functional Medicine dengan Integrative Medicine?

Integrative medicine memiliki kemiripan dengan functional medicine. Apa yang ditangani bukan sekadar penyakit, tetapi berfokus pada pasien.

Pendekatan integrative medicine menggunakan fakta dan bukti untuk menangani pasien sebagai satu manusia utuh. Dalam artian yang ditangani termasuk pikiran, tubuh, dan jiwa. Secara fisik, emosional, mental, dan kebutuhan spiritual akan diperhatikan dalam pendekatan integrative medicine. Maka terapi yang akan diberikan melingkupi kebutuhan-kebutuhan tersebut.

 

Baca Juga: Mengatasi Nyeri pada Pasien Kanker

 

Perbedaannya, kedokteran fungsional menangani pasien dengan pendekatan biologis, sementara integrative medicine juga melihat kondisi pasien dari kombinasi mental, emosional, fisik, dan sisi spiritual. Setiap aspek ini dianggap tidak bisa lepas dari satu sama lain.

Karena pendekatan inilah integrative medicine juga bisa melibatkan pengobatan tradisional di dalamnya. Misalnya terapis obat-obatan oriental, instruktur tai chi, instruktur yoga, serta terapis pijat.

Setiap pendekatan dalam pengobatan tetap perlu dikonsultasikan apakah cocok dengan pasien atau tidak. Jika Anda ingin mengetahui lebih jauh terkait functional medicine atau mencari informasi metode pengobatan yang cocok dengan Anda, silakan hubungi telekonsultasi dokter Kavacare di nomor 0811- 1446-777.

SUMBER:

  1. What is Functional Medicine? https://my.clevelandclinic.org/departments/functional-medicine/about diakses 13 Februari 2023
  2. What is Functional Medicine? https://www.ifm.org/functional-medicine/what-is-functional-medicine/ diakses 13 Februari 2023
  3. Integrative Medicine: What Is It, Types, Risks & Benefits. https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/21683-integrative-medicine diakses 13 Februari 2023
  4. IFM Functional Medicine Descriptive Paper. https://functionalmedicine.widen.net/s/pkcvf2wzlj/ifm_functional_medicine_descriptive_paper diakses 13 Februari 2023
  5. Identifying The Root Cause of Disease: Functional Medicine Doctors. https://www.webmd.com/a-to-z-guides/what-is-a-functional-medicine-doctor diakses 13 Februari 2023
  6. The Difference Between Functional & Integrative Medicine. https://www.centroholisticoph.com/the-difference-between-functional-integrative-medicine/ diakses 13 Februari 2023
  7. How Can Functional Medicine Help with Autism and ADHD? https://embracingnutrition.co.uk/how-can-functional-medicine-help-with-autism-or-adhd/ diakses 21 Maret 2023
Avatar
Reviewed by:
Ditinjau oleh:

Dr. Eddy Wiria, PhD

Co-Founder & CEO Kavacare