Pingsan: Penyebab, Faktor Risiko, dan Cara Menanganinya

Pingsan: Penyebab, Faktor Risiko, dan Cara Menanganinya

Share

Pingsan adalah ketika seseorang tiba-tiba kehilangan kesadaran untuk sementara waktu. Kondisi ini termasuk serius dan perlu segera dievaluasi. Oleh karena itu, pingsan perlu ditangani sebagai keadaan darurat medis sampai gejala mereda dan penyebabnya diketahui.

Berikut adalah informasi selengkapnya mengenai pingsan yang telah dirangkum Kavacare untuk Anda.

Apa Itu Pingsan?

Pingsan adalah kondisi saat seseorang tiba-tiba kehilangan kesadaran untuk sementara. Ini disebabkan oleh penurunan aliran darah ke otak yang menyebabkan kehilangan kesadaran sejenak, yang kemudian pulih dengan sendirinya.

Pingsan bisa terjadi jika Anda mengalami:

  • Penurunan tekanan darah secara tiba-tiba
  • Penurunan denyut jantung Anda.
  • Penurunan volume darah dalam tubuh

Jika Anda pingsan, kemungkinan besar Anda akan sadar dan waspada setelah beberapa detik atau menit. Namun, Anda mungkin merasa bingung atau lelah sejenak. Anda dapat pulih sepenuhnya dalam hitungan menit atau jam.

Pingsan dapat menjadi tanda kondisi yang lebih serius. Penting untuk segera mendapatkan perawatan setelah Anda mengalami pingsan dalam jangka waktu lama atau sering. Sebagian besar orang dapat mencegah pingsan setelah mereka mendapatkan diagnosis yang akurat dan perawatan yang tepat.

Faktor Risiko

Sebuah studi melibatkan total 155 pasien, dengan usia berkisar antara 27 hingga 88 tahun, dengan rata-rata usia 62 tahun. Komorbiditas umum termasuk hipertensi, diabetes, hiperlipidemia, dan plak karotis. Pingsan neuro-mediated menyumbang 16,8%, sementara pingsan kardiogenik menyumbang 52,2%, dengan pingsan kardiogenik menjadi salah satu penyebab utama pasien yang dirawat di rumah sakit. 

Sinkop kardiogenik terutama disebabkan oleh aritmia dan penyakit jantung koroner, dan perawatan yang tepat waktu seperti pemasangan pacemaker, ablasil radiofrekuensi, atau intervensi koroner diharapkan dapat mengurangi kekambuhan sinkop berisiko tinggi tersebut.

Faktor risiko untuk pingsan kardiogenik termasuk usia ≥60 tahun, jenis kelamin pria, hipertensi, palpitasi, troponin T-positif, EKG abnormal, riwayat keluarga penyakit jantung, dan trauma terkait pingsan.

Penyebab Pingsan 

Pingsan adalah tanda dari suatu penyakit. Meskipun bisa menimbulkan kecemasan, kebanyakan kejadian pingsan disebabkan oleh hal yang tidak berbahaya.

Penyebab pingsan yang tidak berbahaya umumnya disebabkan oleh reaksi vasovagal (juga dikenal sebagai neurokardiogenik), kekurangan cairan tubuh, dan pengaruh obat-obatan.

Sedangkan penyebab yang lebih serius berkaitan dengan masalah irama jantung dan kelainan katup. Misalnya kondisi jantung berdebar-debar, blok atrioventrikular (AV), atau penyempitan katup aorta yang serius.

Berikut adalah macam-macam penyebab pingsan: 

  • Masalah jantung, seperti gangguan irama jantung (baik yang cepat maupun lambat) atau gangguan struktur dan obstruksi pada jantung (kelainan katup, HOCM, serangan jantung, emboli paru).
  • Penyebab Serebrovaskular (kekurangan aliran darah ke otak)
  • Masalah aliran darah dan tonus pembuluh darah, seperti reaksi vasovagal, hipotensi ortostatik (akibat obat-obatan, kegagalan sistem saraf otonom, neuropati pada saraf perifer, penurunan aliran darah)
  • Situasi tertentu, seperti batuk, buang air kecil, BAB, setelah makan, atau menelan)
  • Sinus karotid
  • Penyebab lain yang menimbulkan gejala seperti pingsan, seperti kejang, gangguan metabolik (seperti hipoglikemia, kekurangan oksigen, atau anemia yang menyebabkan gejala), dan masalah psikologis (seperti serangan panik).

Apa Itu Pingsan Vasovagal?

Pingsan vasovagal adalah penyebab sekitar setengah dari semua kasus pingsan. Kondisi ini sering disebut sebagai pingsan umum karena merupakan penyebab pingsan yang paling umum dan dapat terjadi bahkan pada orang yang sehat.

Kondisi ini terjadi akibat vasodilatasi (penurunan aktivitas saraf simpatis) dan bradikardia (peningkatan aktivitas saraf parasimpatis). Pemicunya seperti:

  • Berdiri lama
  • Berada di tempat yang ramai
  • Lingkungan yang panas
  • Merasakan nyeri yang sangat parah
  • Kelelahan yang sangat
  • Stres yang berat.

Sebelum pingsan terjadi, biasanya akan muncul gejala awal seperti penglihatan yang kabur, berkeringat, mual, pusing, dan kelemahan, kemudian diikuti dengan bradikardia, penurunan tekanan darah, dan akhirnya hilang kesadaran. Pasien terlihat pucat bagi orang lain yang melihatnya.

Biasanya, kesadaran pasien akan kembali dalam beberapa menit dan mungkin mengalami kelemahan secara umum. Mereka tidak akan kehilangan kontrol terhadap saluran pencernaan mereka, jarang mengalami gerakan tubuh yang keras, atau kebingungan setelah pulih kesadaran, seperti pada keadaan kejang.

 

Baca Juga: Pertolongan Pertama saat Kejang: Penyebab dan Langkah

 

Diagnosis

Pasien yang pingsan dan datang ke unit gawat darurat akan memerlukan tes darah standar seperti hemoglobin, elektrolit, dan gula darah. Paling tidak, EKG diperlukan untuk semua pasien yang mengalami pingsan.

Dokter juga akan mengukur dan mencatat denyut jantung dan tekanan darah Anda saat Anda berada dalam posisi yang berbeda, termasuk berbaring, duduk, dan berdiri. Kemudian, Anda mungkin akan menjalani satu atau lebih tes untuk membantu menentukan penyebab pingsan Anda. 

Tes-tes ini memeriksa hal-hal seperti:

  • Kondisi jantung.
  • Seberapa cepat detak jantung (denyut jantung).
  • Jumlah darah dalam tubuh (volume darah).
  • Aliran darah saat tubuh dalam posisi yang berbeda.

Jika dicurigai adanya masalah jantung, pemeriksaan lebih lanjut meliputi tes enzim jantung, pemantauan jantung terus-menerus, dan echocardiography. Pasien yang dirawat jalan yang dicurigai memiliki masalah konduksi jantung direkomendasikan untuk memakai monitor Holter.

Jika dicurigai masalah di otak dan pembuluh darahnya, pemeriksaan lanjutan meliputi CT kepala, ultrasonografi Doppler pembuluh darah leher, MRI otak, dan angiografi magnetik resonansi (MRA). Jika terdapat kecurigaan terhadap kejang, maka diperlukan elektroensefalogram (EEG).

Tes meja miring (tilt table atau head up tilt test) diperlukan pada:

  1. Pasien yang sering pingsan dan penyebabnya tidak jelas tanpa adanya masalah jantung.
  2. Pingsan vasovagal yang dicurigai tetapi belum pasti.
  3. Untuk membedakan antara pingsan refleks dan pingsan karena tekanan darah rendah saat berdiri.

EKG adalah tes yang paling berguna, karena bisa mengidentifikasi penyebab pingsan pada sekitar 5% pasien. 

Anda mungkin memerlukan tes lain, termasuk studi elektrofisiologi, pengujian sistem saraf otonom, evaluasi neurologis, dan tomografi terkomputerisasi (CT) scan. Anda juga mungkin memerlukan pengujian fungsi vestibular untuk menyingkirkan masalah pada telinga bagian dalam.

Jika Anda memerlukan tes tambahan, dokter akan menjelaskan apa yang mereka lakukan dan mengapa Anda memerlukan tes tersebut.

Penanganan dan Pengobatan

Saat terjadi pingsan secara tiba-tiba, pasien perlu segera didudukkan atau dibaringkan, serta mengangkat kaki dapat membantu pemulihan pada kasus hipotensi postural refleks. Pasien sebaiknya berbaring dan tidak bangkit terlalu cepat untuk mencegah kejadian berulang.

Pengobatan cedera akibat jatuh dari pingsan harus segera dilakukan. Berikut adalah cara penanganan atau pengobatan pingsan berdasarkan penyebabnya.

1. Pingsan Vasovagal

  • Pencegahan dengan menghindari situasi atau pemicu yang bisa menyebabkan pingsan.
  • Latihan tilt serta meningkatkan asupan garam dan cairan.
  • Terapi obat seperti beta-blocker, SSRI, dan obat lainnya jika tindakan pencegahan tidak efektif.

2. Hipotensi Ortostatik

  • Bangkit secara perlahan dari posisi tidur atau duduk.
  • Hindari obat-obatan yang dapat menimbulkan hipotensi ortostatik.
  • Menggunakan stoking kompresi untuk membantu aliran darah.
  • Pemberian cairan intravena pada pasien yang kekurangan cairan.

3. Gangguan Kardiovaskular

Penentuan tindak lanjut seringkali menjadi hal yang sulit dalam penanganan pasien pingsan di unit gawat darurat. Tingkat rawat inap bisa bervariasi tergantung pada kondisi pasien saat mengalami pingsan.

Ada beberapa metode untuk mengklasifikasikan risiko pasien pingsan, yang bisa membantu dalam menentukan apakah pasien perlu dirawat di rumah sakit atau tidak. Bagi pasien dengan penyakit jantung, mereka perlu mendapatkan tindak lanjut secara rutin dengan dokter spesialis jantung.

Komplikasi

Pingsan bisa menimbulkan komplikasi jika tidak ditangani dengan baik dan juga bisa menjadi tanda adanya kondisi medis yang mendasarinya. Potensi komplikasi dari pingsan meliputi:

  • Cedera: Jika Anda jatuh saat pingsan, Anda bisa mengalami cedera. Orang dewasa yang lebih tua memiliki risiko paling tinggi untuk jatuh dan berisiko patah tulang.
  • Trauma kepala: Jika kepala Anda terbentur saat pingsan, Anda bisa mengalami cedera kepala. Cedera kepala dapat meningkatkan risiko kerusakan otak.
  • Kematian jantung mendadak (SCD): Dalam kasus yang jarang terjadi, pingsan bisa menandakan kondisi jantung yang parah, seperti aritmia. Para atlet sering kali terkena kardiomiopati hipertrofik (pembesaran jantung), yang meningkatkan risiko mereka terkena kematian jantung mendadak.

Jika Anda sering mengalami pingsan, penting untuk berkonsultasi dengan dokter Anda untuk menyingkirkan kemungkinan adanya kondisi medis yang mendasarinya.

 

Baca Juga 5 Penyebab Pingsan dan Langkah Pertolongan Pertama

 

Pertanyaan Seputar Pingsan

Bagaimana membedakan pingsan betulan dan bohongan?

Untuk membedakan pingsan yang betulan dan bohongan adalah Anda bisa mencoba untuk membangunkan pasien dengan menepuk pundaknya dan memanggil namanya. Atau Anda juga bisa melakukan rangsangan nyeri seperti mencubit atau memukul secara pelan.

Selain itu, jika Anda menyentuh kelopak mata pasien secara ringan dan itu berkedip, mereka benar-benar sadar dan pura-pura pingsan.

Konsultasikan kondisi kesehatan Anda atau orang terkasih di rumah dengan homecare Kavacare. Kavacare dapat menyediakan telekonsultasi dokter dan layanan perawat ke rumah Anda dengan peralatan medis lengkap dan profesional. Hubungi Kavacare Support melalui Whatsapp di nomor 0811-1446-777 dan mulai konsultasi gratis hari ini!

Sumber: 

  1. Etiology, Risk Factors, and Prognosis of Patients with Syncope : A single – center analysis https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8588369/ Diakses pada 27 Maret 2024
  2. Fainting or Syncope : All You Need To Know https://myacare.com/blog/fainting-or-syncope-all-you-need-to-know#id6 Diakses pada 28 Maret 2024
  3. What Causes Fainting? https://www.healthline.com/health/fainting#:~:text=Feeling%20lightheaded%2C%20dizzy%2C%20weak%2C,%E2%80%9D%20or%20%E2%80%9Cwhiting%20out.%E2%80%9D Diakses pada 28 Maret 2024
  4. Clinical Alert : Is My Patient Faking? https://www.jems.com/administration-and-leadership/clinical-alert-my-patient-faki/#:~:text=In%20theory%2C%20an%20unconscious%20patient’s,were%20really%20awake%20and%20faking. Diakses pada 28 Maret 2024.

Syncope https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK442006/ Diakses pada 16 April 2024

dr. Keyvan Fermitaliansyah
Reviewed by:
Ditinjau oleh:

dr. Keyvan Fermitaliansyah

Care Pro, Dokter Umum Kavacare