Posisi Orthopneic: Definisi, Manfaat, dan Langkah

Posisi Orthopneic: Definisi, Manfaat, dan Langkah

  • Post category:Homecare
Share

Posisi berbaring pasien merupakan hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan proses pembedahan atau prosedur medis lainnya. Posisi berbaring pasien ada beberapa macam jenisnya, termasuk posisi orthopneic.

Pelajari bagaimana posisi ini serta apa manfaat dan tujuannya berikut ini.

Apa Itu Posisi Orthopneic?

Infografis Posisi Berbaring Orthopneic Kavacare
Infografis Posisi Berbaring Orthopneic – Kavacare

Posisi orthopneic adalah posisi berbaring di mana pasien duduk sedikit condong ke depan dengan lengan yang bertumpu pada meja makan pasien (overbed table) atau pada lutut. Posisi ini dikenal juga sebagai posisi tripod.  

Posisi ini dinamai berdasarkan kondisi ortopnea, yang merupakan sesak napas saat berbaring, karena membantu mengatasi gejala ortopnea tersebut. Nama ini berasal dari gabungan dua kata Yunani, “ortho” yang berarti tegak atau vertikal, dan “pnea” yang berarti pernapasan.

Kapan Posisi Orthopneic Digunakan?

Posisi orthopneic sangat baik dilakukan untuk pasien yang mengalami sesak napas (dispnea), khususnya ketika sedang berbaring (ortopnea).

Ketika seseorang sedang berbaring, gaya gravitasi membuat aliran balik vena dari kaki dan organ-organ abdomen menuju jantung meningkat, yang berimbas pada meningkatnya tekanan dalam pembuluh kapiler. Perubahan tekanan darah ini umumnya tidak menyebabkan gejala apa pun.

Akan tetapi, pada orang-orang dengan kondisi kesehatan tertentu seperti gagal jantung atau penyakit ginjal kronis, hal ini dapat menyebabkan penumpukan cairan yang mengakibatkan edema paru dan menurunnya kadar oksigen dalam darah. Hal inilah yang menyebabkan seseorang dapat mengalami ortopnea.

Ortopnea dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti misalnya kelebihan cairan pada paru-paru, penumpukan cairan pada area paru-paru atau abdomen, pneumonia kronis, obesitas, dan kelumpuhan diafragma. Beberapa gejala ortopnea yang perlu diperhatikan, antara lain:

  • Kaki dan pergelangan kaki yang membengkak
  • Mengi (suara napas yang terdengar seperti bunyi ‘ngik’)
  • Kelelahan yang tidak biasa
  • Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND), atau dikenal juga sebagai sensasi sesak napas yang terjadi ketika pasien terbangun dari tidur
  • Batuk yang tidak biasa dan sering
  • Nyeri dada yang kadang timbul, kadang hilang

Posisi berbaring ini memiliki manfaat untuk memperluas kapasitas paru-paru secara maksimal. Hal ini dapat membantu seseorang untuk bernapas lebih lega. Pada pasien gagal jantung, posisi orthopneic dapat membantu untuk menyebarkan tekanan darah yang berpusat pada jantung dan paru-paru menuju kaki dan organ-organ abdomen, sehingga edema paru dapat dicegah.

Selain membantu untuk memperluas kapasitas paru-paru, posisi orthopneic juga dapat membantu pasien untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada paru-paru mereka. Jika dilakukan dengan benar, posisi orthopneic juga berguna untuk meningkatkan kenyamanan, mengurangi angka kematian dan kerusakan akibat sindrom penyakit pernapasan akut (ARDS) yang umumnya menyerang pasien Covid 19, dan membantu pasien untuk pulih lebih cepat dari sesak napas yang mereka alami hanya dalam beberapa menit saja.

Langkah-Langkah Posisi Orthopneic

Untuk melakukan posisi berbaring pasien ini di atas ranjang, kepala tempat tidur harus diposisikan tegak lurus hingga 90 derajat. Hal ini penting dilakukan untuk membantu menyangga tubuh pasien. Selain itu, meja harus diletakkan di depan pasien dengan bantal yang disusun di atasnya.

Bantal tambahan juga dapat diletakkan di belakang tubuh pasien untuk menyangga badan serta meningkatkan kenyamanan. Setelah itu, pasien dapat mencondongkan tubuhnya maju dan mengistirahatkan kepala di atas bantal yang sudah disusun di atas meja.

Selain itu, pasien juga dapat mengambil posisi orthopneic di atas kursi atau di pinggir kasur dengan meja yang diletakkan di depan mereka.

 

Baca Juga 7 Teknik Memindahkan Pasien Bagi Caregiver

 

Kontraindikasi Penerapan Posisi Orthopneic

Meskipun memiliki banyak manfaat, posisi orthopneic juga memiliki beberapa kelemahan dan risiko yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

1. Sulit Berkomunikasi dengan Pasien

Ketika pasien mengalami ortopnea atau jenis-jenis sesak napas (dispnea) lainnya, mereka juga akan mengalami kesulitan untuk berkomunikasi. Posisi orthopneic yang menekan tubuh pasien ke atas bantal akan semakin meningkatkan kesulitan berkomunikasi ini, terutama yang dilakukan secara verbal. 

2. Risiko Jatuh

Meninggalkan seseorang dalam posisi orthopneic, di mana mereka duduk condong ke depan dengan lengan bertumpu pada meja atau lutut, dapat meningkatkan risiko jatuh. Hal ini terutama dapat terjadi saat seseorang mengalami sesak napas yang parah, yang dapat menyebabkan gerakan tubuh yang tak terkontrol.

Oleh sebab itu, pasien harus selalu diawasi ketika melakukan posisi ini untuk memastikan bahwa posisi mereka aman.

3. Kelelahan

Walaupun posisi orthopneic berguna untuk membantu meredakan sesak napas yang dialami seseorang, posisi ini bukanlah posisi yang secara alami dilakukan oleh tubuh manusia. Oleh sebab itu, pasien yang melakukan posisi ini dapat mengalami kelelahan setelah beberapa lama, yang dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman.

4. Bedah yang Dilakukan di Sekitar Area Dada

Jika pasien sebelumnya pernah menjalani operasi di area dada, penting untuk mempertimbangkan kembali penggunaan posisi orthopneic. Jika tidak dilakukan dengan benar, posisi ini bisa menyebabkan cedera internal, meningkatkan rasa nyeri, dan bahkan menghambat proses pemulihan.

Beberapa jenis bedah yang perlu diperhatikan sebelum menganjurkan pasien melakukan posisi orthopneic adalah operasi bypass jantung, perbaikan atau penggantian katup jantung, dan perbaikan aneurisma.

Hal-hal Penting saat Menggunakan Posisi Orthopneic

Saat menerapkan posisi berbaring pasien ini, penting untuk menyediakan bantal sebagai penyangga tubuh pasien. Selain memberikan kenyamanan ekstra, bantal juga bermanfaat untuk menghindari tegangan pada tubuh. Hal ini sangat penting terutama bagi pasien yang telah menjalani operasi sebelumnya, untuk mencegah cedera yang mungkin saja terjadi baik di dalam maupun di luar tubuh.

Selain itu, penting untuk memastikan komunikasi yang efektif antara pasien dan perawat ketika posisi orthopneic diterapkan. Hal ini dapat membantu mengurangi risiko kepanikan pasien selama prosedur berlangsung.

Untuk mengurangi kecemasan mereka, perawat dapat menggunakan teknik distraksi dengan mengobrol santai dengan pasien selama penerapan posisi orthopneic. Untuk memberikan kenyamanan bagi pasien selama mereka mengambil posisi tersebut, perawat juga dapat memberikan sentuhan fisik pada pasien, seperti misalnya mengelus punggung atau lengan secara lembut atau memegang pundak mereka.

Komunikasikan selalu dengan ahli medis yang menangani kondisi Anda mengenai apa saja yang Anda rasakan, sehingga tenaga medis profesional dapat menentukan posisi berbaring yang paling tepat untuk Anda.

Apabila Anda memerlukan bantuan perawatan di rumah, tenaga medis tepercaya Kavacare siap membantu Anda. Segera hubungi kami di  0811-1446-777 untuk berkonsultasi dengan dokter atau menggunakan jasa home care.

Sumber:

  1. Orthopneic Position: What Is It, Uses, and How It Helps Breathing | Osmosis. https://www.osmosis.org/answers/orthopneic-position. Diakses 3 Januari 2024.
  2. Anatomy, Patient Positioning – StatPearls – NCBI Bookshelf. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513320/. Diakses 3 Januari 2024.
  3. Orthopneic Position 101: Everything Nurses Need To Know | NURSING.com. https://blog.nursing.com/orthopneic-position. Diakses 3 Januari 2024.
  4. Dyspnea, Orthopnea, and Paroxysmal Nocturnal Dyspnea – Clinical Methods – NCBI Bookshelf. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK213/. Diakses 3 Januari 2024.
dr. Keyvan Fermitaliansyah
Reviewed by:
Ditinjau oleh:

dr. Keyvan Fermitaliansyah

Care Pro, Dokter Umum Kavacare