Hati-hati, Post Power Syndrome Rentan Menyerang Lansia!

Hati-hati, Post Power Syndrome Rentan Menyerang Lansia!

  • Post category:Lansia
Share

Pensiun mungkin menjadi suatu hal yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Namun bagi sebagian orang, pensiun bisa menjadi masalah karena menyebabkan post power syndrome (PPS).

Sindrom ini sangat rentan menyerang lansia, terutama mereka yang pada masa prima memiliki kekuasaan tinggi dan sangat berpengaruh.

Apa Itu Post Power Syndrome?

Post power syndrome (PPS) atau sindrom pascakekuasaan adalah gangguan psikologis pada orang yang telah pensiun karena kehilangan posisi, pengaruh, dan kegiatan yang dulu dimiliki. Kondisi kehilangan pekerjaan dan aktivitas di masa prima ini bisa membuat rasa percaya diri mereka menurun. Tak jarang kondisi psikologis ini menimbulkan perasaan tidak berdaya pada lansia.

Mereka yang di masa primanya memiliki jabatan dan kekuasaan atau kegiatan yang padat akan sangat rentan mengalami PPS. Hal ini terutama jika mereka kesulitan dalam menerima perubahan kebiasaan baru di awal masa pensiun.

Kesulitan pada proses transisi inilah yang bisa membuat lansia stres dan menjadi tidak percaya diri sehingga menimbulkan post power syndrome. Kondisi ini menimbulkan perasaan seperti identitas diri yang menghilang, merasa tidak lagi berguna dan berharga di masyarakat.

Bila dibiarkan, maka akan berakibat pada kondisi kesehatan secara umum. Mereka akan rentan mengalami kecemasan dan depresi. Risiko terburuknya adalah fungsi kognitif yang terganggu, bahkan bisa mempengaruhi kondisi fisiknya.

 

Baca Juga: 6 Hal Penting saat Merawat Lansia

 

Mengapa Lansia Bisa Terkena PPS?

1. Pekerjaan adalah Hal yang Penting

Merasa pekerjaan telah menjadi bagian penting dalam hidup mereka. Terutama bagi mereka yang melihat pekerjaan sebagai tujuan dan jalan hidup. Pensiun dapat menjadi tantangan yang sulit karena mereka telah terlanjur mencintai pekerjaannya.

2. Kehilangan Identitas

Lansia mungkin mengalami perasaan kehilangan identitas karena kegiatan yang sebelumnya dilakukan sudah tidak ada lagi. Perasaan ini dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional bila dibiarkan begitu saja.

Mereka mungkin merasa tidak berguna, kehilangan arah, dan merasa tidak berdaya. Kumpulan rasa negatif inilah yang menjadi pemicu lansia terkena post power syndrome.

3. Pernah Memiliki Pengaruh

Alasan lain lansia dapat mengalami PPS karena mereka pernah memiliki jabatan tinggi. Saat sudah pensiun, mereka bisa menjadi sangat takut kehilangan pengaruh dan status sosial di mata masyarakat. Juga adanya rasa takut jika apa yang telah dicapai di masa primanya akan menghilang atau hancur setelah pensiun.

Selain itu, lansia yang memiliki kebanggaan yang tinggi terhadap profesinya juga bisa mengalami sindrom pasca kekuasaan. Pasalnya mereka akan kesulitan untuk melepas bayang-bayang jabatan tersebut saat pensiun. Sehingga bisa memicu rasa rendah diri dan depresi pasca purna jabatan.

Bagaimana Gejala PPS?

Gejala setiap penderita post power syndrome bisa berbeda-beda dari satu lansia ke lansia lainnya. Namun, berikut beberapa gejala umum pada lansia yang mengalami PPS:

  • Penurunan gairah atau semangat hidup setelah pensiun yang menyebabkan lansia sering sakit
  • Mudah tersinggung ketika diajak berbicara
  • Menjadi pemurung
  • Tidak suka bila dibantah, meskipun yang diucapkan tidak benar
  • Menarik diri dari interaksi sosial atau pergaulan di masyarakat
  • Sering membicarakan tentang kehebatannya di masa lalu
  • Suka mengkritik dan mencela omongan orang lain
  • Memiliki sikap yang tak mau kalah dan senang menyerang pendapat orang.

Bagaimana Menghadapi Lansia dengan PPS?

Berakhirnya karier yang memberikan rasa kepuasan dapat mengakibatkan timbulnya post power syndrome pada lansia. Mereka yang mengalami PPS akan merasa kehilangan dan harga dirinya turun, sehingga bisa menunjukkan emosi yang negatif. Namun, sebaiknya jangan menghindari mereka.

Pendekatan yang tepat dan dukungan yang memadai dapat membantu lansia menghadapi PPS dengan lebih baik. Bila Anda memiliki keluarga atau kerabat yang mengalami post power syndrome, berikut beberapa cara menghadapinya.

 

Baca Juga: Tugas dan Cara Menjadi Perawat Lansia yang Andal

 

1.    Menerima dan Memaklumi Kondisinya

Penting untuk menerima dan memahami perasaan lansia yang tengah sedih dan rendah diri. Cobalah memosisikan diri sebagai mereka. Jangan meremehkan perasaan negatif yang tengah dialami.

Sebaiknya, berikan dukungan emosional untuk memvalidasi perasaan mereka. Dengarkan cerita mereka dan hindari untuk mengkritik, menyalahkan, atau memaksakan saran. Kemudian tunjukkan empati dan dukungan dengan cara yang lembut agar mereka nyaman dan merasa dihargai.

2.    Menciptakan Rutinitas Baru

Rutinitas baru akan membantu mereka mengurangi rasa kesedihan akibat kehilangan aktivitas sehari-hari di masa kerja. Lansia bisa terpacu untuk lebih bersemangat dalam menjalani hari-hari ke depan. Sehingga bisa mengalihkan pikiran dari bayang-bayang masa lalu.

Anda bisa menawarkan beberapa kegiatan seperti:

  • Olahraga
  • Berkebun di halaman rumah
  • Memelihara hewan seperti anjing, kucing atau ayam
  • Mengembangkan hobi dan minat yang sempat tertunda
  • Melibatkan lansia dalam kegiatan sukarela, seperti menjadi relawan di lembaga amal atau rumah singgah
  • Membantu anak-anak kurang beruntung dalam hal pendidikan. Lansia dengan pengetahuan dan pengalaman hidup yang luas dapat menjadi tutor bagi anak-anak.

Melibatkan lansia dalam kegiatan sukarela membuat mereka tetap aktif secara fisik dan mental. Mereka dapat menjalani masa pensiun dengan lebih bermakna. Namun, penting untuk berkomunikasi dengan lansia dan mempertimbangkan kenyamanan mereka dalam memilih kegiatan sukarela yang sesuai.

3.    Menjaga Komunikasi Terbuka

Berikan kesempatan bagi lansia yang mengalami post power syndrome untuk berbicara tentang perasaan dan pengalaman mereka. Ada beberapa langkah yang perlu diambil, seperti:

  • Dengarkan dengan penuh perhatian, tunjukkan minat Anda terhadap topik obrolan mereka. Hormati pendapat mereka dan hindari untuk mengkritik atau mencela.
  • Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas saat berbicara dengan mereka. Biasakan juga untuk bicara dengan tempo yang lambat.
  • Bersikaplah empati dan pengertian terhadap perasaan negatif yang dialami lansia dengan post power syndrome.
  • Berkomunikasilah dengan ekspresi wajah yang ramah dan pastikan untuk melakukan kontak mata.
  • Buat komunikasi sebagai dialog yang melibatkan kedua belah pihak. Artinya selalu tanggapi apa yang mereka bicarakan dan hormati pendapat serta pandangan mereka.

Dengan komunikasi yang baik, lansia akan merasa didukung dalam menghadapi perubahan pasca purna jabatan.

4.    Meminta Bantuan Profesional

Merawat lansia dengan post power syndrom memang tidaklah mudah. Bila Anda merasa kewalahan, bisa meminta bantuan profesional. Mengajukan bantuan profesional dalam merawat lansia yang mengalami PPS adalah langkah penting untuk memastikan perawatan yang lebih baik.

Anda bisa menghubungi perawat lansia yang berpengalaman. Perawat lansia yang terlatih dapat memberikan perawatan medis, pengawasan kesehatan, dan mendukung kebutuhan fisik dan psikososial lansia.

Dengan pengetahuan dan keterampilannya, perawat lansia bisa menghadapi tantangan yang dialami oleh lansia pengidap PPS dengan lebih baik. Mereka mampu mengidentifikasi gejala-gejala yang muncul, mengelola perawatan medis, dan memberikan dukungan emosional yang diperlukan.

Selain itu, perawat lansia juga dapat memberikan pendampingan dalam aktivitas sehari-hari, menjaga kebersihan dan kenyamanan fisik lansia, serta memberikan edukasi kepada keluarga tentang cara terbaik dalam merawat dan menghadapi PPS. Mengajukan bantuan profesional, tentunya juga memberikan kelegaan kepada Anda dan keluarga.

 

Dapatkan Layanan: Perawatan Pribadi di Rumah

 

Lansia yang mengalami PPS biasanya kesulitan beradaptasi dalam perubahan aktivitas setelah pensiun. Penting untuk membangun sistem dukungan yang kuat untuk menghadapi  PPS. Anda dapat menggunakan Layanan Homecare Kavacare untuk menemukan perawat lansia yang berpengalaman dan membantu orang terkasih di rumah menghadapi PPS.

Hubungi layanan kami melalui WhatsApp 0811-1446-777 untuk mendiskusikan kebutuhan Anda secara online. Kavacare akan memberikan informasi lebih lanjut dan membantu Anda menemukan perawat yang tepat untuk lansia dengan post power syndrome.

Referensi:

  1. Kementerian Sosial Republik Indonesia. 2019. Menghadapi “Post Power Syndrome”. Diakses pada 5 Juli 2023 dari https://kemensos.go.id/menghadapi-post-power-syndrome
  2. Harvard Medical School. 2018. Retirement blues: Taking it too easy can be hard on you. Diakses pada 6 Juli 2023 dari https://www.health.harvard.edu/mens-health/retirement-stress-taking-it-too-easy-can-be-bad-for-you
  3. Kets de Vries, Manfred. (2003). The Retirement Syndrome:: The Psychology of Letting Go. European Management Journal. 21. 707-716. 1016/j.emj.2003.09.009.
  4. Robinson, Lawrence dan Melinda Smith. 2023. Adjusting to Retirement: Handling the Stress and Anxiety. Diakses pada 6 Juli 2023 dari https://www.helpguide.org/articles/aging-issues/adjusting-to-retirement.htm
  5. Perawatan Pribadi di Rumah. Diakses pada 12 September 2023 dari https://www.kavacare.id/layanan-homecare-kami/perawatan-pribadi-di-rumah/
Avatar
Reviewed by:
Ditinjau oleh:

Dr. Eddy Wiria, PhD

Co-Founder & CEO Kavacare