Terapi Paska COVID-19

Terapi Paska COVID-19

Share

Penanganan paska COVID-19 dalam rangka pemulihan pasien adalah proses yang panjang, rumit, dan bervariasi antara satu individu dan individu lain. Beberapa individu yang baru sembuh dari COVID masih mengalami kesulitan dalam hal fisik, emosi, dan fungsi kognitif. Ada juga yang masih merasakan gejala seperti saat dinyatakan positif COVID. Karena itu, beberapa pasien memerlukan terapi paska COVID yang disesuaikan dengan kondisinya.

Penyakit COVID-19, Kenapa Ada yang Berbahaya dan Ada yang Sembuh?

COVID-19 sebagai penyakit baru masih memerlukan banyak penelitian untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam. Salah satunya adalah tentang dampak penyakit ini yang berbeda-beda pada tiap individu. Bagi beberapa orang, COVID sangat berbahaya hingga bisa merenggut nyawa. Tapi, bagi orang lain, COVID seperti penyakit flu biasa yang tak membutuhkan penanganan istimewa.

Hingga kini, ada sejumlah faktor yang disebut mempengaruhi tingkat keparahan COVID pada pasien:

Usia

Dibanding pasien yang lebih muda, individu berusia separuh baya dan kalangan lanjut usia lebih mungkin mengalami gejala, dirawat di rumah sakit, dan meninggal akibat COVID. Hal ini seiring dengan fakta bahwa sistem imun pada orang yang berumur lebih tua cenderung kurang efisien dalam melawan infeksi virus. 

Latar belakang kesehatan

Pasien yang mengalami gejala COVID serius atau fatal kemungkinan besar memiliki setidaknya satu penyakit serius sebelumnya, seperti diabetes, hipertensi, obesitas, penyakit kardiovaskular, asma, penyakit ginjal, atau penyakit paru obstruktif kronis. Karena penyakit tersebut, organ vitalnya lebih sulit menahan tekanan yang disebabkan oleh infeksi virus. Penderita penyakit gangguan imun juga lebih rentan sakit parah ketika terinfeksi COVID karena sistem imunnya bermasalah. 

Kebiasaan merokok

Kebiasaan merokok membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi virus corona. Sebab, paparan asap rokok bisa menurunkan sistem imun seiring dengan waktu, merusak jaringan saluran pernapasan, dan memicu peradangan kronis. Asap rokok juga terkait dengan sederet masalah kesehatan, seperti pengerasan atau penyempitan pembuluh darah dan kerusakan kantong paru-paru, yang dapat memperparah gejala COVID.

Dosis paparan

Dosis atau jumlah paparan virus corona yang menjangkiti seseorang juga diduga mempengaruhi tingkat keparahan penyakit yang diderita. Makin banyak dosis paparan virus, makin besar kemungkinan pasien mengalami gejala serius.

Galur virus

Virus corona dapat bermutasi dengan cepat sehingga tercipta galur atau strain virus yang berlainan. Beberapa galur virus bisa menular dengan sangat mudah dan menyebabkan sakit lebih parah, misalnya varian Delta. 

Penanganan paska COVID memperhitungkan faktor-faktor risiko di atas. Meski demikian, riset tentang dampak COVID masih berlanjut untuk menemukan bukti-bukti yang lebih kuat tentang sejumlah faktor itu.

Apa Saja Komplikasi Paska Sembuh dari COVID-19?

Ketika sembuh dari COVID, sebagian pasien belum benar-benar pulih. Ada sejumlah gejala yang bertahan lama, seperti mudah lelah, napas pendek, batuk, badan pegal-pegal, dan nyeri dada. Kondisi lain meliputi masalah kognitif, kesulitan berkonsentrasi, sakit kepala, detak jantung cepat, dan demam ringan hingga sedang. Sindrom paska COVID ini disebut long COVID.

Sejumlah pasien juga melaporkan mengalami komplikasi paska sembuh dari COVID seperti masalah ginjal, gangguan neurologis, rambut rontok, muncul ruam pada kulit, dan gangguan kecemasan serta depresi.

COVID sebagai penyakit yang menyerang sistem pernapasan lebih mungkin menimbulkan komplikasi pada organ pernapasan, terutama paru-paru. Paru-paru bisa mengalami luka dan masalah permanen lain. Bahkan infeksi COVID ringan bisa membuat orang yang sembuh dari COVID lebih mudah terengah-engah ketika melakukan aktivitas biasa. Penanganan paska COVID lewat terapi dapat membantu pasien untuk melatih pernapasan dan memulihkan fungsi paru-paru.

Apa yang Perlu Dilakukan untuk Kembali Bugar Setelah Menderita COVID?

Dampak COVID pada setiap orang berbeda-beda. Karena itu, penanganan paska COVID pada tiap orang agar bisa kembali bugar setelah sembuh dari COVID pun berlainan. Terdapat sejumlah pilihan program terapi paska COVID yang dapat disesuaikan dengan kondisi pasien, termasuk jika ada gejala long COVID. Konsultasi dan pemeriksaan oleh dokter dibutuhkan untuk menentukan program terapi yang tepat.

Pasien bisa kembali berolahraga untuk memulihkan kebugaran. Namun dokter biasanya tidak menyarankan pasien langsung berolahraga seperti sebelum terjangkit COVID. Tubuh pasien perlu beradaptasi dulu dengan kondisi terkini agar tidak justru drop karena kaget dengan intensitas olahraga yang dilakukan.

Sebagai bagian dari penanganan paska COVID, pasien bisa melakukan olahraga yang ringan dulu untuk memulihkan kebugaran. Misalnya berjalan santai baik di treadmill maupun di luar ruangan. Setelah tubuh terbiasa dengan tekanan dari olahraga, naikkan intensitas sedikit demi sedikit dengan beralih ke olahraga lain yang lebih menantang, seperti lari, bersepeda, atau berenang. Pasien akan diminta mendengarkan tubuhnya agar tahu kapan saatnya harus berhenti dan mendatangi dokter jika kondisinya menurun ketika berolahraga.

Perlukah Pemeriksaan Kesehatan Paska COVID-19?

Virus corona penyebab COVID diketahui tak hanya menyerang sistem pernapasan, tapi juga mempengaruhi berbagai organ vital lain. Dalam beberapa kasus, dampak serangan itu serius dan bertahan lama meski pasien sudah dinyatakan sembuh dari COVID. Itu sebabnya pasien disarankan menjalani pemeriksaan kesehatan paska COVID, khususnya jika sebelumnya sakit parah ketika terjangkit COVID.

Terdapat sejumlah pemeriksaan yang bermanfaat untuk mengetahui kondisi kesehatan secara umum. Di antaranya:

  • Tes antibodi untuk melihat jumlah sel antibodi yang terbentuk untuk mengantisipasi risiko terjangkit COVID lagi di kemudian hari. 
  • Tes kolesterol dan glukosa untuk mengetahui kadar kolesterol dan glukosa, apakah naik atau turun setelah terkena COVID. Tes ini penting terutama bagi penderita penyakit serius seperti diabetes dan jantung.
  • Tes fungsi neurologis untuk mengecek apakah ada fungsi neurologis yang terganggu. Sebab, banyak pasien yang mengeluhkan masalah neurologis dan psikologis yang berlangsung selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan setelah sembuh dari COVID.
  • Tes vitamin D guna mengetahui apakah jumlah vitamin D dalam tubuh sudah cukup untuk membantu mempercepat pemulihan. Bila perlu, dokter akan meresepkan suplemen vitamin D.
  • Tes pemindaian dada untuk mengamati kondisi paru-paru paska COVID, apakah sudah pulih atau masih butuh perawatan akibat infeksi virus.
  • Tes jantung guna memeriksa kondisi jantung yang berisiko turut mengalami peradangan ketika sebelumnya terkena COVID. Pemeriksaan ini penting khususnya jika sebelumnya memiliki penyakit jantung. 

Serangkaian tes ini tidak bersifat wajib. Namun, berdasarkan hasil pemeriksaan itu, penanganan paska COVID bisa lebih mudah ditargetkan ke fungsi atau organ tubuh yang bermasalah akibat komplikasi ataupun dampak long COVID.

Perlukah Latihan Fisioterapi Paska COVID-19?

Latihan fisioterapi bertujuan membantu pasien meningkatkan aktivitas dan memperbaiki kondisi fisik setelah menjalani perawatan karena penyakit tertentu. Dalam hal penanganan paska COVID, fisioterapi perlu bagi pasien yang masih sulit memulihkan aktivitas sepenuhnya setelah sembuh dari COVID. 

Pasien COVID yang sebelumnya harus dirawat dalam waktu lama di unit perawatan intensif dengan alat bantu pernapasan cenderung lebih memerlukan fisioterapi. Ada kemungkinan pasien ini mengalami gangguan wicara, memori, dan fungsi otak. Namun pasien yang tak menunjukkan gejala berat pun bisa jadi membutuhkan fisioterapi paska COVID.

Beberapa pasien sembuh dari Covid-19 tapi masih sering merasa lemas, sulit berjalan, serta kehilangan banyak massa otot. Ahli fisioterapi dapat membantu pasien itu mendapatkan kembali kekuatan dan fleksibilitasnya lewat program latihan yang dirancang seturut kebutuhannya. Bagi pasien yang masih merasakan gejala terkait dengan sistem pernapasan, ada pula fisioterapi untuk melatih pernapasan dan menguatkan otot pernapasan. Anda dapat melakukan Hometherapy yakni fisioterapi di rumah jika sulit untuk melakukan mobilisasi.

Inti fisioterapi adalah membantu meningkatkan kualitas hidup pasien. Agar tahu apa program fisioterapi yang diperlukan dalam penanganan paska COVID, pasien harus berkonsultasi dulu dengan dokter. Kavacare menyediakan layanan telekonsultasi dengan dokter, dan dapat menghadirkan Ahli Fisioterapi ke rumah Anda untuk melakukan terapi. Hubungi Kavacare Support.

 

Sumber:

Prinsip fisioterapi dalam penanganan covid 19. https://fikes.upnvj.ac.id/uploads/files/2020/Mei%202020/FISIOTERAPI/Turwanto.pdf. Diakses 5 April 2022

Why is coronavirus deadly for some, but harmless in others? https://www.newscientist.com/article/mg24632811-300-why-is-coronavirus-deadly-for-some-but-harmless-in-others/.  Diakses 5 April 2022

Treating patients with long COVID. https://www.apa.org/monitor/2021/07/treating-long-covid.  Diakses 5 April 2022

Rehabilitation of patients post-COVID-19 infection: a literature review. https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/0300060520948382.  Diakses 5 April 2022

Persistent Symptoms in Patients After Acute COVID-19. https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/2768351.  Diakses 5 April 2022

Characterizing long COVID in an international cohort: 7 months of symptoms and their impact. https://www.thelancet.com/journals/eclinm/article/PIIS2589-5370(21)00299-6/fulltext.  Diakses 5 April 2022

Avatar
Reviewed by:
Ditinjau oleh:

Dr. Eddy Wiria, PhD

Co-Founder & CEO Kavacare